ABSTRAK
Pengamatan pola
penyebaran satwa liar di sekitar kampus IPB Dramaga Bogor dilakukan untuk mengetahui sebaran satwa liar yang ada
di sekitar Kampus IPB Dramaga Bogor. Dengan adanya informasi tersebut
diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi pasti mengenai sebaran satwa
liar yang ada di kampus IPB Dramaga Bogor. Pengamatan dilakukan di kampus IPB
Dramaga Bogor yang dibagi menjadi empat site area pengamatan. Pengamatan satwa
liar dilakukan selama 6 kali ulangan yang dibagi menjadi dua kali waktu
pengamatan setiap kali ulangan yaitu pada pagi dan sore hari. Metode yang digunakan dalam pengambilan data, yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metoda langsung dilakukan dengan mengamati
diam, scan sampling, dan penjelajahan. Sedangkan metode tidak langsung
dilakukan dengan pemasangan live trap. Satwa liar yang ditemukan antara lain dari
kelas mamalia seperti Bajing (Callossciurus
notatus), Tupai (Tupaidae), Kelelawar (Rhinolophidae) dan Garangan (Herpestes javanicus), kelas aves yaitu Walet
(Collocalia linchi), Tekukur (Streptopelia chinensis), Burung Madu
Sriganti (Nectarinia jugularis), Burung
Gereja (Paser montanus), Cucak kutilang
(Pycnonotus aurigaster), Cinenen
Pisang (Orthotomus sutorius), Wiwik
Uncuing (Cacomantis sepulclaris),
Cekakak Sungai (Todirhampus choloris)
dan Bubut Alang-alang (Centropus
bengalensis) dan dari kelompok herpetofauna hanya ditemukan Bunglon (Bronchochela
jubata).
Kata
Kunci : Keanekaragaman, Satwaliar, Sebaran
PENDAHULUAN
Kampus IPB Dramaga
merupakan kampus yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dengan luas
256,97 hektar, kampus IPB Dramaga memiliki tipe vegetasi yang bervariasi.
Vegetasi yang bervariasi ini mencakup vegetasi homogen maupun campuran. Kampus
IPB Dramaga memiliki vegetasi mulai dari
semak, padang rumput, tegakan karet, tegakan pinus, tegakan sengon, hutan
campuran, arboretum bambu, dan taman. Dengan vegetasi yang beragam, kampus IPB
dapat menjadi sebuah habitat yang memadai bagi keanekaragaman hayati, khususnya
satwa liar. Areal kampus IPB Darmaga masih dapat dijumpai berbagai jenis
mamalia, burung, ikan maupun reptil.
Keberadaan jenis-jenis satwaliar tersebut bagi IPB merupakan kekayaan
yang dapat mendukung terciptanya suasana kampus yang selaras dengan lingkungan
alami maupun sebagai obyek penelitian (Hernowo 1991).
Demi
mencegah hilangnya keberadaan satwaliar, maka diperlukan tindakan untuk menjaga
ekosistem satwaliar itu sendiri. Hal ini membutuhkan informasi persebaran
terbaru agar data yang diperoleh dapat memperbaharui data sebelumnya. Dengan
mengetahui persebaran satwaliar di kampus IPB Dramaga, khususnya sekitar
kandang Fakultas Peternakan maka dapat diperoleh homerange dari satwa liar
tertentu. Hal ini dapat memudahkan untuk mempelajari prilaku satwa.
Berdasarkan
latar belakang di atas, pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis
spesies, jumlah dan penyebaran satwa yang berada si sekitar kandang fakultas
peternakan IPB yang termasuk kedalam site lima plot tiga.
METODE PENELITIAN
Pengamatan dilakukan di site lima plot
tiga yang merupakan kawasan sekitar kandang Fakultas Peternakan, Kampus
Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Pengamatan dilakukan selama enam kali
pengamatan. Mulai dari tanggal 9 – 21 Maret 2012. Pengamatan ini dilakukan pada pagi hari
sekitar pukul (06.00-07.30) dan sore hari pukul (17.00-18.00) WIB. Alat dan
bahan yang digunakan selama pengamatan yaitu
binokuler, tally sheet, field guide, alat tulis, dan buku panduan
lapang.
