Tuesday, September 22, 2015

SEBARAN SATWA LIAR DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR (Wildlife Distribution in Campus of Bogor Agricultural University)

ABSTRAK
Pengamatan pola penyebaran satwa liar di sekitar kampus IPB Dramaga Bogor dilakukan  untuk mengetahui sebaran satwa liar yang ada di sekitar Kampus IPB Dramaga Bogor. Dengan adanya informasi tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi pasti mengenai sebaran satwa liar yang ada di kampus IPB Dramaga Bogor. Pengamatan dilakukan di kampus IPB Dramaga Bogor yang dibagi menjadi empat site area pengamatan. Pengamatan satwa liar dilakukan selama 6 kali ulangan yang dibagi menjadi dua kali waktu pengamatan setiap kali ulangan yaitu pada pagi dan sore hari. Metode yang digunakan dalam pengambilan data, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metoda langsung dilakukan dengan mengamati diam, scan sampling, dan penjelajahan. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan pemasangan live trap.  Satwa liar yang ditemukan antara lain dari kelas mamalia seperti Bajing (Callossciurus notatus), Tupai (Tupaidae), Kelelawar (Rhinolophidae) dan Garangan (Herpestes javanicus), kelas aves yaitu Walet (Collocalia linchi), Tekukur (Streptopelia chinensis), Burung Madu Sriganti (Nectarinia jugularis), Burung Gereja (Paser montanus), Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius), Wiwik Uncuing (Cacomantis sepulclaris), Cekakak Sungai (Todirhampus choloris) dan Bubut Alang-alang (Centropus bengalensis) dan dari kelompok herpetofauna hanya ditemukan Bunglon (Bronchochela jubata).
Kata Kunci : Keanekaragaman, Satwaliar, Sebaran




PENDAHULUAN


Kampus IPB Dramaga merupakan kampus yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dengan luas 256,97 hektar, kampus IPB Dramaga memiliki tipe vegetasi yang bervariasi. Vegetasi yang bervariasi ini mencakup vegetasi homogen maupun campuran. Kampus IPB Dramaga  memiliki vegetasi mulai dari semak, padang rumput, tegakan karet, tegakan pinus, tegakan sengon, hutan campuran, arboretum bambu, dan taman. Dengan vegetasi yang beragam, kampus IPB dapat menjadi sebuah habitat yang memadai bagi keanekaragaman hayati, khususnya satwa liar. Areal kampus IPB Darmaga masih dapat dijumpai berbagai jenis mamalia, burung, ikan maupun reptil.  Keberadaan jenis-jenis satwaliar tersebut bagi IPB merupakan kekayaan yang dapat mendukung terciptanya suasana kampus yang selaras dengan lingkungan alami maupun sebagai obyek penelitian (Hernowo 1991). 
Demi mencegah hilangnya keberadaan satwaliar, maka diperlukan tindakan untuk menjaga ekosistem satwaliar itu sendiri. Hal ini membutuhkan informasi persebaran terbaru agar data yang diperoleh dapat memperbaharui data sebelumnya. Dengan mengetahui persebaran satwaliar di kampus IPB Dramaga, khususnya sekitar kandang Fakultas Peternakan maka dapat diperoleh homerange dari satwa liar tertentu. Hal ini dapat memudahkan untuk mempelajari prilaku satwa.
Berdasarkan latar belakang di atas, pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis spesies, jumlah dan penyebaran satwa yang berada si sekitar kandang fakultas peternakan IPB yang termasuk kedalam site lima plot tiga.
METODE PENELITIAN
Pengamatan dilakukan di site lima plot tiga yang merupakan kawasan sekitar kandang Fakultas Peternakan, Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Pengamatan dilakukan selama enam kali pengamatan. Mulai dari tanggal 9 – 21 Maret 2012.  Pengamatan ini dilakukan pada pagi hari sekitar pukul (06.00-07.30) dan sore hari pukul (17.00-18.00) WIB. Alat dan bahan yang digunakan selama pengamatan yaitu  binokuler, tally sheet, field guide, alat tulis, dan buku panduan lapang.
Metode yang digunakan dalam pengambilan data, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metoda langsung dilakukan dengan mengamati diam, scan sampling, dan penjelajahan. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan pemasangan live trap dan perekaman suara.
Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder mengenai sebaran satwa liar. Data yang dikumpulkan selama pengamatan meliputi waktu penemuan satwa, posisi penemuan satwa, dan aktivitas  yang dilakukan satwa tersebut. Sedangkan  Data ini diperoleh dari jurnal - jurnal yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati yang ada di kammpus IPB Darmaga.
Data hasil pengamatan (data primer) dipindahkan ke dalam peta lokasi pengamatan. Titik-titik lokasi pada peta digunakan untuk menentukan daerah jelajah satwa, yaitu dengan menghubungkan titik-titik terluar dari lokasi ditemukannya satwa.
Teritori satwa ditentukan dengan data deskriptif berupa lokasi yang paling banyak dikunjungi oleh satwa. Faktor-faktor yang berkaitan dengan teritori dianalisis dengan data sekunder.
HASIL
            Satwa liar yang ditemukan di site tiga plot lima yang merupakan wilayah di sekitar kandang Fapet terdiri dari 9 jenis burung, 4 jenis mamalia, dan 1 jenis reptil. Seperti dalam Tabel 1.



