Tuesday, September 22, 2015

Penentuan Waktu Optimum dan Simulasi Inventarisasi Satwaliar (Pengamat Diam dan Bergerak) di Kebun Raya Bogor

ABSTRAK
Kegiatan inventarisasi satwaliar merupakan kegiatan pengumpulan data/informasi tentang suatu jenis satwaliar. Data dan inventarisasi minimal yang harus dihasilkan mencakup : jumlah jenis dan individu, ukuran dan struktur populasi, serta penyebaran dan pergerakan. Inventarisasi dapat dilakukan secara sensus maupun sampling. Inventari sensus dilakukan dengan cara melakukan pengamatan pada semua titik pada kawasan tertentu pada waktu secara bersamaan. Metode sensus dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah concentration acount, driving count, pengamat diam, pengamat bergerak, dan metode penjagalan. Lokasi pengamatan dilakukan di Kebun Raya Bogor dan dibagi menjadi seuluh plot. Tujuan pengamatan ini adalah menentukan waktu aktif satwaliar terhadap peluang perjumpaan satwaliar, mengaplikasikan beberapa metode sensus inventarisasi satwaliar dan pemantauan satwaliar dengan menggunakan pengamat diam dan pengamat bergerak, mengetahui jumlah populasi dan struktur umur satwaliar, serta mampu membandingkan beberapa metode inventarisasi satwaliar berdasarkan ketepatan dan ketelitian serta memberikan penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode. Waktu optimum  para pengunjung masuk ke kebun raya bogor adalah 8.45-9.45 yang merupakan hasil rata-rata dari lima pintu yang dibuka. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil jumlah populasi pada metode penggunaan waktu optimum dibagi menjadi dua, yaitu pada pintu masuk dan pintu keluar Sebanyak 5746 pengunjung tercatat di pintu masuk, sedangkan di pintu keluar diperoleh data sebanyak 4404 pengunjung. Jumlah populasi dengan metode pengamatan diam adalah sebanyak 27157 pengunjung. Jumlah populasi dengan menggunakan metode pengamatan bergerak didapat sebanyak 32007 orang. Metode yang paling besar peluang terjadinya kemungkinan double counting adalah metode pengamatan diam. Sedangkan metode pengamatan yang kemungkinan terjadi kesalahan paling kecil yaitu metode penggunaan waktu optimum. Namun pada penerapannya, hasil yang didapat dengan menggunakan metode ini over estimate apabila dibandingkan dengan data sekunder yang didapatkan. Sehingga kemungkinan double counting masih mungkin terjadi.

Kata kunci : Inventarisasi satwaliar, metode sensus, parameter demografi







Pendahuluan
Inventarisasi merupakan serangkaian kegiatan untuk mengetahui kondisi populasi dan habitat suatu organisme, salah satunya adalah satwa liar. Kegiatan inventarisasi satwaliar bertujuan mengetahui keanekaragaman satwa di suatu daerah guna kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata, dan kesejahteraan masyarakat. Menurur Kartono (2000) data dan inventarisasi minimal yang harus dihasilkan meliputi jumlah jenis dan individu, ukuran dan struktur populasi, serta penyebaran dan pergerakan satwa liar.
Inventarisasi dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu sensus dan sampling. Metode inventarisasi sensus dilakukan dengan cara pengamatan semua titik pada suatu kawasan tertentu secara bersamaan. Metode sensus dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu concentration acount, driving count, pengamat diam, pengamat bergerak, dan metode penjagalan (Alikodra 2002). Menurut Alikodra (2002) metode sensus dapat diketahui populasi aktual di lapangan secara akurat, namun hasil yang diperoleh akan lebih akurat bila digunakan metode sensus secara langsung dan tidak langsung. Metode ini memerlukan beberapa sumberdaya seperti tenaga kerja, biaya, waktu, dan luasan wilayah yang tidak sedikit.
          Kebun Raya Bogor merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh pengunjung hampir pada setiap harinya. Kebun Raya Bogor dipilih untuk melakukan simulasi atau uji coba dari penerapan metode sensus yakni pengamat diam dan pengamat bergerak. Selain itu juga, digunakan dalam penentuan waktu optimum untuk mengetahui peluang atau waktu perjumpaan paling banyak untuk dilakukan pengamatan. Praktikum ini bertujuan mengaplikasikan beberapa metode sensus inventarisasi dan pemantauan satwaliar oleh pengamat diam dan bergerak  sehingga dapat ditentukan waktu aktif satwa liar terhadap peluang perjumpaannya, jumlah populasi, struktur umur.