Metode yang digunakan dalam pengambilan
data, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metoda langsung
dilakukan dengan mengamati diam, scan sampling, dan penjelajahan. Sedangkan
metode tidak langsung dilakukan dengan pemasangan live trap dan perekaman suara.
Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder
mengenai
sebaran satwa liar. Data yang dikumpulkan
selama pengamatan meliputi waktu penemuan
satwa, posisi penemuan satwa, dan aktivitas yang dilakukan satwa tersebut. Sedangkan Data ini diperoleh
dari jurnal
- jurnal yang berkaitan dengan keanekaragaman
hayati yang ada di kammpus IPB Darmaga.
Data hasil pengamatan (data primer) dipindahkan ke
dalam peta lokasi pengamatan. Titik-titik lokasi pada peta digunakan untuk
menentukan daerah jelajah satwa, yaitu dengan menghubungkan titik-titik terluar
dari lokasi ditemukannya satwa.
Teritori satwa ditentukan dengan data deskriptif
berupa lokasi yang paling banyak dikunjungi oleh satwa. Faktor-faktor yang
berkaitan dengan teritori dianalisis dengan data sekunder.
HASIL
Satwa liar yang ditemukan di site
tiga plot lima yang merupakan wilayah di sekitar kandang Fapet terdiri dari 9
jenis burung, 4 jenis mamalia, dan 1 jenis reptil. Seperti dalam Tabel 1.
Tabel 1. Daftar
jumlah jenis spesies di site tiga plot lima kawasan kandang sapi Fakultas
Peternakan IPB
No.
|
Jenis
|
Jumlah
|
Lokasi dominan
ditemukannya satwa
|
|
|
Nama Lokal
|
Nama Ilmiah
|
|
|
1.
|
Walet
|
Collocalia
linchi
|
94
|
SUB
PLOT A
|
2.
|
Tekukur
|
Streptopelia
chinensis
|
47
|
SUB
PLOT A dan D
|
3.
|
Burung Madu Sriganti
|
Nectarinia
jugularis
|
37
|
SUB
PLOT A
|
4.
|
Burung
Gereja
|
Paser montanus
|
20
|
SUB
PLOT A
|
5.
|
Cucak
kutilang
|
Pycnonotus
aurigaster
|
53
|
SUB
PLOT D
|
6.
|
Cinenen
Pisang
|
Orthotomus
sutorius
|
8
|
SUB
PLOT D
|
7.
|
Wiwik
Uncuing
|
Cacomantis
sepulclaris
|
17
|
SUB
PLOT B
|
8.
|
Cekakak
Sungai
|
Todirhampus
chloris
|
15
|
SUB
PLOT D
|
9.
|
Bubut
Alang-alang
|
Centropus
bengalensis
|
7
|
SUB
PLOT C
|
10.
|
Garangan
|
Herpestes
javanicus
|
1
|
SUB
PLOT A
|
11.
|
Tupai
|
Tupaidae
|
6
|
SUB
PLOT A
|
12.
|
Bajing
|
Callossciurus
notatus
|
48
|
SUB
PLOT A
|
13.
|
Kelelawar
|
Rhinolophidae
|
2
|
SUB
PLOT C dan D
|
14.
|
Bunglon
|
Bronchochela
jubata
|
2
|
SUB
PLOT A
|
Tabel 2. Diagram jumlah jenis spesies di Kampus IPB Dramaga
Pembahasan
Satwaliar
merupakan semua jenis satwa yang memiliki sifat-sifat liar, baik yang hidup
bebas maupun yang dipelihara oleh manusia (Alikodra 2001). Cakupan jenisnya
cukup luas, meliputi anggota vertebrata seperti mamalia, burung, ikan, reptil,
dan amfibi. Satwa liar hidup pada berbagai macam lingkungan baik berupa hutan
maupun kawasan hutan (Ekarelawan 1988). Seperti pada penelitian yang dilakukan
di kawasan sekitar kandang fakultas
peternakan, di temukan berbagai macam jenis burung, mamalia dan reptil.
