BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Satwa liar telah banyak
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan seperti pemanfaatan berupa daging untuk
kebutuhan protein hewani, sebagai hewan peliharaan, obyek wisata serta sebagai
hewan percobaan biomedis dan obat-obatan. Salah satunya yang banyak dimanfaatkan
yaitu satwa burung. Satwa burung memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga
banyak dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan ini harus memperhatikan kondisi
populasi berbagai jenis satwa yang dimanfaatkan agar dapat diperoleh
pemanfaatan secara berkelanjutan. Pada kenyataannya banyak satwa yang
dimanfaatkan khususnya satwa burung tanpa memperhatikan populasi dialamnya.
Populasi yang semakin sedikit di alam dan sering mengalami masalah yang kritis
baik burung yang dilindungi maupun tidak dilindungi. Penurunan populasi ini
akibat perburuan illegal yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan sebagai
hobbi dan adanya deforstasi hutan.
Keberhasilan suatu
kegiatan konservasi satwa tidak terlepas dari aspek kesehatan satwa yang
dikelola. Kesehatan satwa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pathogen
yang dapat menyerang satwa dan menjadikan satwa yang bersangkutan sebagai
inangnya. Satwa yang terserang pathogen dalam suatu populasi berpotensi
menyebabkan penularan tehadap individu-individu lainnya, hal ini berkaitan
dengan salah satu sifat pathogen yang juga berkembang biak dan mempertahankan
keturunannya.
Burung merupakan salah
satu satwa yang banyak ditangkarkan untuk berbagai pemanfaatan baik untuk
pemanfaatan konservasi maupun untuk pemanfaatan sosial, ekonomi dan budaya.
Manajemen kesehatan pada burung sangat diperhatikan oleh pihak pengelola untuk
menghindari terjadinya stress. Terjadinya penyakit pada burung dapat dilihat
dari perubahan suhu tubuh, frekuensi nafas dan perubahan denyut jantung. Untuk
mengetahui cara pengobatan dan pengendalian penyakit, maka dilakukan pengamatan
langsung dan analisis untuk mendapatkan informasi mengenai manajemen
pengelolaan penangkaran burung Mega Bird and Orchid Farm (MBOF).
1.2
Tujuan
Praktikum yang dilakukan
ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek kesehatan di Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) Ciluer,
Bogor
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengelolaan Satwaliar
Pengelolaan satwa liar merupakan suatu
proses kompleks yang saling terkait. Kompleksnya komponen pengelolaan satwa
liar dapat dilihat dari pengelolaan pakan, kesehatan, habitat, dan populasi
satwa tersebut. Antar komponen pengelolaan tersebut merupakan unsur-unsur
penting dalam pengelolaan satwa liar di alam. Apabila salah satu dari komponen
pengelolaan tersebut tidak dilkasanakan dengan baik, maka pengelolaan satwa
liar yang di maksud atau yang dikelola tidak akan berjalan dengan baik.
Pengelolaan satwa liar, baik itu dalam
konservasi insitu maupun eksitu penting untuk memperhatikan kondisi pakan satwa
yang dikelola. Hal ini dikarenakan kondisi pakan satwa akan mempengaruhi
komponen lainnya dalam pengelolaan, seperti kesehatan dan populasi. Kondisi
pakan akan mempengaruhi komponen pengeolaan tersebut karena pakan erat
kaitannya dengan kesehatan dan populasi satwa. Apabila kondisi pakan satwa yang
dikelola baik, artinya nutrisi dan gizinya tercukupi dengan baik maka kondisi
kesehatan dan populasi satwa tersebut juga akan baik pula. Hal ini juga dapat
diartikan bahwa kesehatan satwa dan populasi (terkait dengan pola reproduksi)
satwa yang dikelola dapat terjamin pula.
Pengelolaan pakan merupakan salah satu hal
yang penting dalam pengelolaan satwa liar. Pengelolaan pakan bagi satwa
karnivora di habitat in situ tentunya tidak terlepas dari mangsanya yang
termasuk satwa herbivora. Satwa herbivora di habitat in situ hidupnya
bergantung dari ketersediaan pakannya seperti rumput-rumputan.
