Abstrak
Singa (Panthera leo) merupakan hewan dari keluarga felidae atau kucing besar. Saat ini jumlah populasi singa hampir
punah. Pada singa jenis kelamin jantan dan betina serta struktur dapat dibedakan dari bentuk
morfologi, eilayah jelajah maupun perilakunya. Singa jantan memiliki rambut
yang lebat yang menutupi kepala hingga bagian pundak sedangkan pada singa
betina tidak memilikinya. Singa jantan sangat agresif dalam melindungi wilayah
jelajahnya sedangkan singa betina merupakan pemburu utama dalam keluarga. Singa
jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada singa betina. Pada singa
yang masih kecil dapat dilihat dari aktifitasnya yang hanya bermain dan belajar
mempertahankan diri. Hal inilah yang membedakan antar singa jantan dewasa,
singa betina dewasa dan singa yang masih kecil.
Kata kunci : Singa, struktur umur, dan jenis kelamin
Pendahuluan
Mamalia merupakan
salah satu kelas dalam kingdom animalia yang memiliki beberapa keistimewaan
dibandingkan dengan kelas satwa yang lain. Mamalia memiliki ciri-ciri seperti
adanya kelenjar susu serta terdapat
rambut pada kulitnya. Mamalia memiliki peranan penting dalam membantu
perkembangan suatu ekosistem hutan menuju hutan klimaks atau seimbang (Saadudin
AM, dkk 2010) . Untuk itu perlu upaya pengelolaan yang baik untuk menjaga agar
keberadaan satwa tetap lestari. Untuk mendukung pengelolaan mamalia yang baik
maka diperlukan data-data mengenai potensi mamalia yang terdapat di suatu
kawasan. Oleh karena itu diadakan inventarisasi mamalia yang diperlukan sebagai
upaya untuk membantu pengelolaan mamalia secara lestari.
Salah satu mamalia yang memerlukan
pengelolaan secara intensif adalah singa. Singa ( Panthera leo) merupakan hewan dari keluarga felidae atau kucing besar. Saat ini jumlah populasi singa hampir punah. Hal ini disebabkan karena
banyak perburuan liar yang dilakukan oleh manusia. Selain itu, penyebabnya
adalah penyakit yang menyebabkan kematian yang disebut distemper anjing, tubercolusis, serta FIV ( HIV pada
kucing). Ancaman paling nyata terhadap kelangsungan hidup satwa ini
adalah perburuan dan degradasi habitat (Foead 2009). Daerah persebarannya (perkembang-biakan) adalah di
daerah Sub-Sahara Afrika dan Asia. Singa telah punah didaerah North Afrika
(Afrika Utara) dan Southwest Asia (Asia Barat Daya).
Menurut Alikodra
(1979) menyatakan bahwa sex ratio adalah perbandingan antara jumlah jantan dan
betina dalam suatu populasi, biasanya dinyatakan sebagai jumlah jantan dalam
100 ekor betina. Untuk mengetahui sex ratio, sebelumnya perlu diketahui cara
membedakan antara individu jantan dan invidu betina. Salah satu cara untuk
mengetahuinya adalah melalui morfologi, perilaku, dan wilayah jelajah. Selain
itu, morfologi dapat pula digunakan untuk menentukan struktur umur.
Menurut Odum (1971)
menyatakan bahwa struktur umur merupakan ciri atau sifat penting populasi yang
mempengaruhi natalitas dan mortalitas. Karenanya, nisbah dari berbagai kelompok
umur dalam suatu populasi menentukan status reproduktif yang sedang berlangsung
dari populasi dan menyatakan apa yang diharapkan pada masa mendatang.
Pegetahuan akan struktur umur ini sangat penting untuk manajemen populasi
singa. Dengan adanya manajemen populasi ini diharapkan jumlah singa bertambah
dari tahun ke tahun.
Metode
Penelitian
Data yang digunakan berupa studi literatur yang bersumber dari
skripsi, jurnal ataupun artikel yang sesuai dengan permasalahan yang akan
dibahas mengenai pendugaan sturktur umur dan jenis kelamin.
Hasil
dan Pembahasan
Singa
merupakan kucing besar yang hidupnya berkelompok dan memiliki keluarga besar.
Dalam satu keluarga terdapat satu singa jantan dan satu singa betina serta bisa
memiliki anak hingga lusinan. Singa betina lebih sering terlihat berkelompok
dari pada singa jantan. Sedangkan singa jantan memisahkan diri dari keluarganya
apabila ia sudah mencapai kedewasaan. Singa jantan yang telah dewasa mencari
tempat atau daerah untuk dikuasainya bahkan ada juga yang bertarung demi
memperebutkan daerah kekuasaan (Djarubito 1993).