Secara umum, vegetasi yang ada di kandang
fapet berupa semak belukar, kelapa sawit, petai cina, Fabaceae, rumput,
dan ilalang. Vegetasi tersebut biasa
digunakan sebagai habitat satwa liar. Habitat satwa liar dapat dikatakan
sebagai tempat hidup satwa liar (Odum 1971 & Moen 1973). Pada prinsipnya
satwaliar memerlukan tempat-tempat yang dapat digunakan untuk mencari makan,
berlindung, beristirahat, dan berkembangbiak. Selain habitat, faktor-faktor
yang memepengaruhi kehidupan satwa yaitu : (1) decimating factor yaitu faktor-faktor yang secara langsung dapat
menyebabkan kematian, seperti pemangsaan, penyakit, kecelakaan, dan perburuan;
(2) welfare factors, yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup satwaliar, seperti
kualitas makanan, penutup (cover), dan air; dan (3) influencing factors, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
dan kuantitas makanan, air, pelindung, dan ruang, serta penyempitan habitat
akibat kegiatan manusia (Wiersum 1973).
Kawasan
sekitar kandang sapi fakultas peternakan IPB temasuk kedalam site tiga plot
lima. Kawasan ini terbagi menjadi empat sub plot yang terdiri dari sub plot A,
B, C dan D. Sub plot A terdiri dari Padang rumput, Semak belukar di batas pagar
dan vegetasi pohon berupa lamtoro (Parkia speciosa) di sepanjang jalan, Sub plot B terdiri dari
rumput ilalang, pohon yang sudah tidak ada daunnya sama sekali, dan juga terdapat beberapa jenis tumbuhan bawah di sekitar ilalang, Sub plot C terdiri dari dominasi rumput pada
bagian atas, dan rumput ilalang serta semak belukar pada bagian bawah, selain
itu pada batas site terdapat pagar yang terbuat dari pagar alam berupa semak belukar dan pohon dari suku
Fabaceae sp. serta pagar buatan manusia, sedangkan Sub plot D terdiri dari
padang rumput yang didominasi oleh rumput dan semak belukar, terdapat aliran sungai kecil dan juga pohon dari suku
fabaceae, tumbuhan pisang, serta rumput ilalang, pada sudut terdapat tumbuhan
sawit (Elaeisis guineensis). Vegetasi tersebut dapat memenuhi komponen
kebutuhan satwa yang terdiri dari pakan, cover dan air. Seluruh kebutuhan tersebut diperoleh satwa dari lingkungannya atau
habitat dimana satwa liar hidup dan berkembang biak. Satwa liar yang terdapat
dikawasan tersebut meliputi:
1.
Mamalia
Menurut Balen et al. (1986) di areal Kampus IPB
Darmaga ditemukan beberapa jenis mamalia, yaitu trenggiling (Psiittacula alexandri), landak (Hystrix brachyura), musang (Paradoxurus hermaphroditus), serta
beberapa tikus dan kelelawar. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, Di
daerah sekitar kandang fapet ditemukan beberapa jenis mamalia, diantaranya
adalah garangan (Herpestes javanica),
tupai(Tupaidae), bajing kelapa (Callossciurus
notatus), dan kelelawar (Rhinolophidae). Dari jenis mamalia yang ditemukan,
satu diantaranya merupakan jenis yang dilindungi Undang-undang Perlindungan
Binatang Liar 1931, yaitu garangan (Herpestes
javanica). Garangan (Herpestes
javanica) merupakan mamalia yang jarang ditemukan pada saat pengamatan. Hal
ini dikarenakan tidak semua areal pengamatan menyediakan sumber pakan yang
cukup sehingga sehingga penyebarannya pun tidak merata dan adanya gangguan pada
tempat berlindung atau sarang dari predator ataupun manusia. Selain itu, karena
pengamatan dilakukan setiap pagi dan
sore hari, padahal garangan merepukan jenis satwa yang beraktivitas di malam hari
atau nokturnal, sehingga intensitas pertemuan sangatlah kecil dan informasi
tambahan dilihat berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan seperti pendugaan
