Wednesday, September 2, 2015

PENGENALAN SPESIES TUMBUHAN OBAT DI KAMPUS IPB DARMAGA

I.    PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Alam yang telah memenuhi kebutuhan manusia, terutama di bidang kesehatan, haruslah dijaga agar tetap lestari. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya untuk menjaga kesehatan, meskipun ada juga yang menggunakannya untuk pengobatan. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Tumbuhan obat memiliki kegunaan yang berbeda-beda tiap spesiesnya. Selain itu, bagian yang digunakan juga beragam diantaranya, daun, kulit batang, buah, akar, umbi, dan lain-lain. Habitusnya pun beragam, diantaranya semak, perdu, pohon, epifit, dan lain-lain. Untuk itu pengetahuan akan segala sesuatu mengenai tumbuhan obat perlu dikembangkan.
Penggunaan obat tradisional meningkat karena beberapa factor, yaitu harga obat-obatan buatan pabrik yang sangat mahal sehingga masyarakat mencari alternative pengobatan yang lebih murah, efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil dibandingkan dengan obat modern, kandungan kimia yang terkandung di dalam obat tradisional sebenarnya menjadi dasar pengebatan kedokteran model (Salan 2009). Artinya, pembuatan obat-obatan pabrik menggunakan rumus kiamia yang telah disintesis dari kandungan bahan alami ramuan tradisional.
Kampus IPB Dramaga merupakan salah satu tempat yang menyimpan berbagai jenis tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat. Tumbuhan-tumbuhan tersebut tumbuh liar ataupun sengaja ditanam. Bagian Konservasi Tumbuhan Obat Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata mengembangkan tumbuhan obat dengan membudidayakannya di rumah kaca. Selain itu, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai tumbuhan obat, DKSHE berhasil mengolah tumbuhan-tumbuhan obat tersebut menjadi obat tradisional yang telah diperdagangkan untuk masyarakat luas.

1.2    Tujuan
a.       Mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan obat yang ada di Kampus IPB Dramaga khususnya di sekitar Biofarmaka dan rumah kaca.
b.      Mengidentifikasi famili, habitus, deskripsi, manfaat dan bagian yang digunakan dari tumbuhan-tumbuhan obat tersebut.



II.    METODE
2.1    Lokasi dan waktu pengamatan
Pengambilan data dilaksanakan pada hari Jumat, 20 dan 27  September 2013 di  Biofarmaka IPB  dan Laboratorium Rumah Kaca Konservasi Tumbuhan Obat.

2.2    Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, field guide, dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah spesies tumbuhan obat.

2.3    Metode pengambilan data
Metode yang digunakan dalam praktikum pengenalan spesies tanaman obat ini dengan menggunakan data primer dengan mencari dan mengidentifikasi spesies tumbuhan obat yang terdapat di Rumah kaca KTO dan Biofarmaka. Studi literatur dengan mencari informasi atau pustaka tentang spesies tumbuhan obat yang ditemukan di Rumah kaca KTO dan Biofarmaka IPB yang berasal dari beberapa pustaka seperti fieldguide, skripsi, jurnal, ataupun pustaka lainnya.

2.4    Analisis data
Analisi data yang di gunakan dalam praktikum ini adalah :
a.       Persen famili
Persen famili ini digunakan untuk mengetahui berapa persen famili spesies tanaman obat yang sama. Persen famili ini menggunakan rumus:
 
b.      Persen habitus
Persen habitus ini digunakan untuk mengetahui berapa persen tanaman obat yang memiliki habitus yang sama. Persen habitus ini menggunakan rumus:
c.       Persen bagian yang digunakan
Persen bagian yang digunakan untuk mengetahui berapa banyak bagian dari tanaman obat tersebut yang dapat digunakan untuk obat. Persen bagian yang digunakan ini menggunakan rumus;
d.      Persen budidaya
Persen budidaya digunakan untuk mengetahui berapa banyak tanaman obat yang di budidayakan di kawasan IPB. Persen budidaya ini menggunakan rumus;