Metode Penelitian
Kegiatan pengamatan dilakukan di sepuluh site Kebun Raya Bogor, yaitu site jembatan gantung, pohon jodoh, taman meksiko, cafe dedaunan, kolam teratai, taman anggrek, masjid, taman rafflesia, museum zoologi,  dan Jalan Astrid. Waktu pengamatan dilakukan pada pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.
Alat-alat yang digunakan pada pengamatan ini adalah alat tulis, alat penghitung waktu, dan tally sheet. Objek yang diamati pada pengamatan ini adalah pengunjung yang berkunjung ke Kebun Raya Bogor.
Waktu optimum adalah waktu yang menunjukkan jumlah komulatif terbanyak antara pengunjung yang masuk dan keluar dari area Kebun Raya Bogor. Metode penentuan waktu optimum dilakukan dengan cara mencatat jumlah pengunjung berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan struktur umur secara berkala setiap 15 menit. Kegiatan pencatatan tersebut dimulai ketika pintu Kebun Raya Bogor dibuka hingga pintu ditutup kembali.
Metode pengamat diam merupakan metode pengamatan jumlah pengunjung oleh seorang pengamat yang berdiam diri  pada suatu tempat luas yang ditentukan. Pengamatan dengan metode ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah pengunjung berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan struktur umur pada suatu titik. Pengamat akan mencatat para pengunjung sampai batas mata memandang dalam plot atau lokasi yang telah ditentukan. Pencatatan terhadap pengunjung dilakukan pada selang waktu 15 menit.
Metode pengamat bergerak merupakan metode pengamatan yang dilakukan dengan cara pengamat berjalan pada lokasi yang telah ditentukan dan menghitung jumlah pengunjung yang berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan struktur umur. Sama halnya dengan metode pengamat diam, pencatatan dilakukan ketika pada selang waktu 15 menit.
Kriteria Struktur umur yang digunakan ketika pengamatan dilakukan yaitu:
Kelas umur I    : Umur 0-5 tahun (bayi)
Kelas umur II   : Umur 6-14 tahun (anak)
Kelas umur III : Umur 15-24 tahun (remaja)
Kelas umur IV : Umur 25-60 tahun (dewasa)
Kelas umur V  : Umur >60 tahun (tua)

Analisis Data
          Analisis data yang digunakan pada pengamatan ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan analisis tabel. Analisis deskriptif kuantitatif merupakan metode analisis yang menjelaskan tentang paramater yang diamati dan diukur. Analisis tabel memberi penjelasan mengenai hubungan antara parameter yang diukur dan diamati dengan metode tabel.

Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan inventarisasi pengunjung yang dilaksanakan di Kebun Raya Bogor, didapatkan jumlah populasi dari ketiga metode yang digunakan.




Tabel 1. Metode penggunaan waktu optimum
Lokasi
Jumlah Pengunjung (orang)
Masuk
Keluar
Pintu Utama
1950
249
Pintu 1
2450
1748
Pintu Pangrango
665
309
Pintu Konservasi
85
1600
Pintu IPB
596
498
Total
5746
4404

Tabel 2. Jumlah pengunjung di sepuluh site berdasarkan pengamat bergerak dan pengamat diam

No.