Peningkatan produktivitas
makanan satwa liar di daerah padang rumput atau savana dapat dilakukan dengan
berbagai teknik pengelolaan, seprti penggunaan api, penggunaan pupuk,
pengelolaan vegetasi, dan penggemburan tanah pada lapisan olah (top soil) (Alikodra 1989).
2.2
Kesehatan Satwa
Keberhasilan usaha penangkaran ditentukan oleh banyak factor,
diantaranya adalah kesehatan. Kesehatan satwa dipenangkaran dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan, makanan, manajemen, bibit penyakit dan kelainan-kelainan
metabolism (Vos 1982). Dengan memenuhi semua kebutuhan dan menjaga sanitasi
lingkungan hidupnya maka kesehatan burung kakatua dapat terjaga, berikut
beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perawatan kesehatan (Prahara 1999):
a.
Burung
dijauhkan dari kondisi-kondisi penyebab stres (seperti populasi yang terlalu
padat di dalam sangkar atau adanya burung yang terlalu dominan).
b.
Ukuran kawat
sangkar rapat untuk menghindari masuknya tikus.
c.
Burung
kakatua dihindarkan dari kondisi alam atau cuaca yang terlalu ekstrim, misalnya
kepanasan atau kedinginan.
d.
Suplemen
vitamin dan mineral diberikan secara teratur pada buah atau pakan lunak
kesukaannya dan tidak diberikan pada biji-bijian atau air karena kurang
efektif.
e.
Kebersihan
sangkar, tempat pakan dan minum senantiasa dijaga.
f.
Burung
kakatua diberi pakan yang bermutu baik.
g.
Kondisi
burung diperiksa minimum 2 kali sehari terutama pada saat matahari terbit.
Menurut
Vos (1982) aspek kesehatan mencakup pencegahan penyakit, pengobatan, dan
pemantauan kesehatan. Tindakan pencegahan penyakit pada satwa yaitu berupa
pemeriksaan kesehatan, vaksinasi,manajemen pakan (nutrisi), pengaturan minimum,
dan desinfeksi. Pemberian pakan burung di penangkaran yang baik haruslah
memenuhi kebutuhan gizi seimbang yang diperlukan oleh burung seperti di alam.
Pakan diberikan dalam jumlah secukupnya yang diberikan 2 kali sehari, yaitu
pada pagi hari setelah sangkar dibersihkan dan siang hari sekitar pukul 12.00,
pakan disajikan pada nampan-nampan plastik atau ditancapkan pada kayu tenggeran
yang telah dilengkapi dengan paku-paku atau kait-kait, tempat minumnya dari
sebuah bak atau kolam kecil yang airnya diganti dan dibersihkan minimal satu
kali sehari (Prahara 1999).
Meskipun sudah dilaksanakan perawatan dengan
baik burung masih dapat diserang penyakit terutama pada saat pergantian cuaca,
maka perlu diketahui ciri-ciri burung yang sakit (Prahara 1994). Stadium pertama
kebanyakan dapat terlihat melalui sinar mata burung yang bersangkutan, matanya
tidak bersinar atau bahkan terpejam, burung mulai tertidur dengan kepala
dilipat ke dalam sayapnya walaupun kedua kakinya masih dapat bertengger,
bulu-bulunya terutama di sekitar kepala akan tampak kusam dan kusut, feses
tidak normal baik warna ataupun konsistensinya (Prahara 1994). Menurut
Prahara (2003), gangguan fisik yang biasa diderita oleh burung kakatua, antara
lain:
a.
Penyakit
internal adalah penyakit yang menyerang organ-organ dalam burung, misalnya
usus, hati, paru-paru dan jantung. Penyakit yang bersifat internal dapat disebabkan
oleh mikroorganisme dan cacing. Penyakit internal yang paling sering menimpa
burung paruh bengkok adalah berak darah (coccidiosis), cacingan,
monoliasis dan aspergiliosis.
b.