sarang. Bajing kelapa (Callossciurus
notatus) merupakan mamalia yang paling dominan di sekitar kawasan kandang
sapi fakultas peternakan IPB. Hal ini karena faktor kesesuaian habitat oleh Bajing Kelapa (Calociurus notatus) seperti ketersediaan sumber pakan, sumber air,
dan gangguan terhadap tempat berlindung (cover),
toleran terhadap gangguan dan sebagainya, dan keberhasilan dalam menerapkan
strategi adaptasi (Mackinon 2002 dan Rinaldi 1992). Di kawasan ini
pengamtan terdapat pohon sawit (Elaeis
guineensis) yang buahnya merupakan pakan kesukaan dari Bajing kelapa
(Callossciurus notatus). Selain
tersedianya sumber pakan di kawasan ini juga sumber air berupa sungai serta
tempat berlindung (cover). Dari empat sub-plot yang diamati, paling sering
ditemukan di sub-plot B karena terdapat
pohon sawit (Elaeis guineensis) yang menjadi sumber kesukaan pakan dari
bajing kelapa.
2.
Burung
Menurut
Balen et al (1986) di areal Kampus
IPB Darmaga terdapat 68 jenis burung yang menetap atau singgah sementara. Salah
satunya adalah di sekitar kandang fakultas peternakan yang merupakan bagian habitat dari burung yang ada
di kampus IPB Darmaga. Ada beberapa jenis burung yang ditemukan di kandang
Fakultas Peternakan yaitu walet (Collocalia
linchi), burung cucak kutilang (Pycnonotus
aurigaster), burung cekakak sungai (Todirhampus
chloris), burung wiwik uncuing (Cacomantis
sepulclaris), burung gereja (Paser
montanus), burung tekukur (Streptopelia
chinensis), burung bubut alang-alang (Centropus
bengalensis), burung madu sriganti (Nectarinia
jugularis), maupun burung cinenen
pisang (Orthotomus sutorius). Burung
walet merupakan jenis burung yang memiliki presentase paling besar yaitu
sebesar 26,33% dan memiliki penyebaran yang luas. Hal ini dikarenakan site III
terdapat pakan yang cukup yaitu banyaknya jumlah serangga. Faktor lain yang
membuat burung walet melimpah karena adanya sumber air yaitu sungai dan tajuk
pohon yang berfungsi sebagai cover. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arief
(2005) bahwa burung walet merupakan satwa yang ketat terhadap pemilihan
habitat. Tempat yang sesuai dengan habitat walet adalah bersuhu 26-30°C, berkelembaban
udara 80-90% dan
dekat dengan tempat ia mencari makan. Bukan hanya itu saja tetapi harus aman
dari gangguan, binatang predator, terlindung dari terpaan angin, terik
matahari, hujan dan cahaya yang terang. Burung cekakak sungai (Halcyon
cyanoventris) merupakan salah satu jenis burung yang habitatnya tidak jauh
dari air, karena sumber pakannya adalah ikan-ikan yang ada di sungai. Burung
cucak kutilang (Pycnocotus aurigaster)
dan tekukur (Streptopelia chinensis)
merupakan jenis burung yang mudah ditemui di sekitar kandang fakultas
peterakan. . Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di kampus IPB
darmaga bahwa burung cucak kutilang (Pycnocotus
aurigaster) yang dominan ditemukan (Mulyani 1985). Tipe sebaran populasi burung cucak kutilang
adalah berkelompok. Selama pengamatan berlangsung lebih sering menemukan burung
cucak kutilang bertengger ataupun terbang berkelompok dibandingkan yang
soliter. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mackinon (2002) bahwa cucak kutilang
merupakan jenis burung yang suka berkelompok yang aktif dan ribut, lebih
menyukai pepohonan terbuka atau bersemak di pinggir hutan, tumbuhan sekunder,
taman, dan pekarangan atau bahkan kota besar. Sedangkan jenis burung yang
tergolong jarang dijumpai adalah bubut alang-alang (Centropus bengalensis) sebesar 1.96%.