Lokasi

Jumlah Pengunjung (orang)
Metode Pengamat Diam
Metode Pengamat Bergerak
1
Jembatan Gantung
1647
966
2
Pohon Jodoh
1266
768
3
Taman Mexico
4116
6200
4
Cafe De Daunan
3854
5126
5
Taman Teratai
2032
4085
6
Taman Anggrek
3997
2880
7
Masjid
1213
1277
8
Taman Raffles
876
540
9
Jalan Astrid
5492
6626
10
Museum Zoologi
2664
3539
Total
27104
42495



Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah populasi dari masing-masing metode berbeda-beda. Jumlah populasi pada penggunaan waktu optimum dibagi menjadi dua, yaitu pada pintu masuk dan pintu keluar. Sebanyak 5746 pengunjung tercatat di pintu masuk, sedangkan di pintu keluar diperoleh data sebanyak 4404 pengunjung. Terjadi perbedaan jumlah populasi antara pintu masuk dan pintu keluar yaitu sebesar 1342 pengunjung. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pengamatan dihentikan sebelum seluruh pengunjung keluar dan ketidaktelitian pengamat dalam menghitung jumlah pengunjung karena jumlah pengunjung yang sangat banyak.
Pengamat diam adalah metode yang dilakukan dengan cara menghitung satwa ketika tidak dalam keadaan terganggu dan mendekati satwa setenang mungkin (as silent as possible) (Mustari 2007). Pengamat diam cenderung berdiam diri pada suatu tempat yang dapat secara luas mengamati satwa di areal sekitar pengamatan. Jumlah populasi dengan metode pengamatan diam adalah sebanyak 27104 pengunjung. Kelebihan dari metode ini adalah tidak perlu memerlukan banyak pengamat serta aktivitasnya terjadi secara alami. Namun, disisi lain ada kelemahannya yaitu kemungkinana terjadinya double counting, serta ada satwa yang tidak terhitung.
Metode pengamatan bergerak adalah metode yang dilakukan dengan cara pengamat melakukan perhitungan sambil bergerak dan pengamat bebas bergerak selama masih berda dalam luasan areal yang ditentukan (Mustari 2007). Jumlah populasi dengan menggunakan metode pengamatan bergerak didapat sebanyak 42495 orang. Kelebihan dari metode ini adalah semua individu dapat terhitung, sedangkan kelemahannya adalah menggangu aktivitas yang sedang dilakukan oleh individu tersebut. Sehingga menyebabkan jumlah populasi dengan metode pengamatan bergerak lebih banyak daripada menggunakan metode pengamatan diam.
          Data sekunder jumlah karcis terjual yang diperoleh dari pengelola Kebun Raya Bogor sebanyak 3827 pengunjung sedangkan jumlah yang diperoleh dari hasil pengamatan sebanyak 5746 pengunjung. Terdapat perbedaan jumlah pengunjung sebanyak 1919 pengunjung. Perbedaan ini disebabkan oleh waktu kedatangan pengunjung yang bersamaan sehingga menyulitkan penghitungan. Metode ini cocok digunakan dalam perhitungan populasi suatu jenis dibandingkan dengan dua metode lainnya, yaitu metode pengamat diam dan bergerak.
Tabel berikut menjelaskan perbedaan jumlah pengunjung berdasarkan jenis kelamin dan struktur umur dari ke-3 metode yang digunakan.




Tabel 3. Jenis kelamin  pada penggunaan waktu optimum
Lokasi
∑ Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pintu pangrango
521
413
Pintu 1
2108
2113
Pintu 4 (IPB)
543
551
Pintu konservasi
978
725
Pintu utama
866
1332
Total
5016
5134



Tabel 4.  Struktur Umur pada Penggunaan Waktu Optimum
Lokasi
Struktur Umur
KU 1
KU 2
KU 3
KU 4
KU 5
Pintu Pangrango
52
61
108
704
25
Pintu 1
270
395
906
2404
231
Pintu Ipb
32
71
288
685
18
Pintu Konservasi
141
125
181
1216
39
Pintu Utama
248
215
766
931
38
Total
743
867
2249
5940
351