Penyakit
eksternal adalah penyakit yang menyerang organ-organ luar walaupun akibatnya
dapat juga menyerang organ dalam. Salah satu penyakit eksternal pada burung
paruh bengkok adalah pssitacine beak and feather disease (PBDF)
atau penyakit paruh dan bulu. Penyakit ini dapat menyerang seluruh burung paruh
bengkok, terutama kakatua.
c.
Penyakit
defisiensi terutama disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pakan
burung. Penyakit ini sebenarnya banyak ragamnya tergantung pada kekurangan zat
vitamin atau mineral. Namun, penyakit ini tidak akan timbul jika kebutuhan
minimal pakan burung dapat disediakan. Penyakit defisiensi yang paling sering
menyerang burung paruh bengkok adalah defisiensi kalsium.
d.
Trauma
BAB
III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Lokasi dan Waktu Praktikum
Praktikum pengelolaan
penangkaran burung dilakukan pada hari senin tanggal 20 Mei 2013 pukul 13.00-17.00
WIB di penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) Ciluer, Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan dalam praktikum pengelolaan penangkaran burung yaitu alat tulis,
kamera, dan studi literatur. Sedangkan objek yang digunakan yaitu burung yang
ada di penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) Ciluer, Bogor.
3.3 Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada praktikum pengelolaan
penangkaran burung yaitu dengan data primer dan data skunder. Data primer
diproleh dengan cara observasi langsung ke lokasi praktikum dan wawancara
pengelola penangkaran burung di MBOF. Observasi langsung dilakukan dengan
mencari informasi aspek-aspek jenis-jenis penyakit, cara pengobatan, maupun
cara pencegahannya. Sedangkan data skunder meliputi studi pustaka yakni dengan
memperoleh data dari berbagai sumber diantaranya, buku, jurnal, maupun laporan
ilmiah lainnya mengenai aspek-aspek pengelolaan burung.
1.4
Analisis
Data
Analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif. Data dianalisis dengan mendeskripsikan mengenai
aspek-aspek pengelolaan burung di Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) Ciluer,
Bogor.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menejemen pakan dan kesehatan satwa, suatu
teknik menejemen pengelolaan satwa di penangkaran yang dalam pemeliharaannya
memperhatikan dari berbagai aspek pemeliharaan diantaranya aspek umum, aspek
pakan, dan aspek kesehatannya.
3.1 Aspek Umum
Mega Bird and
Orchid Farm (MBOF) adalah suatu penangkaran besar yang telah memiliki 87
spesies burung. Burung-burung tersebut didapatakna dari hasil beli di
penangkaran lain (F2) ataupun membeli burung yang diambil dari alam (F0).
Terdapat dua jenis perlakuan di MBOF yaitu breeding dan rearing. Breeding
adalah pennagkaran untuk menghasilkan keturunan, sedangkan rearing hanya untuk
pembesaran. Jenis yang dilakukan breading contohnya adalah jalak bali, love
bird, golden peasant, cempaka, merak hijau, merak albino, kakak tua seram,
kakak tua raja, kaka tua jambul kuning, dan mambruk. Sedangkan hasil rearing ada Macau, jenjanng mahkota,
ayam jepang, cenderawsaih merah, dan cenderawasih raja. Selain burung
penangkaran MBOF memiliki tarsius dan marmoset.
Berdasarkan
hasil wawancara pengelola, bibit satwa di penangkaran didapatkan dari berbagai
tempat mulai dari dalam negeri sampai luar negeri. Dalam negeri dari Bali,
Irian Jaya, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Maluku. Sedangkan luar negeri dari
Belanda dan Amerika.
Di
penangkaran ini terdapat pencatatan silsilah yang dibuat setiap terdapat
kelahiran dan penetasan. Setiap kelahiran didaftarkan atau dilaporkan ke
Departemen Kehutanan. Selain pencatatan silsilah, untuk jenis yang masuk dan
yang keluar di penangkaran ini dilaporkan melalui berita acara.