3.
Reptil
Menurut
Balen et al (1986) di areal Kampus
IPB Darmaga terdapat jenis-jenis reptil dan amfibi yang antara lain : berbagai jenis ular, kadal
bunglon, tokek, kodok maupun katak. Berdasarkan data hasil pengamatan, jenis
reptil yang berada di sekitar kawasan
kandang fakultas peternakan adalah Bunglon (Bronchocela jubata). Bunglon kerap ditemukan di semak, perdu
dan
pohon-pohon peneduh.
Sering pula didapati terjatuh dari pohon atau perdu ketika mengejar mangsanya.
Bunglon memangsa berbagai macam serangga yang dijumpainya seperti kupu-kupu, ngengat, capung, lalat dan
lain-lain. Hal ini sejalan dengan
pengamatan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil analisis vegetasi,
didapatkan bahwa kawasan ini di dominansi oleh semak belukar dan alang-alang
yang menjadi tempat favorit bagi bunglon. Selain itu perjumpaan spesies ini
dengan pakannya juga relatif sering, hal ini dibuktikan oleh seringnya
perjumpaan pengamat dengan kupu-kupu dan capung setiap pengamatan. Namun keanekaragaman
reptil di sekitar kandang Fakultas Peternakan
tergolong rendah, hal ini dikarenakan reptil banyak ditemukan pada malam
hari karena umumnya reptil tergolong hewan nokturnal, malam hari reptil mulai
berktifitas. Sementara pengamatan lebih banyak dilakukan pada pagi dan sore
hari dibandingkan dengan malam hari. Hal ini menyebabkan rendahnya intensitas
pertemuan antara pengamat dengan satwa.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan di seluruh site kampus IPB Dramaga, ditemukan berbagai macam satwa
mulai dari amfibi sampai dengan mamalia. Ditemukan 46 jenis burung, lima jenis
mamalia, tujuh jenis amfibi dan 13 jenis reptil. Jenis yang paling melimpah
jumlahnya adalah burung walet dan burung
cucak kutilang. Burung cucak kutilang dijumpai disemua site. Jumlahnya pun
beragam di site pertama berjumlah 421
ekor, site II berjumlah 217 ekor, site III berjumlah 404 ekor dan site IV
berjumlah 687 ekor. Banyaknya ditemukannya burung ini berkaitan dengan
kesesuaian habitatnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hernowo (2006) bahwa untuk
memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup, burung memerlukan habitat yang
sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu,
habitat yang dijadikan sebagai tempat tinggal cucak kutilang memiliki
karakteristik sebagai berikut; memiliki keanekaragaman fauna yang tinggi
(melimpahnya sumber pakan), daerah berbukit, terdapat aliran sungai dan wilayah
tersebut dapat memberikan fungsinya sebagai habitat cucak kutilang yaitu dalam
hal penyediaan makanan, sarang, berbiak dan tempat berlindung juga berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, cucak kutilang cenderung memanfaatkan pohon
dengan strata B yaitu strata menengah dengan lanskap terbuka dan tajuk tidak
terlalu rapat, untuk aktivitas bertengger dan berlindung dimana pohon-pohon
tersebut umumnya memiliki cabang yang kokoh untuk bertengger serta menghindar dari
serangan predator (Dahlan 2008). Pernyataan diatas sesuai dengan kondisi umum
dari lokasi pengamatan yaitu di kampus IPB Darmaga secara keseluruhan, ada site
yang didominasi berbagai jenis hutan tanaman, areal pertanian, hutan bambu,
pepohonan terbuka, semak hingga padang rumput. Selain itu, penutupan tajuk pohon yang ada di Kampus IPB
Darmaga tidak terlalu rapat sehingga
memperoleh cahaya yang relative banyak. Intensitas cahaya sangat penting bagi
burung, terutama pada pagi hari. Karena cahaya matahari berguna untuk
metabolisme cucak kutilang (Pycnocotus
aurigaster). Selain itu burung termasuk satwa yang memiliki mobilitas
tinggi. Pergerakan burung dari habitat satu ke habitat lainnya memerlukan waktu
yang relative singkat (Aida 2002). Sehingga menyebabkan jumlah burung cucak
kutilang melimpah jumlahnya sesuai dengan pernyataan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di kampus IPB darmaga bahwa burung cucak kutilang (Pycnocotus aurigaster) yang dominan
ditemukan (Mulyani 1985).
