Tuesday, September 22, 2015

PERENCANAAN PEMANENAN HUTAN


I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Kegiatan pengusahaan hutan saat ini semakin mengalami peningkatan terutama untuk hutan produksi. Masih sangat banyak manfaat lain yang tetap harus dijaga keberlanjutannya. Berbagai upaya yang ditujukan bagi tetap berlangsungnya keberadaan manfaat dan fungsi hutan terus dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat pada umumnya.
Hutan merupakan salah satu kawasan yang memiliki nilai dan manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik manfaat ekologi, sosial, budaya maupun ekonomi.  Oleh karena itu, keberadaan hutan harus dipertahankan dan pemanfaatan hasil hutannya harus diatur sedemikian rupa sehingga produktivitas hutan tersebut dapat terjaga dengan baik dan bernilai maksimal serta dampak negatif dari pemanfaatan hutan tersebut dapat ditekan serendah  mungkin.
Salah satu caranya dengan membuat perencanaan pemanenan hutan. Menurut Suparto (1982) Perencanaan pemanenan hutan diartikan sebagai perancangan keterlibatan hutan beserta isinya, manusia/organisasi, peralatan dan dana untuk memproduksi kayu secara lestari bagi masyarakat yang membutuhkannya dan mendapatkan nilai tambah baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat lokal (sekitar hutan), regional dan nasional, pada kurun waktu tertentu.
Perencanaan yang baik dan tepat sangat diperlukan dalam kegiatan pemanenan hutan agar pelaksanaan pengelolaan hutan dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan, yaitu sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian dimana hutan selalu ada, produksi selalu ada, dan kondisinya selalu baik.

1. 2 Tujuan
Mengetahui cara-cara dan tahapan perencanaan pemanenan hutan secara lestari, dengan memperhatikan dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan.

II. METODE PRAKTIKUM

2. 1 Alat dan Bahan
2. 1. 1 Pemetaan Pohon
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas milimeter blok ukuran 1x1 m, pita meteran, alat tulis, buku lapang, tali tambang, penggaris, spidol, meteran jahit, haga meter, kompas dan modul klasifikasi posisi tajuk dan kategori tajuk. Sedangkan bahan atau objek yang digunakan dalam praktikum ini adalah semua jenis pohon yang terdapat di lokasi praktikutm (Arboretum Fahutan) agar diperoleh data pohon komersil, dan pohon dilindungi.
2. 1. 2  Perencanaan TPn dan Jalan Sarad Arah Rebah Pohon
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini, antara lain peta pohon skala 1:100, alat tulis, buku lapang, spidol, dan penggaris. Sedangkan bahan atau objek yang digunakan dalam praktikum ini adalah semua jenis-jenis pohon komersil yang terdapat di Arboretum Fahutan.
2. 1. 3 Simulasi Penebangan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini, antara lain peta pohon skala 1:100, alat tulis, kapur, busur, spidol, penggaris, busur buku lapang, dan data diameter pohon komersial. Sedangkan bahan atau objek yang digunakan dalam praktikum ini adalah semua jenis-jenis pohon komersil yang terdapat di lokasi praktikum.
2. 1. 4 Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah peta pohon skala 1:100, clinometer, alat tulis, kalkulator, penggaris, busur dan buku lapang. Sedangkan bahan atau objek yang digunakan dalam praktikum ini adalah semua jenis-jenis pohon, tiang, dan permudaan yang terdapat di lokasi praktikum.
2. 1. 5 Pengukuran Dampak Penebangan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini, antara lain peta pohon skala 1:100, alat tulis, penggaris, meteran, dan buku lapang. Sedangkan bahan atau objek yang digunakan adalah semua jenis-jenis pohon komersil yang terdapat di lokasi praktikum.
2. 1. 6 Pengukuran Dampak Penyaradan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini, antara lain pipa paralon dengan diameter ± 10 cm sebanyak tiga buah, ember, gayung, penggaris 30 cm, meteran, kayu pemukul, stopwatch, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air dan tanah yang terdapat di lokasi praktikum.