3.2 Aspek Pakan
3.2.1 Jenis
Pakan
Jenis pakan yang ada di
penangkaran burung Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) beragam, tergantung dari
jenis burungnya. Makanan jalak bali contohnya pada anakan berupa voer yang
telah dicampur dengan sedikit air sehingga menjadi lembek. Sedangkan pada jalak
bali yang telah remaja dan dewasa pakannya berupa buah-buahan, biji-bijian, dan
serangga (MacKinnon 1989). Makanan alaminya seperti tembelekan (Lantana camara)
dan macam-macam serangga (capung, belalang, dan ulat). Di tempat penangkaran,
pakan yang umum diberikan adalah pepaya, pisang, telur serangga (kroto), tulang
cumi-cumi, dan ulat hongkong. Untuk burung paruh bengkok ada kacang tanah, biji
bunga matahari, jagung, pepaya, dan voer.
3.2.2 Sumber Pakan
Sumber pakan yang ada di MBOF berasal dari dalam negeri
seperti pepaya, jagung, kacang tanah, biji bunga matahari, ulat hongkong,
pisang, dan beberapa serangga. Mereka telah bekerjasama dengan
produsen-produsen buah dan sayur tersebut, sehingga rutin memasok buah dan
sayur ke MBOF. Untuk pakan kenari dan kakaktua berasal dari Belanda.
Sumber
pakan yang diberikan pada satwa-satwa burung di penangkaran MBOF berasal dari
distributor tetap, yang menyediakan pakan burung-burung yang ada di penangkaran
MBOF. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola biaya yang dikeluarkan untuk
menyediakan pakan sebesar Rp. 1.000.000,- setiap kali membeli pakan burung dan
dalam satu bulan biaya dibutuhkan untuk merawat burung-burung tersebut sekitar
Rp. 29.000.000,-. Pengelola juga menanam buah papaya sendiri di penangkarannya,
hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan satwa dan menghindari agar
tidak terjadi kekurangan pakan pada satwa burung yang ditangkarkan. Pemberian
pakan dilakukan secara rutin dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari.
Pada air minum yang diberikan oleh pengelola biasanya ditambahkan vitamin dan
air yang diberikan berasal dari air kran langsung. Hal ini bertujuan untuk
menghindari sakit pada burung yang ditangkarkan.
3.3 Aspek Kesehatan
3.3.1 Jenis Penyakit
Jenis penyakit yang biasa menyerang burung-burung yang ada di penangkaran
MBOF menurut penuturan pemilik, hanya diare
dan cacar. Saat wabah flu burung (virus H5N1) menyerang, penangkaran ini
terbebas dari flu burung, hal ini dikarenakan pennaggulangannya yang baik. Jenis-jenis
penyakit yang pernah menyerang burung di penangkaran MBOF adalah Tetelo atau
Newcastle Disease (ND), Coccidiosis (berak darah), Enteritis (radang usus),
Proventriculitis (radang tembolok), dan
Lice (kutu), gatal, mencret, dan sakit cacar. Berdasarkan wawancara
pengelola penyakit tersebut secara umum timbul karena pakan dan kandang yang
kurang bersih, sedangkan pengelola tidak mengetahui penyebab penyakit tersebut
secara khusus. Oleh sebab itu, pencegahan dan pengendalian penyakit menjadi hal
yang penting dalam kegiatan penangkaran burung. Penyakit lain yang sering
menyerang burung-burung tersebut antara lainbengkak kaki, bengkak mata, luka
akibat perkelahian.
Penyakit-penyakit
tersebut ditimbulkan oleh berbagai hal seperti pakan dan kandang. Pakan yang
kurang bersih, kebersihan kandang yang kurang baik, dan biasanya juga cuaca
berpengaruh terhadap kesehatan burung. Pengenalan jenis-jenis penyakit sangat
diperlukan untuk menentukan langkah-langkah pengendaliannya. Pengendalian
terhadap penyakit yang menyerang burung di penangkaran dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu mengidentifikasi gejala-gejala klinis yang ditunjukan burung, makanan,
kandang (kotor) dan cuaca ekstrim.