Tabel 5. Jenis kelamin dan struktur umur metode pengamat diam

Lokasi
Struktur Umur

Total
Jenis Kelamin
Total
KU I
KU II
KU III
KU IV
KU V
Betina
Jantan
Cafe De Daunan
25
55
362
3394
18
3854
1786
2068
3854
Kolam teratai
119
466
576
860
11
2032
1169
923
2032
Taman Anggrek
353
492
775
2356
21
3997
2056
1941
3997
Jembatan Gantung
80
270
585
684
28
1647
924
723
1647
Masjid
56
148
376
616
17
1213
527
686
1213
Museum Zoologi
358
312
489
1443
62
2664
1303
1361
2664
Pohon Jodoh
108
77
344
723
14
1266
682
584
1266
Taman Meksiko
626
411
880
2030
3
4116
2592
1449
4116
Taman Raffles
84
121
386
230
55
876
451
425
876
Jalan Astrid
352
376
1547
2686
536
5492
2745
2790
5492
Total
2161
2728
6320
15022
765
27157
14235
12950
27157

Tabel 6.  Jenis kelamin dan struktur umur metode pengamat bergerak

Lokasi
∑ Strktur Umur
Jenis Kelamin
Total
∑ Strktur Umur
Total
KU I
KU II
KU III
KU IV
KU V
Taman Rafflesia
261
279
540
176
47
210
225
92
540
Jalan Astrid
3471
3155
6626
603
535
757
4546
185
6626
Jembatan Gantung
546
420
966
68
82
378
428
10
966
Kafe dedaunan
2498
2628
5126
25
57
368
4658
18
5126
Kolam Teratai
2133
1952
4085
215
668
1174
1971
57
4085
Masjid
639
638
1277
91
101
242
807
26
1277
Museum Zoologi
1616
1923
3539
537
1093
633
1248
50
3539
Pohon Jodoh
431
337
768
61
37
262
379
29
768
Taman Meksiko
4816
1333
6200
1408
283
750
3764
0
6200
Taman Anggrek
1498
1382
2880
151
265
598
1823
43
2880
Total
17909
14047
32007
3335
3168
5372
19849
510
32007



Tabel tersebut menggambarkan keadaan pengunjung berdasarkan jenis kelamin bahwa betina merupakan jumlah yang terbanyak dibandingkan jantan. Sedangkan dari struktur umur, kelas umur IV (umur 25-60 tahun) lebih mendominasi hal ini terbukti dari jumlah individu yang terdapat dari tabel di atas. Pada saat pengamatan dilakukan, banyak pengunjung yang dilakukan secara rombongan. Rombongan ini terdiri dari kalangan dewasa yang melakukan rekreasi. Dapat dilihat dari piramida struktur umur berikut :


Gambar 1. Struktur Umur Pengamatan Waktu Optimum 
Gambar 2. Struktur Umur Metode Pengamat Diam

 






Gambar 3. Struktur Umur Metode Pengamat Bergerak





Alikodra (2002) menyebutkan struktur umur merupakan perbandingan  jumlah individu dalam setiap kelas umur dari suatu populasi. Struktur umur ini digunakan untuk  menilai perkembangbiakan individu. Berdasarkan piramida di atas, mengambarkan ketidak seimbangan populasi atau disebut populasi dalam keadaan mundur (regressive population) yaitu natalitas mengalami penurunan. Keadaan menunjukkan adanya gangguan pada kodisi reproduksi sehingga ditemukan jumlah dewasa (kelas umur IV) lebih banyak dibandingkan jumlah bayi.