III.             HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1    Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies merupakan salah satu indikator dalam kekayaan jenis tumbuhan dalam satu habitat atau kawasan tetentu yang terdapat tumbuhan yang berbeda beda (Sasrawa 2013). Salah satu contohnya adalah keanekaragaman spesies tumbuhan obat di dalam kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Tumbuhan obat merupakan tumbuhan herbal liar maupun hasil  budidaya yang mengandung senyawa-senyawa khusus yang dapat mengobati berbeagai jenis penyakit sesuai dengan kandungan seyawa yang dikandungnya (Yuwono 2013). Salah satu lokasi yang terdapat tumbuhan obat adalah Biofarmaka dan Laboratorium Konservasi Eksitu Tumbuhan Obat Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
Berdasarkan hasil inventarisasi tumbuhan obat di hutan tropika ditemukan 100 jenis tumbuhan obat dari 52 famili. Menurut hasil perhitungan persentase famili yang paling banyak ditemukan adalah famili zingiberaceae yang tergolong dalam jenis herba. Sedangkan  beberapa famili yang ditemukan berjumlah sedikit contohnya amarilidaceae, apiaceae, bombacaceae,  tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah pohon. Hal ini karena jenis pohon paling banyak ditemukan di hutan dan dapat tumbuh di berbagai habitat sehingga mudah untuk tumbuh dan hidup. Selain itu dari dataran yang ada di muka bumi ini tumbuhan yang paling banyak tumbuh dan mudah untuk menyesuaikan diri adalah jenis pohon dibanding jenis tumbuhan bawah.
Tumbuhan obat lebih banyak ditemukan di Pusat Konservasi Eksitu Tumbuhan Obat dikarenakan tumbuhan ditanam dan dibudidayakan di tempat tersebut bila dibandingkan dengan biofarmaka. Spesies yang ditemukan di biofarmaka kebanyakan adalah tanaman liar sedangkan di  Laboratorium Konservasi Eksitu Tumbuhan Obat hamper semua jenis tumbuhan obatnya adalah hasil dari budidaya.


3.2    Keanekaragaman Famili

Berdasarkan hasil inventarisai tumbuhan obat yang ada di kampus IPB Darmaga bagian biofarmaka dan laboratorium tumbuhan obat ditemukan 100 jenis dari 52 famili. Dari hasil pengamatan di lapangan lima jenis family yang paling banyak ditemukan adalah zingiberaceae, asteraceae, euphorbiaceae, lamiaceae, dan moracaceae. Dari hasil yang tumbuhan yang diperoleh memiliki manfaat dan kegunaan untuk menyembuhkan penyakit atau sebagai tumbuhan obat.
Tumbuhan yang paling banyak ditemukan adalah zingiberaceae. Jenis tumbuhan obat yang berasal dari famili  ini ditemukan sebanyak enam jenis spesies  diantaranya adalah bangle (Zingiber casumounar Roxb), jahe merah (Zingiber officinale),kapulaga ( Anomum compactum), kunyit (Curcuma domestica), lengkuas (Alpinia galanga (L.)) dan pacing (Costus speciosus). Zingiberaceae termasuk famili tumbuhan obat berhabitus herba. Menurut Heyne (1987) kandungan minyak atsiri dalam kunyit telah digunakan untuk mengobati infeksi saluran napas atas. Sedangkan menurut Afriastini (2004) dan Herdjoko (2005) menyatakan bahwa kunyit berfungsi sebagai penambah nafsu makan. Aktifitas biologis kunyit berspektrum luas diantaranya antioksidan, antibakteri, dan hipokolesteremik, mempunyai sifat kolagogum (peluruh empedu) sehingga dapat meningkatkan penyerapan vitamin A, D, E, dan K (Sangat dan Rumantyo 1989).
Tumbuhan obat terbanyak selanjutnya adalah asteraceae, euphorbiaceae, lamiaceae, dan moracaceae masing masing mempunyai presentase sebesar 5%. Famili Euphorbiaceae merupakan suku terbesar ke-empat dari lima suku tumbuhan berpembuluh di kawasan Malesia yang mewadahi 1354 jenis dari 91 marga (Whitmore 1995). Tumbuhan  famili  Euphorbiaceae merupakan  salah  satu  tumbuhan  yang  sudah banyak  dimanfaatkan  dalam  pengobatan.  Misalnya  melancarkan  peredaran  darah, sariawan,  batuk,  influenza,  malaria,  disentri,  lepra,  menyembuhkan  bengkak, menurunkan  panas,  rematik,  diare,  penyakit  hati,  ginjal,  batuk,  infeksi  usus,  kanker, hepatitis  B  dan  lain-lain  (Lawrence  1959).