Tabel 1. Daftar jumlah jenis spesies di site tiga plot lima kawasan kandang sapi Fakultas Peternakan IPB
No.
Jenis
Jumlah
Lokasi dominan ditemukannya satwa

Nama Lokal
Nama Ilmiah


1.
Walet
Collocalia linchi
94
SUB PLOT A
2.
Tekukur
Streptopelia chinensis
47
SUB PLOT  A dan D
3.
Burung  Madu Sriganti
Nectarinia jugularis
37

SUB PLOT  A
4.
Burung Gereja
Paser montanus
20
SUB PLOT  A
5.
Cucak kutilang
Pycnonotus aurigaster
53

SUB PLOT  D
6.
Cinenen Pisang
Orthotomus sutorius
8

SUB PLOT  D
7.
Wiwik Uncuing
Cacomantis sepulclaris
17

SUB PLOT  B
8.
Cekakak Sungai
Todirhampus chloris
15

SUB PLOT  D
9.
Bubut Alang-alang
Centropus bengalensis
7

SUB PLOT  C
10.
Garangan
Herpestes javanicus
1
SUB PLOT  A
11.
Tupai
Tupaidae
6
SUB PLOT  A
12.
Bajing
Callossciurus notatus
48
SUB PLOT  A
13.
Kelelawar
Rhinolophidae
2
SUB PLOT  C dan D
14.
Bunglon                  
Bronchochela jubata
2
SUB PLOT  A

Tabel 2. Diagram  jumlah jenis spesies di Kampus IPB Dramaga



Pembahasan
Satwaliar merupakan semua jenis satwa yang memiliki sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia (Alikodra 2001). Cakupan jenisnya cukup luas, meliputi anggota vertebrata seperti mamalia, burung, ikan, reptil, dan amfibi. Satwa liar hidup pada berbagai macam lingkungan baik berupa hutan maupun kawasan hutan (Ekarelawan 1988). Seperti pada penelitian yang dilakukan di kawasan sekitar kandang fakultas  peternakan, di temukan berbagai macam jenis burung, mamalia dan reptil.
 Secara umum, vegetasi yang ada di kandang fapet berupa semak belukar, kelapa sawit, petai cina, Fabaceae, rumput, dan  ilalang. Vegetasi tersebut biasa digunakan sebagai habitat satwa liar. Habitat satwa liar dapat dikatakan sebagai tempat hidup satwa liar (Odum 1971 & Moen 1973). Pada prinsipnya satwaliar memerlukan tempat-tempat yang dapat digunakan untuk mencari makan, berlindung, beristirahat, dan berkembangbiak. Selain habitat, faktor-faktor yang memepengaruhi kehidupan satwa yaitu : (1) decimating factor yaitu faktor-faktor yang secara langsung dapat menyebabkan kematian, seperti pemangsaan, penyakit, kecelakaan, dan perburuan; (2) welfare factors, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup satwaliar, seperti kualitas makanan, penutup (cover), dan air; dan (3) influencing factors, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan, air, pelindung, dan ruang, serta penyempitan habitat akibat kegiatan manusia (Wiersum 1973).
Kawasan sekitar kandang sapi fakultas peternakan IPB temasuk kedalam site tiga plot lima. Kawasan ini terbagi menjadi empat sub plot yang terdiri dari sub plot A, B, C dan D. Sub plot A terdiri dari Padang rumput, Semak belukar di batas pagar dan vegetasi  pohon berupa lamtoro (Parkia speciosa)  di sepanjang jalan, Sub plot B terdiri dari rumput ilalang, pohon yang sudah tidak ada daunnya sama sekali,  dan juga terdapat beberapa  jenis tumbuhan bawah di sekitar ilalang,  Sub plot C terdiri dari dominasi rumput pada bagian atas, dan rumput ilalang serta semak belukar pada bagian bawah, selain itu pada batas site terdapat pagar yang terbuat dari pagar alam  berupa semak belukar dan pohon dari suku Fabaceae sp. serta pagar buatan manusia, sedangkan Sub plot D terdiri dari padang rumput yang didominasi oleh rumput dan semak belukar, terdapat  aliran sungai kecil dan juga pohon dari suku fabaceae, tumbuhan pisang, serta rumput ilalang, pada sudut terdapat tumbuhan sawit (Elaeisis guineensis). Vegetasi tersebut dapat memenuhi komponen kebutuhan satwa yang terdiri dari pakan, cover dan air. Seluruh kebutuhan tersebut diperoleh satwa dari lingkungannya atau habitat dimana satwa liar hidup dan berkembang biak. Satwa liar yang terdapat dikawasan tersebut meliputi:
1.         Mamalia