2. 2 Prosedur Kerja
2. 2. 1  Pemetaan Pohon
a.    Luas arboretum fahutan dihitung dengan membagi menjadi empat petak bagian (empat kuadran)  yang dibatasi dengan tali tambang dan ditandai dengan meteran.
b.    Menentukan titik 0 pada sisi terluar arboretum fahutan.
c.    Penentuan Inventarisasi pohon mulai dari tingkat semai, pancang, tiang, sampai tingkat pohon.
Ø Untuk semai, pada tiap petak dilakukan penghitungan jumlah semai.
Ø Untuk pancang,  pada tiap petak dilakukan penghitungan jumlah pancang.
Ø Untuk pohon dan tiang pencatatan terdiri dari  jenis pohon, diameter, tinggi total, tinggi bebas cabang, klasifikasi posisi tajuk, kategori tajuk, dan koordinat berdasarkan meteran.
d.   Data dari tiap petak yang telah didapat, kemudian digambar pada millimeter blok dengan skala 1:100 lengkap dengan arah angin, legenda, dan insertnya.
2. 2. 2 Perencanaan TPn dan Jalan Sarad Arah Rebah Pohon
a.    Penentuan letak TPn dipilih berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati.
b.    Gambarkan letak TPn tersebut pada peta pohon.
c.    Pembuatan jalan sarad dilakukan dengan mempertimbangkan letak pohon yang akan ditebang, tidak terlalu jauh dari jalan sarad dan dampak yang mungkin ditimbulkan dari pembuatan jalan sarad, misalnya seperti banyaknya permudaan pohon yang akan mati akibat pembuatan jalan sarad.
d.   Dari tiap pohon yang akan ditebang dibuat arah rebah menuju jalan sarad yang terdekat.
2. 2. 3 Simulasi Penebangan
a.    Menentukan letak pohon komersial yang sesuai pada peta pohon arboretum fahutan dengan skala 1:100.
b.    Pengecekan terhadap kondisi batang, kondisi kemiringan tajuk, permudaan yang berada di sekitar pohon, dan topografi di sekitar pohon tersebut.
d.   Dilakukan penandaan pada batang pohon bagian bawah (dengan kapur) untuk menentukan  takik alas menghadap arah rebah sepanjang 1/3-1/4 diameter batang, kemudian dengan busur tarik arah 450 dari takik alas untuk membuat takik atap.
e.    Penentuan takik balas dengan jarak 10 cm di atas takik rebah.
f.     Dengan mempertimbangkan kemiringan pohon dilakukan pengecekan ke semua arah tebang pohon komersil, dominasi arah tajuk, jumlah permudaan sekitar pohon dan topografi lahan sekitar pohon.
2. 2. 4 Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)
a.    Pengukuran jalan sarad utama pada peta dilakukan dengan menggunakan clinometer.
b.    Mengkonversi hasilnya ke dalam satuan meter yang menunjukkan panjang jalan sarad utama. Dapat dilakukan perhitungan, 10000 di bagi WD (kerapatan jalan) untuk mengetahui jarak antar jalan (WA).
c.    Penghitungan jarak sarad rata-rata berdasarkan teori (RE0) [nilai jarak antar jalan (WA) dibagi 4].
d.   Untuk mengetahui jarak sarad rata-rata sebenarnya (REM), dilakukan penghitungan terhadap masing-masing jarak terpendek dari pohon yang akan di tebang ke jalan sarad, dan dirata-ratakan. Untuk mengetahui seberapa besar simpangan jarak sarad rata-rata sebenarnya (V corr) dari teori, dapat diketahui dengan membagi nilai RE0 dengan nilai REM.
e.    Perhitungan yang terakhir adalah penentuan persen PWH, yaitu dengan membagi luas wilayah hutan terbuka dengan luas wilayah total arboretum kemudian dikali 100%.
2. 2. 5 Pengukuran Dampak Penebangan
a.    Memilih salah satu pohon pada peta yang akan di tebang.
b.    Menarik garis lurus searah dengan arah rebah dan sepanjang tinggi total pohon
c.    Menarik garis yang siku-siku dengan garis tersebut sepanjang diameter pohon, sehingga didapat sebuah zona berbentuk persegi panjang (dilakukan di atas peta pohon skala 1:100 berdasarkan tinggi total pohon, diameter pohon, dan ukuran Tbc).
d.   Membagi zona tersebut dengan ukuran sepanjang Tbc.
Ø Zona dari pangkal pohon sampai Tbc merupakan zona 2 dengan kerusakan yang tidak begitu parah.
Ø Zona dari Tbc sampai ujung tajuk merupakan zona 1 dimana saat pohon rebah, zona ini mengalami kerusakan parah.
e.    Setelah penggambaran zona selesai, dilakukan pencatatan semai, pancang, tiang, dan pohon (zona 1). Data tersebut merupakan dampak kerusakan yang ditimbulkan dari penebangan satu pohon.
f.     Melakukan pengulangan langkah-langkah tersebut untuk semua pohon yang akan ditebang.
2. 2. 6  Pengukuran Dampak Penyaradan
a.    Memilih jenis penutupan lahan yang berada dibawah tegakan hutan.
b.    Menentukan titik contoh secara sistematis seperti jarak antara titik contoh dengan contoh lainnya (jarak 1 meter dengan cara zig-zag).
c.    Pada setiap titik contoh, ditanam  pipa paralon sedalam  ±  2-5 cm atau sampai kedalaman tertentu, agar tidak terjadi perembesan air pada saat air dituangkan.
d.   Memasukkan penggaris ke dalam  paralon yang digunakan sebagai alat ukur ketinggian air.
e.    Air dituangkan ke dalam pipa paralon sampai ketinggian ± 10 cm.
f.     Melakukan pengukuran kecepatan penyerapan air  ≤ 5 menit pada masing-masing lokasi praktikum sebanyak minimal 10 buah paralon.
g.    Mencatat hasil pengamatan dan menghitung laju porositasnya.
h.    Data yang dicatat kemudian dianalisis menggunakan rumus :
       v = lo – lt
                 t
Keterangan :
v  : kecepatan air yang hilang (mm/menit)
lo : ketinggian air saat diisi pertama kali (mm)
lt  : ketinggian air pada akhir pengamatan (mm)
t   : waktu yang dibutuhkan (menit)
i.      Menghitung nilai Running Mean (Rm).
j.      Membuat grafik hasil plot berdasarkan perhitungan Running Mean (Rm).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. 1 Hasil
3. 1.1 Pemetaan Pohon

IV. PEMBAHASAN
           

V. KESIMPULAN
            Tahapan pemanenan hutan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pemetaan pohon, perencanaan lokasi TPn dan jalan sarad arah rebah pohon, simulasi penebangan, perencanaan PWH, pengukuran dampak penebangan, dan pengukuran dampak penyaradan. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data bahwa jenis-jenis pohon komersil yang siap tebang yang terdapat di lokasi praktikum adalah sebanyak ... jenis. Kategori PWH yang diperoleh termasuk ke dalam kategori luar biasa, yaitu dengan nilai ...% dengan laju infiltrasi terbaik yang diperoleh adalah terdapat di bawah tegakan dengan nilai ... cm/menit.

DAFTAR PUSTAKA
Suparto RS.  1999.  Pemanenan Kayu.  IPB Press. Bogor.

0 comments:

Post a Comment