3.3.2 Pencegahan Penyakit
Pencegahan
penyakit yang dilakukan di MBOF dilakukan dengan cara membersihkan kandang
secara rutin (pagi dan sore hari). Selain itu, dilakukan juga penggantian pakan
sehari dua kali (pagi dan sore hari), sehingga burung selalu mendapatkan pakan
yang segar dan tidak kotor. Selain itu dilakukan pula penyemprotan cairan
desinfektan pada kandangkandang untuk menghilangkan bakteri dan penyakit.
Selain itu, MBOF juga memberikan vitamin dan suplemen import kepada
burung-burung di penangkaran.
Pencegahan terhadap kuman dan penyakit
dilakukan dengan melakukan pembersihan kandang secara teratur dua kali sehari
pada pagi dan sore hari. Perawatan kandang juga dilakukan dengan menjaga kebersihan
kandang beserta kelengkapannya. Perlunya perhatian karena akan berhubungan
dengan kesehatan burung. Kandang yang terjaga kebersihannya cenderung dapat
menghindarkan burung dari penyakit, sementara kandang yang terlihat kotor akan
memudahkan timbulnya serangan berbagai penyakit. Kotoran pada kandang dapat
bersumber dari sisa pakan, faeces burung, sampah atau debu. Kotoran ini sering
menumpuk pada alas kandang, lantai kandang, atau melekat pada tenggeran. Oleh
karena itu, dalam pembersihan, bagian-bagian ini perlu mendapat perhatian. Penggantian tempat makan dan minum secara rutin perlu
dilakukan oleh pengelola.
Menurut jaya (2006), ada beberapa praktek
pencegahan yang dapat dilakukan pada satwa burung antara lain:
1. Sejak
awal menggunakan bibit yang berkualitas baik dan sehat.
2. Makanan
dan minuman yang diberikan harus segar, membersihkan dan mengganti makanan dan
minuman yang sudah kotor.
3. Mengisolasi
bibit burung yang baru datang atau memasukkan dalam kandang karantina.
4. Dalam
pemeliharaan burung sebaiknya dipisahkan menurut kelas umur burung.
5. Sanitasi
dan kebersihan baik kandang maupun lingkungan sekitar harus tetap diperhatikan.
6. Pemerikasaan
kesehatan burung dan mencegah pengganggu utnuk masuk dalam kandang seperti
tikus, kucing, dan ular.
7. Memberikan
vitamin dan makan tambahan secara rutin.
3.3.3 Pengobatan Penyakit
Perawatan
kesehatan adalah sebuah proses yang berhubungan dengan pencegahan, perawatan, dan
manajemen penyakit. Kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang akan
menentukan keberhasilan penangkaran burung jalak bali. Kunci dalam perawatan
kesehatan burung adalah pada pemberian makanan yang teratur dan bergizi serta
sesuai kesukaan. Burung yang stress biasanya disebabkan karena kelaparan dan
akan menjadi liar sehingga dapat menggagu kesehatan dan perkembangbiakannya.
Selain itu, kebersihan dari makanan, tempat makan, dan lingkungan kandang dapat
mempengaruhi kesehatan jalak bali. Ventilasi udara dan sirkulasi udara di dalam
kandang juga harus optimal. Selain itu, adanya gangguan lain seperti ular,
tikus, dan kucing karena dapat menjadi predator dan sebagai pembawa penyakit
(Masy’ud 2010). Untuk meningkatkan daya tahan tubuh jalak bali di penangkaran,
dapat dilakukan dengan cara memberikan multivitamin secara teratur. Untuk
mengobati sekaligus untuk mencegah terjangkitnya penyakit cacing dapat juga
diberikan obat-obatan. Selain itu, untuk mempertinggi daya tahan tubuh terhadap
serangan penyakit maka salah satu cara yang terbaik adalah dengan memberikan
makanan yang bergizi. Makanan harus di selang-seling dengan pur kesehatan.