SARAN
Kampus
IPB Dramaga merupakan habitat yang sangat penting untuk sebaran satwa. Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya konservasi seperti menjaga
habitatnya agar tetap lestari sehingga keanekaragaman satwa liar
di kampus IPB terus terjaga.
Selain itu,
perlu diadakannya monitoring dan pengawasan sebaran satwa secara teratur agar dapat mengetahui penyebaran satwa terbaru yang berguna untuk pemantauan dan penjagaan
keanekaragam hayati di Kampus IPB Darmaga.
KESIMPULAN
Dari
hasil pengamatan ditemukan tiga kelas satwa yaitu mamalia, aves dan reptil. Pada kelas mamalia yang paling dominan adalah
bajing kelapa, serta terdapat jenis lain seperti tupai, garangan, dan
kelelawar. Untuk reptil hanya ditemukan bunglon. Sedangkan untuk aves yang
paling dominan adalah burung walet dari sembilan jenis burung lainnya, yaitu
burung madu sriganti, tekukur, burung gereja, cekakak sungai, cinenen pisang,
cucak kutilang, wiwik uncuing dan bubut alang-alang.
DAFTAR PUSTAKA
Aida, F. 2002. Analisis Bahan Sarang Burung Pecuk Padi Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) di Suaka
Margasatwa Pulau Rambut, Teluk Jakarta. Jurnal
Ilmiah Nasional: Vol 8 : 241-247
Alikodra, H.S. 2001. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Bogor : Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat IPB
Arief
B. 2005. Budidaya dan Bisnis Sarang Walet.
Jakarta : Penerbit Swadaya.
Dahlan. [H1] 2008. Pemanfaatan
Berbagai Tipe Habitat Oleh Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster Vieillot) Di Kebun Raya
Bogor.Bogor:Institut Pertanian Bogor hal:2 dan 6.
Ekarelawan.
1988. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kampus IPB Darmaga Melalui Pendekatan
Koinsepsi Hutan Kota [skripsi].Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Hernowo,
JB, R Soekmadi, dan Ekarelawan. 1991. Kajian Pelestaraian Satwaliar di Kampus
IPB Darmaga. Jurnal Media Konservasi
Vol.III (2): 43-65
Hernowo JB, Wahyu
TW. 2006. Population and Habitat of
Javan Green Peafowl at Alas Purwo National Park, East Java. Jurnal
Ilmiah Bidang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Lingkungan Vol. XI/No 3 Desember 2006.
Mackinon, J., Philipps, K.,
Balen, V.B. 2001. Burung-burung di
Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Jakarta. Puslitbang Biologi-LIPI.
Mulyani, Y.A. 1985. Studi Keanekaragaman Jenis Burung di
Lingkungan kampus IPB Darmaga. [Skripsi] Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan,
Fakultas Kehutanan IPB.
Moen,
A.N.1973. Wildlife Ecology.Wh Freeman
and Company. San Fransisco
Odum
EP.1971. Fundamental of Ecology. WB
Sounders Co.Philadelphia-London-Toronto
Wiersum,
KF. 1973. Wildlife Utilization and
Management in Tropical Regioan. Agricultural University, Nature Conservation Departement. Wageningen
Van Ballen B, J.B Hernowo Y.A. Mulyani dan H.R. Putro.1986. The Bird of Dramaga. Media
Konservasi. 1 (2) : 1-5. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
[H1]Cantumkan
semua penulis
0 comments:
Post a Comment