1.1    Keanekaragaman Habitus
Habitus merupakan perawakan dari suatu pohon maupun bentuk dari suatu tumbuhan, diantara bentuk pertumbuhan ini adalah herba, semak, pohon, perdu dan liana (Indriyanto 2006). Berdasarkan habitusnya, jenis-jenis tumbuhan yang berkhasiat obat yang ditemukan di biofarmaka dan rumah kaca KTO dikelompokkan menjadi 7 jenis habitus,  yaitu herba, semak, terna, perdu, pohon, liana dan tumbuhan bawah.
 Berdasarkan diagram dibawah ini (gambar 3) dapat dilihat bahwa tumbuhan yang berkhasiat obat didominasi oleh pohon dengan persentase sebesar 33%, kemudian perdu dengan persentase sebesar  28%, herba dengan persentase sebesar  29%, perdu dengan persentase sebesar  19%, terna dan herba dengan persentase sebesar  17%, semak dengan presentase 14% dan yang paling sedikit ditemukan adalah habitus tumbuhan dan liana dengan persentase masing-masing sebesar 2%. Hal ini menunjukkan bahwa spesies pohon memiliki adaptasi yang tinggi pada lingkungan dimana habitatnya berada.
Pohon memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tumbuhan obat danpotensial untuk diambil kayunya. Pohon dengan habitus lainnya merupakan satu kesatuan bentuk hidup tumbuhan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan (Khatalina 1999). Liana, tumbuhan memanjat, tumbuhan bawah, memerlukan pohon sebagai penaungnya. Habitus tumbuhan obat berupa semak dan perdu merupakan tumbuhan berkayu, cabangnya dekat dengan pohon. Batang mereka tidak setinggi pohon. Semak tumbuh secara bergerombol. Sedamgkan herba atau terna uukurannya lebih pendek lagi dan batangnya lunak serta tidak membentu kayu.  Liana merupakan habitus tumbuhan obat yang hidup di tanah tetapi untuk bisa tumbuh menggantung pada tanaman lain. Liana tumbuh simpang siur diantara batang-batang pohon lainnya (Syamsir dan Ihsan 2012).

1.1    Keanekaragaman bagian yang Digunakan
Dalam keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang di temukan, masyaralat biasa menggunakan bagian – bagian tertentu dari tumbuhan tersebut untuk di olah dan di gunakan mengobati suatu penyakit tertentu. Dari 100 spesies  tumbuhan obat yang ditemukan pada dua tempat, yaitu biofarmaka dan laboratorium konservasi tumbuhan obat diketahui bahwa keanekaragaman bagian tumbuhan obat yang digunakan adalah daun, getah, akar atau rimpang, umbi, buah, bunga, batang, herba, biji, kulit, tunas dan minyak. Daun adalah bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan dari jenis obat  yang ditemukan, sedangkan minyakl yang terkandung dalam tumbuhan obat  adalah bagian yang sedikit digunakan dari jenis obat  yang ditemukan.
Bagian tumbuhan yang paling sering digunakan adalah daun yaitu sebesar 29%. %. Hal ini terjadi karena bagian daun merupakan bagian tumbuhan yang mudah di dapatkan dan selalu ada dalam setiap musim tanaman. Bagian daun lebih dikenal oleh masyarakat karena dalam pengolahan untuk menjadi tumbuhan obat lebih mudah yang biasanya hanya direbus, di campurkan dengan air, atau dapat langsung dikonsumsi. Jenis tanaman yang dimanfaatkan daunnya sebagai obat, misalnya akar kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr), alamanda (Allamanda cathartica), alpukat (Persea Americana Mill.) dan masih banyak lagi jenis tumbuhan obat yang daunnya dapat dimanfaatkan. Daun merupakan tempat pengolahan makanan yang berfungsi sebagai obat, mudah diperoleh, mudah dibuat atau diramu sebagai obat dibandingkan dengan bagian-bagian tumbuhan yang lainnya (Hamzari 2008). Selain bagian daun, bagian buah juga  banyak di manfaatkan oleh masyarakat sebagai tumbuhan obat dibandingkan dengan bagian lainnya.  Bagian buah memiliki presentase cukup tinggi yaitu 19%. Bagian buah banyak di manfaatkan karena buah selain sebagai tanaman obat lebih dikenal sebagai tanaman pangan yang memiliki karakteristik rasa manis dan enak di konsumsi. Adapula beberapa tumbuhan yang seluruh bagian tumbuhannya dapat dimanfaatkan sebagai obat, seperti bayam duri (Amaranthus spinosus) dan daun jinten (Cumini fructus).