Tabel 7. Pengunjung masuk
WAKTU
PANGRANGO
PINTU 1
PINTU 4
KONSERVASI
UTAMA
TOTAL
08.30-08.45
34
58
108
16
25
241
08.45-09.00
23
55
11
8
307
404
09.00-09.15
40
83
29
8
82
242
09.15-09.30
45
133
14
10
56
258
09.30-09.45
40
105
46
3
102
296
09.45-10.00
31
104
21
3
46
205
10.00-10.15
51
102
22
7
125
307
10.15-10.30
36
81
32
1
68
218
10.30-10.45
52
87
62
5
71
277
10.45-11.00
62
104
19
1
84
270
11.00-11.15
53
76
17
0
102
248
11.15-11.30
53
88
22
2
104
269
11.30-11.45
40
92
12
3
74
221
11.45-12.00
37
82
14
2
50
185
12.00-12.15
34
102
8
0
33
177
12.15-12.30
34
64
26
0
46
170
12.30-12.45
 -
73
14
1
45
133
12.45-13.00
 -
82
3
1
59
145
13.00-13.15
 -
84
10
1
66
161
13.15-13.30
 -
38
6
2
84
130
13.30-13.45

92
15
0
39
146
13.45-14.00
 -
129
10
1
33
173
14.00-14.15
 -
104
5
1
40
150
14.15-14.30
 -
50
31
1
46
128
14.30-14.45
 -
100
12
3
46
161
14.45-15.00
 -
72
7
0
10
89
15.00-15.15
 -
72
5
2
4
83
15.15-15.30
 -
57
8
3
47
115
15.30-15.45
 -
15
2
0
21
38
15.45-16.00
 -
22
5
0
9
36
16.00-16.15
 -
44

0
26
70
 Total
665
2450
596
85
1950
5746



Tabel 8. Pengunjung keluar
WAKTU
PANGRANGO
PINTU 1
PINTU 4
KONSERVASI
UTAMA
TOTAL
08.30-08.30
34
58
108
16
25
241
08.45-09.00
23
55
11
8
307
404
09.00-09.15
40
83
29
8
82
242
09.15-09.30
45
133
14
10
56
258
09.30-09.45
40
105
46
3
102
296
09.45-10.00
31
104
21
3
46
205
10.00-10.15
51
102
22
7
125
307
10.15-10.30
36
81
32
1
68
218
10.30-10.45
52
87
62
5
71
277
10.45-11.00
62
104
19
1
84
270
11.00-11.15
53
76
17
0
102
248
11.15-11.30
53
88
22
2
104
269
11.30-11.45
40
92
12
3
74
221
11.45-12.00
37
82
14
2
50
185
12.00-12.15
34
102
8
0
33
177
12.15-12.30
34
64
26
0
46
170
12.30-12.45
 -
73
14
1
45
133
12.45-13.00
 -
82
3
1
59
145
13.00-13.15
 -
84
10
1
66
161
13.15-13.30
 -
38
6
2
84
130
13.30-13.45
 -
92
15
0
39
146
13.45-14.00
 -
129
10
1
33
173
14.00-14.15
 -
104
5
1
40
150
14.15-14.30
 -
50
31
1
46
128
14.30-14.45
 -
100
12
3
46
161
14.45-15.00
- 
72
7
0
10
89
15.00-15.15
 - 
72
5
2
4
83
15.15-15.30
 -
57
8
3
47
115
15.30-15.45
 -
15
2
0
21
38
15.45-16.00
 -
22
5
0
9
36
16.00-16.15
 - 
44