Menurut Balen et al. (1986) di areal Kampus IPB Darmaga ditemukan beberapa jenis mamalia, yaitu trenggiling (Psiittacula alexandri), landak (Hystrix brachyura), musang (Paradoxurus hermaphroditus), serta beberapa tikus dan kelelawar. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, Di daerah sekitar kandang fapet ditemukan beberapa jenis mamalia, diantaranya adalah garangan (Herpestes javanica), tupai(Tupaidae), bajing kelapa (Callossciurus notatus), dan kelelawar (Rhinolophidae). Dari jenis mamalia yang ditemukan, satu diantaranya merupakan jenis yang dilindungi Undang-undang Perlindungan Binatang Liar 1931, yaitu garangan (Herpestes javanica). Garangan (Herpestes javanica) merupakan mamalia yang jarang ditemukan pada saat pengamatan. Hal ini dikarenakan tidak semua areal pengamatan menyediakan sumber pakan yang cukup sehingga sehingga penyebarannya pun tidak merata dan adanya gangguan pada tempat berlindung atau sarang dari predator ataupun manusia. Selain itu, karena pengamatan  dilakukan setiap pagi dan sore hari, padahal garangan merepukan jenis satwa yang beraktivitas di malam hari atau nokturnal, sehingga intensitas pertemuan sangatlah kecil dan informasi tambahan dilihat berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan seperti pendugaan sarang. Bajing kelapa (Callossciurus notatus) merupakan mamalia yang paling dominan di sekitar kawasan kandang sapi fakultas peternakan IPB. Hal ini karena faktor kesesuaian habitat oleh Bajing Kelapa (Calociurus notatus) seperti ketersediaan sumber pakan, sumber air, dan gangguan terhadap tempat berlindung (cover), toleran terhadap gangguan dan sebagainya, dan keberhasilan dalam menerapkan strategi adaptasi (Mackinon 2002 dan Rinaldi 1992). Di kawasan ini pengamtan  terdapat pohon sawit (Elaeis guineensis) yang buahnya merupakan pakan kesukaan dari Bajing kelapa (Callossciurus notatus). Selain tersedianya sumber pakan di kawasan ini juga sumber air berupa sungai serta tempat berlindung (cover). Dari empat sub-plot yang diamati, paling sering ditemukan  di sub-plot B karena terdapat pohon sawit (Elaeis guineensis) yang menjadi sumber kesukaan pakan dari bajing kelapa.  
     