Untuk menentukan
jenis kelamin pada singa dapat dilihat
dari perbedaannya baik morfologi, perilaku maupun wilayah jelajahnya. Singa
jantan memiliki rambut tebal yang
mengelilingi kepala hingga pundak mereka. Sedangkan singa betina tidak
memilikinya. Panjang singa jantan adalah 260-330 cm, sedangkan betina mempunyai
panjang betina 240-270 cm. panjang ekor jantan 70-105cm, betina 60-100 cm.
berat jantan 150-225 kg, berat betina 120-150 kg. panjang dari ujung kaki ke
pundak jantan 80-123 cm, betina 75-110 cm. sehabis lahir berat singa adalah 1-2
kg. Rata-rata umur singa adalah 10-15 tahun jika berada didalam hutan, tetapi
jika dipelihara umur singa dapat mencapai 20 tahun (Blanford 1876).
Pejantan sangat
agresif dalam mempertahankan wilayah kekuasaan. Pada umumnya, singa jantan
menguasai sebuah wilayah yang mungkin mencakup sekitar 100 mil persegi (259
kilometer persegi) dari padang rumput, semak, atau hutan terbuka. Hewan ini
menandai daerahnya dengan urin, gemuruh auman mengancam untuk memperingatkan
penyusup, dan mengejar apabila ada singa atau bahkan hewan lain yang melanggar
batas wilayah mereka. Singa betina adalah pemburu utama dalam keluarga. Segala
keperluan makanan anak-anak singa diperoleh dari hasil jeripayah singa betina.
Singa betina sering bekerja sama untuk memangsa hewan buruannya. Singa betina
muda tidak ikut membantu untuk berburu sampai mereka berusi sekitar satu tahun.
Singa betina muda ini akan berburu sendirian jika ada kesempatan sendiri, dan
mereka juga mencuri membunuh dari hyena atau anjing liar (Perdana 2009).
Betina yang hamil
akan meniggalkan kelompok untuk sementara, misalnya di gua bebatuan yang tidak
di jangkau oleh binatang lain dapat
melahirkan 1-6 ekor singa. Berat singa yang baru lahir 1.2 kg sampai 2.1 kg. Selama 1 minggu
bayi singa tidak bisa melihat, hampir tidak ada kekuatan. Setelah 3 minggu
sudah bisa berjalan. Begitu pula dengan gigi. Gigi
sang anakan singa akan muncul pada usian 3 minggu tetapi baru berfungsi 1
minggu kemudian. Betina yang melahirkan tidak akan kembali ke
kelompok sebelum anaknya berusia 6-8 minggu.
Singa muda
akan menghabiskan banyak waktunya dengan bermain dan berlatih mempertahankan
diri, tepat sebelum usia 1 tahun mereka akan di latih untuk berburu mangsa seperti
layaknya singa dewasa.
Pada usia 2
tahun singa akan dewasa kelamin, pada jantan akan mulai terlihat tumbuh surai.
Surai ini yang menyebabkan mereka terusir dari kelompok dan ketangguhan dari
singa muda ini akan menentukan berhasil tidaknya mereka membuat dan menguasai
kelompok baru, sedangkan singa betina akan tetap tergabung dalam kelompok
tersebut meskipun diketahui ada yang hidup sendiri (Klein dan Martin1984).
Singa jantan
yang hidup sendiri disebut jantan nomaden, terkadang mereka membuat asosiasi
atau kelompok singa jantan yang terdiri dari 2 atau 3 anggota. Kelompok baru
ini mungkin terjadi pada pertemuan antara jantan muda yang diusir dari
kelompok, atau mungkin saja sebelumnya terikat hubungan darah. Mereka biasa
menghabiskan hidup bersama, berburu selama bertahun-tahun bahkan sampai mati.
Kesimpulan
Mengetahui jenis
kelamin pada singa sangat diperlukan untuk mengetahui sex ratio pada singa. Sex
ratio ini sangat berguna dalam manajemen
populasi singa. Untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin pada singa
dapat dilihat dari tinggi, panjang ekor,
pola hidup, tebal rambut, serta daerah jelajah singa tersebut. Perbadaan
morfologi tersebut bisa menjadi penentu struktur umur singa. Struktur umur
badak dapat dilihat dari jumlah, ukuran dan warna yang berubah semakin
meningkatnya umur, tubuh badak yang semakin berat seiring bertambahnya umur,
ukuran panjang dan tinggi tubuh badak yang semakin bertambah seiring
bertambahnya umur, serta warna kulit Badak sumatera akan semakin memudar
seiring bertambahnya umur.
Daftar
Pustaka
Alikodra HS. 1979. Dasar-dasar
Pembinaan Margasatwa. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Odum, E. P. 1971. Fundamentals
of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd. Philadelphia.
Perdana DPC. 2009. Perilaku Harian Singa (Panthera leo) dalam
Konservasi Kebun Binatang Surabaya. [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Institut Teknologi Sepuluh November.
Djarubito, MB. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Blanford, WT. 1876.
Zoology and geology. Vol. II.
Macmillan and Co., London.
Klein, R.G. and Martin, PS. 1984. Mammalian extinctions and stone age people
in Africa. University of Arizona
Press, Tucson, AZ.
0 comments:
Post a Comment