1.1    Kondisi Tumbuhan (Budidaya/Liar)
Budidaya tanaman adalah usaha untuk menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumberdaya tumbuhan (Yuliyanto 2011). Dari hasil inventarisasi yang telah dilaksanakan di sekitar biofarmaka dan laboratorium Konservasi Eksitu Tumbuhan Obat Fakultas Kehutanan IPB tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah hasil dari budidaya, yaitu sebesar 70% sedangkan tumbuhan obat yang tumbuh secara liar hanya ditemukan sebesar 30% (gambar 3). Salah satu, tumbuhan obat hasil budidaya adalah asam jawa (Tamarindus indica), belimbing manis (Averrhoa carambla L.), belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dan masih banyak lagi jenis tumbuhan oobat hasil budidaya. Sedangkan jenis tumbuhan obat yang ditemukan  tumbuh secara liar, misalnya bayam duri (Amaranthus spinosus), begonia (Begonia glabra), dan beluntas (Pluchea indica).
Tanaman obat yang ter’budidayakan’ biasanya sudah diketahui khasiat, kegunaan dan bahkan zat yang ada dikandungnya, sedangkan tanaman obat liar banyaknya belum diketahui khasiat dan keguanaannya apalagi zat yang terkandung didalamnya. Khasiat tumbuhan obat liar memang belum tentu lebih sedikit disbanding tumbuhan obat yang sudah dibudidayakan, melainkan masih perlu adanya penelitian atau kajian khusus agar kegunaan bahkan zat yang terkandung didalamnya terungkap dan kedepannya dapat berguna bagi masyarakat.

1.1    Keanekaragaman Jenis Penyakit
Dalam dunia kedokteran, dikenal istilah nosologi, yaitu suatu cabang ilmu di dunia kedokteraan yang mengurusi tentang pengelompokkan penyakit (Snider  2003). Klasifikasi penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya berdasarkan agen penyebabnya, patologi penyakit, organ yang terserang, cara pengobatannya, cara penularannya, cara masuk atau keluarnya penyakit dan faktor keterpaparan atau kepekaannya. Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter.
Penyakit menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteri, atau parasit), bukan disebabkan factor fisik (seperti luka bakar dan trauma benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular kepada orang lain melalui media tertentu atau vector (binatang pembawa). Contoh penyakit menular diantaranya adalah flu, cacar dan malaria. Beberapa tumbuhan obat dapat mengobati penyakit menular ini seperti akar kuning (Arcangelisia flava), bandotan (Ageratum conyzoides), dan daun dewa (Gynura sagetum).
Penyakit tidak menular merupakan Penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut contohnya ialah; batuk, sariawan, sakit perut, dan sebagainya. Penyakit kronis adalah penyakit yang berlangsung sangat lama. Beberapa penyakit kronis yang sering menyebabkan kematian kepada si penderitanya antara lain AIDS Serangan jantung, Kanker.
Dari data-data tumbuhan obat yang telah didapat jika dilihat dari manfaat tumbuhan obat tersebut, sangat banyak jenis penyakit yang dapat disembuhkan. Jenis-jenis penyakit tersebut sangat beranekaragam mulai dari penyakit-penyakit ringan seperti influenza hingga penyakit kronis seperti kanker. Jenis-jenis tumbuhan yang berkhasiat untuk mengobati penyakit ringan misalnya beluntas (Pluchea indica) berkhasiat menurunkan demam dan mengurangi bau badan, belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) berkhasiat mengobati jerawat dan bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) berkhasiat mengobati batuk. Selain mengobati penyakit-penyakit ringan, jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan juga berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit-penyakit kronis. Jenis-jenis tumbuhan yang dapat menyembuhkan penyakit kronis, diantaranya buah merah (Pandanus conoideus) berkhasiat untuk mengobati AIDS dan kanker, cakar ayam (Selaginella doederleinii Hieron) berkhasiat mengobati kanker paru-paru, dan jeruk bali (Citrus maxima) berkhasiat untuk mencegah pertumbuhan kanker. Cakar ayam berkhasiat untuk menghilangkan panas dan lembab, melancarkan aliran darah, antitoksik, antineoplasma, penghenti pendarahan (hemostatis) dan menghilangkan bengkak. Selain itu Selaginella doederleinii Hieron. juga berkhasiat untuk mengatasi batuk, infeksi saluran nafas, radang paru, hepatitis, diare, keputihan, tulang patah, pendarahan dan kanker (Dalimarta 1999).