Cahaya matahari di pagi hari penting bagi kesehatan burung sebagai sumber
provitamin D. Oleh karena itu, diusahakan agar cahaya matahari pagi masuk
dengan jumlah yang cukup kedalam kandang (Masy’ud 2010).
Penanganan juga dilakukan oleh pengelola
bagi satwa yang terserang penyakit. Misalnya, satwa yang mengidap penyakit
tertentu dipisahkan dari satwa yang lainnya agar tidak menular pada satwa burung
yang lain di penangkaran MBOF. Satwa yang terserang penyakit dipisah
(dikarantina), dan diberi obat, antibiotik serta multivitamin vitabird untuk satwa yang sedang
mengidap penyakit. Selain itu juga diberikan obat seperti Antisep untuk
pembasmi kuman, Vermixon untuk obat cacing, Mitraflox 12 untuk infeksi bakteri,
Ironil suspense untuk penyakit cacing pada unggas, Cendo xitrol untuk steril
eyes, Biujana 6 untuk antibiotic, Rodalon untuk antiseptik, Trymesyn untuk obat
pencernaan dan pernafasan, Vitafarm sebagai vitamin, dan sebagainya.
Penangkaran tersebut tidak memiliki dokter hewan khusus namun memiliki suatu
komunitas pecinta burung yang didalamnya terdapat juga dokter hewan sehingga
jika ada satwa yang sakit bisa dikonsultasikan pada dokter tersebut.
MBOF selain memberikan obat-obatan lokal, mereka lebih
serung memberikan obat dari Australia,
dikarenakan obat lokal dirasakan tidak mempan, sedangkan obat import waulun
harganya mahal, namun bekerja lebih baik.
KESIMPULAN
Teknik menejemen pengelolaan satwa di penangkaran Mega
Bird and Orchid Farm (MBOF) Bogor dalam
pemeliharaannya memperhatikan dari berbagai aspek pemeliharaan,
diantaranya aspek umum satwa yang ditangkarkan terdapat 87 jenis burung. Dalam
aspek pakan ketersediaan pakan tersedia dengan baik serta dalam kondisi yang
segar dan memperhatikan komposisinya. Terakhir dari aspek kesehatannya telah
terintegrasi dengan baik,telah dilakukan perawatan intensif untuk mencegah serta pengobatan
penyakit.
Nikmati Promo Spesial Tournament Casino Live, Dengan Total Hadiah IDR 149.000.000,- !
ReplyDeleteKlik Link » ( https://bit.ly/tournamentcasino )
Nikmati Juga Promo Lainnya :
★ Bonus 10% Deposit Pertama !
★ Bonus 5% Deposit Setiap Hari
★ Bonus Cashback Mingguan 5% s/d 10%
★ Bonus Referral 7% + 2%
★ Bonus Rollingan 0,5% + 0,7%
★ Bonus 100% Win Beruntun 8x, 9x, 10x
Menyediakan Taruhan Online Seperti :
» Bola / Sportsbook
» Sabung Ayam ( Wala Meron )
» Casino Live
» Slot online
» Togel Online
» Bola Tangkas
» Tembak Ikan
» Poker
» Domino
» Dan Masih Banyak Lainnya.
Bolavita sudah berdiri sejak 2014 . Dan memiliki Licensi resmi di Filipina. Aman dan sudah terpercaya sampai saat ini. Menjadi salah satu partnet Betting online terkemuka dan populer di Indonesia. Untuk anda yang ingin menikmati bonus dan bermain di Bolavita. Langsung saja melakukan pendaftaran & Hubungi Customer service kami ya..
Link pendaftar Klik : https://bit.ly/3b2Tnq7
Kontak WhatsApp » Klik Link : https://bit.ly/aktif24jam
Link Layanan Live Chat (24 Jam Online) : https://bit.ly/2VD8fER
# S128
# SV388
# CASINO
# SPORTSBOOK
# POKER ONLINE
# TOGEL ONLINE
# BOLAVITA
# SABUNG AYAM
# JUDI ONLINE
# JUDI TEMBAK IKAN