2.         Burung
Menurut Balen et al (1986) di areal Kampus IPB Darmaga terdapat 68 jenis burung yang menetap atau singgah sementara. Salah satunya adalah di sekitar kandang fakultas peternakan yang  merupakan bagian habitat dari burung yang ada di kampus IPB Darmaga. Ada beberapa jenis burung yang ditemukan di kandang Fakultas Peternakan yaitu walet (Collocalia linchi), burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung cekakak sungai (Todirhampus chloris), burung wiwik uncuing (Cacomantis sepulclaris), burung gereja (Paser montanus), burung tekukur (Streptopelia chinensis), burung bubut alang-alang (Centropus bengalensis), burung madu sriganti (Nectarinia jugularis), maupun  burung cinenen pisang (Orthotomus sutorius). Burung walet merupakan jenis burung yang memiliki presentase paling besar yaitu sebesar 26,33% dan memiliki penyebaran yang luas. Hal ini dikarenakan site III terdapat pakan yang cukup yaitu banyaknya jumlah serangga. Faktor lain yang membuat burung walet melimpah karena adanya sumber air yaitu sungai dan tajuk pohon yang berfungsi sebagai cover. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arief (2005) bahwa burung walet merupakan satwa yang ketat terhadap pemilihan habitat. Tempat yang sesuai dengan habitat walet adalah bersuhu 26-30°C, berkelembaban udara 80-90% dan dekat dengan tempat ia mencari makan. Bukan hanya itu saja tetapi harus aman dari gangguan, binatang predator, terlindung dari terpaan angin, terik matahari, hujan dan cahaya yang terang. Burung cekakak sungai (Halcyon cyanoventris) merupakan salah satu jenis burung yang habitatnya tidak jauh dari air, karena sumber pakannya adalah ikan-ikan yang ada di sungai. Burung cucak kutilang (Pycnocotus aurigaster) dan tekukur (Streptopelia chinensis) merupakan jenis burung yang mudah ditemui di sekitar kandang fakultas peterakan. . Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di kampus IPB darmaga bahwa burung cucak kutilang (Pycnocotus aurigaster) yang dominan ditemukan (Mulyani 1985).  Tipe sebaran populasi burung cucak kutilang adalah berkelompok. Selama pengamatan berlangsung lebih sering menemukan burung cucak kutilang bertengger ataupun terbang berkelompok dibandingkan yang soliter. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mackinon (2002) bahwa cucak kutilang merupakan jenis burung yang suka berkelompok yang aktif dan ribut, lebih menyukai pepohonan terbuka atau bersemak di pinggir hutan, tumbuhan sekunder, taman, dan pekarangan atau bahkan kota besar. Sedangkan jenis burung yang tergolong jarang dijumpai adalah bubut alang-alang (Centropus bengalensis) sebesar 1.96%. 
3.         Reptil
Menurut Balen et al (1986) di areal Kampus IPB Darmaga terdapat jenis-jenis reptil dan amfibi yang  antara lain : berbagai jenis ular, kadal bunglon, tokek, kodok maupun katak. Berdasarkan data hasil pengamatan, jenis reptil  yang berada di sekitar kawasan kandang fakultas peternakan adalah Bunglon (Bronchocela jubata). Bunglon kerap ditemukan di semak, perdu  dan pohon-pohon peneduh. Sering pula didapati terjatuh dari pohon atau perdu ketika mengejar mangsanya. Bunglon memangsa berbagai macam serangga yang dijumpainya seperti  kupu-kupu, ngengat, capung, lalat dan lain-lain.  Hal ini sejalan dengan pengamatan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil analisis vegetasi, didapatkan bahwa kawasan ini di dominansi oleh semak belukar dan alang-alang yang menjadi tempat favorit bagi bunglon. Selain itu perjumpaan spesies ini dengan pakannya juga relatif sering, hal ini dibuktikan oleh seringnya perjumpaan pengamat dengan kupu-kupu dan capung setiap  pengamatan. Namun keanekaragaman reptil di sekitar kandang Fakultas Peternakan  tergolong rendah, hal ini dikarenakan reptil banyak ditemukan pada malam hari karena umumnya reptil tergolong hewan nokturnal, malam hari reptil mulai berktifitas. Sementara pengamatan lebih banyak dilakukan pada pagi dan sore hari dibandingkan dengan malam hari. Hal ini menyebabkan rendahnya intensitas pertemuan antara pengamat dengan satwa.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di seluruh site kampus IPB Dramaga, ditemukan berbagai macam satwa mulai dari amfibi sampai dengan mamalia. Ditemukan 46 jenis burung, lima jenis mamalia, tujuh jenis amfibi dan 13 jenis reptil. Jenis yang paling melimpah jumlahnya adalah  burung walet dan burung cucak kutilang. Burung cucak kutilang dijumpai disemua site. Jumlahnya pun beragam di site pertama  berjumlah 421 ekor, site II berjumlah 217 ekor, site III berjumlah 404 ekor dan site IV berjumlah 687 ekor. Banyaknya ditemukannya burung ini berkaitan dengan kesesuaian habitatnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hernowo (2006) bahwa untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup, burung memerlukan habitat yang sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, habitat yang dijadikan sebagai tempat tinggal cucak kutilang memiliki karakteristik sebagai berikut; memiliki keanekaragaman fauna yang tinggi (melimpahnya sumber pakan), daerah berbukit, terdapat aliran sungai dan wilayah tersebut dapat memberikan fungsinya sebagai habitat cucak kutilang yaitu dalam hal penyediaan makanan, sarang, berbiak dan tempat berlindung juga berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, cucak kutilang cenderung memanfaatkan pohon dengan strata B yaitu strata menengah dengan lanskap terbuka dan tajuk tidak terlalu rapat, untuk aktivitas bertengger dan berlindung dimana pohon-pohon tersebut umumnya memiliki cabang yang kokoh untuk bertengger serta menghindar dari serangan predator (Dahlan 2008). Pernyataan diatas sesuai dengan kondisi umum dari lokasi pengamatan yaitu di kampus IPB Darmaga secara keseluruhan, ada site yang didominasi berbagai jenis hutan tanaman, areal pertanian, hutan bambu, pepohonan terbuka, semak hingga padang rumput. Selain itu,  penutupan tajuk pohon yang ada di Kampus IPB Darmaga  tidak terlalu rapat sehingga memperoleh cahaya yang relative banyak. Intensitas cahaya sangat penting bagi burung, terutama pada pagi hari. Karena cahaya matahari berguna untuk metabolisme cucak kutilang (Pycnocotus aurigaster). Selain itu burung termasuk satwa yang memiliki mobilitas tinggi. Pergerakan burung dari habitat satu ke habitat lainnya memerlukan waktu yang relative singkat (Aida 2002).  Sehingga menyebabkan jumlah burung cucak kutilang melimpah jumlahnya sesuai dengan pernyataan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di kampus IPB darmaga bahwa burung cucak kutilang (Pycnocotus aurigaster) yang dominan ditemukan (Mulyani 1985).
SARAN
Kampus IPB Dramaga merupakan habitat yang sangat penting untuk sebaran satwa. Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya konservasi seperti menjaga habitatnya agar tetap lestari sehingga keanekaragaman satwa liar di kampus IPB terus terjaga.
   Selain itu, perlu diadakannya monitoring dan pengawasan sebaran satwa secara teratur agar dapat mengetahui penyebaran satwa terbaru yang berguna untuk pemantauan dan penjagaan keanekaragam hayati di Kampus IPB Darmaga.

KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan ditemukan tiga kelas satwa yaitu mamalia, aves dan reptil.  Pada kelas mamalia yang paling dominan adalah bajing kelapa, serta terdapat jenis lain seperti tupai, garangan, dan kelelawar. Untuk reptil hanya ditemukan bunglon. Sedangkan untuk aves yang paling dominan adalah burung walet dari sembilan jenis burung lainnya, yaitu burung madu sriganti, tekukur, burung gereja, cekakak sungai, cinenen pisang, cucak kutilang, wiwik uncuing dan bubut alang-alang.
DAFTAR PUSTAKA
Aida, F. 2002. Analisis Bahan Sarang Burung Pecuk Padi Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Teluk Jakarta. Jurnal Ilmiah Nasional: Vol 8 : 241-247

Alikodra, H.S. 2001. Pengelolaan Satwaliar  Jilid 1. Bogor : Pusat Antar Universitas  Ilmu Hayat IPB

Arief B. 2005. Budidaya dan Bisnis Sarang Walet. Jakarta : Penerbit Swadaya.
Dahlan. [H1] 2008. Pemanfaatan Berbagai Tipe Habitat Oleh Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster Vieillot) Di Kebun Raya Bogor.Bogor:Institut Pertanian Bogor hal:2 dan 6.

Ekarelawan. 1988. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kampus IPB Darmaga Melalui Pendekatan Koinsepsi Hutan Kota [skripsi].Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Hernowo, JB, R Soekmadi, dan Ekarelawan. 1991. Kajian Pelestaraian Satwaliar di Kampus IPB Darmaga. Jurnal Media Konservasi Vol.III (2): 43-65
Hernowo JB, Wahyu TW. 2006. Population and Habitat of Javan Green Peafowl at Alas Purwo National Park, East Java. Jurnal Ilmiah Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Lingkungan Vol. XI/No 3 Desember 2006.

Mackinon, J., Philipps, K., Balen, V.B. 2001. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Jakarta. Puslitbang Biologi-LIPI.
Mulyani, Y.A. 1985. Studi Keanekaragaman Jenis Burung di Lingkungan kampus IPB Darmaga. [Skripsi] Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Moen, A.N.1973. Wildlife Ecology.Wh Freeman and Company. San Fransisco
Odum EP.1971. Fundamental of Ecology. WB Sounders Co.Philadelphia-London-Toronto
Wiersum, KF. 1973. Wildlife Utilization and Management in Tropical Regioan. Agricultural            University, Nature Conservation Departement. Wageningen
Van Ballen B, J.B Hernowo Y.A. Mulyani dan H.R. Putro.1986. The Bird of Dramaga.  Media Konservasi. 1 (2) : 1-5. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

 [H1]Cantumkan semua penulis

0 comments:

Post a Comment