SIMPULAN
Komposisi spesies tumbuhan obat yang ditemukan di hutan sekitar biofarmaka dan laboratorium Konservasi Eksitu Tumbuhan Tropika adalah sebanyak 100 spesies dengan 52 famili. Famili dengan jumlah spesies terbanyak adalah zingiberaceae dengan 6 spesies (6%). Tumbuhan obat berdasarkan habitus atau perawakannya dikelompokkan menjadi tujuh kelompok dengan habitus tertinggi yaitu habitus pohon sebesar 29%. Tumbuhan obat yang berada di Pusat Konservasi Eksitu Tumbuhan Obat DKSHE dan biofarmaka Fakultas Kehutanan IPB berdasarkan status banyak merupakan tumbuhan yang sudah dibudidayakan. Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai obat adalah daun. Tumbuhan obat berdasarkan manfaat dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagi macam penyakit meliputi penyakit menular, tidak menular dan kronis.


SARAN
Upaya konservasi kawasan dan konservasi jenis diperlukan karena di kawasan ini banyak terdapat tumbuhan berkhasiat obat. Selain itu diperlukan sosialisasi seperti pemasangan papan interpretasi agar memudahkan dalam pengenalan jenis tumbuhan obat bagi masyarakat awam.

DAFTAR PUSTAKA

AFRIASTINI JJ. 2004. Bertanam Kencur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Dalimartha S.1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I.  Jakarta: Trubus Agriwidya.
Gordon L. Snider. 2003. Nosology for Our Day Its Application to Chronic Obstructive Pulmonary Disease. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. Vol 167 : 678-683.
Hamzari. 2008. Identifikasi tanaman obat-obatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan Tabo-tabo. Jurnal hutan dan Masyarakat Vol. 3 : 2(111-234).
Herdjoko  S. U. 2003. Ditemukan Jamu Penangkal Flu Burung. Copyright@Sinar Harapan. http//www sinarharapan co.id/berita/0508/29/sh05.Hml.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 1 - 4. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Lawrence G. H. M. 1959. Taxonomy of Vascular Plant. New York : The Macmillan Co.
Salan R. 2009. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 3. Jakarta: Swadaya.
Sangat H. dan Rumantyo. 1989. Etnobotani Kunyit (Curcuma domestica Val). Kongres Nasional Biologi lX. Padang:  Universitas Andalas.
Sasrawan Hedi. 2013. Contoh keanekaragaman spesies. [terhubung berkala]. http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/01/contoh-keanekaragaman-spesies.html (30 September 2013).
Syamsir E dan Ihsan K. 2012. Mengenal Tanaman Obat Seri I. Bogor: Seafast Center IPB.
Whitmore,T.C.,1995,The Phytogeography of Malesian  Euphorbiaceae. In: J. Dransfield, M.J.E. Coode & D.A. Simpson (eds.). Plant Diversity in Malesia III. Proceedings of the Third International Flora Malesiana Symposium 1995.Published by the Royal Botanic Gardens, Kew.
Yuliyanto. 2011. Dasar-dasar Budidaya Tanaman. Jakarta : Politeknik Citra Widya Edukasi.
Yuwono D E. 2013. Tumbuhan obat herbal. [terhubung berkala]. http://rumputobat.blogspot.com/ (28 September 2013). 

0 comments:

Post a Comment