0
26
70
 Total
665
2450
596
85
1950
5746





Waktu optimum yang dipergunakan oleh pengunjung masuk di pintu 1 adalah sekitar pukul 09.30-09.45 Waktu optimum  pengunjung pada pintu pangrango adalah 10.45-11.00. waktu optimum pengunjung masuk di pintu 4 dan pintu konservasi adalah pukul 08.30-08.45.   sedangkan untuk pintu umum waktu optimum adalah sekitar pukul 08.45-09.00. Untuk total waktu optimum yang diperoleh dari rata-rata kelima pintu di kebun raya adalah sekitar pukul 08.45-09.00 WIB. Perbedaan waktu optimum ini disebabkan oleh berbedanya lokasi pintu di Kebun Raya Bogor serta perbedaan tujuan pengunjung. Sebagian besar pengunjung yang bertujuan untuk olahraga, menggunakan waktu optimum untuk keluar dari Kebun Raya Bogor, sedangkan untuk pengunjung yang bertujuan melakukan wisata menggunakan waktu untuk melakukan wisata.
Berdasarkan tabel di atas waktu dengan peluang paling sedikit untuk pengunjung yang masuk dengan menggunakan metode penggunaan waktu optimum adalah pukul 15.45-16.00, sedangkan untuk pengunjung yang keluar adalah pukul 15.45-16.00. Hal ini dikarenakan waktu optimum adalah pukul 08.30-08.45 adalah waktu dibukanya Kebun Raya Bogor dan udaranya yang masih sejuk. Pada pukul 16.15-16.30 pengunjung lebih memilih untuk meninggalkan Kebun Raya Bogor. Waktu optimum merupakan waktu yang paling mudah untuk menemukan satwa karena satwa menggunakannya untuk melakukan aktifitasnya.
Berdasarkan pada tabel 1, lokasi yang paling banyak jumlah pengunjung yang masuk dan keluar adalah pintu 1. Hal ini dikarenakan pintu 1 merupakan pintu utama Kebun Raya Bogor. Aksesibilitas menuju pintu tersebut lebih mudah dibandingkan dengan pintu masuk yang lainnya. Lokasi dengan jumlah pengunjung yang masuk paling sedikit adalah pintu konservasi, sedangkan lokasi dengan jumlah pengunjung yang keluar paling sedikit adalah pintu 2. Hal ini dikarenakan pengunjung lebih memilih pintu 1.




Berdasarkan metode pengamatan diam, lokasi yang paling banyak dikunjungi adalah lokasi jalan astrid dan lokasi yang paling sedikit dikunjungi pengunjung adalah taman Raffles. Sedangkan lokasi yang banyak dikunjungi dengan menggunakan metode bergerak yaitu pada lokasi jalan Astrid  dan lokasi yang paling sedikit yang dikunjungi pengunjung adalah Taman Rafflesi. Penggunaan kedua metode tersebut seharusnya menghasilkan hasil yang sama, namun pada kenyataannya berbeda. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan kesalahan pencatatan jumlah pengunjung.  Pada pengamatan bergerak kemugkinan terjadinya double counting sangat kecil, karena pengamat dapat menjangkau dan mengamati semua area pengamatan. Sedangkan untuk pengamatan diam memungkinkan double counting lebi besar dikarenakan pengamatan hanya diam dan melihat sekitar lokasi pengamatan saja tidak melakukan pengamatan kesemua area pengamatan.  Menurut Alikodra (2002) metode sensus langsung merupakan perhitungan satwaliar dengan cara melihat langsung objeknya, sehingga diperlukan pengetahuan dan pengenalan jenis-jenis satwaliar dan tanda-tanda yang dimilikinya, baik bentuk, ukuran, maupun warnanya.
Berdasarkan penggunaan ketiga metode pengamatan tersebut, metode yang paling banyak terjadi kemungkinan double counting adalah metode pengamatan diam. Hal ini dikarenakan pengamat diam cenderung diam di suatu tempat sehingga tidak dapat menjangkau keseluruhan area pengamatan. Sedangkan metode pengamatan yang kemungkinan terjadi kesalahan yang kecil yaitu metode penggunaan waktu optimum. Namun pada penerapannya, hasil yang didapat dengan menggunakan metode ini tidak sesuai dengan data sekunder yang didapatkan. Sehingga kemungkinan double counting masih mungkin terjadi.
Kesimpulan
Waktu optimum  para pengunjung masuk ke kebun raya bogor adalah 8.45-9.45 yang merupakan hasil rata-rata dari lima pintu yang dibuka. Jumlah populasi pada metode penggunaan waktu optimum dibagi menjadi dua, yaitu pada pintu masuk dan pintu keluar Sebanyak 5746 pengunjung tercatat di pintu masuk, sedangkan di pintu keluar diperoleh data sebanyak 4404 pengunjung. Jumlah populasi dengan metode pengamatan diam adalah sebanyak 27157 pengunjung. Jumlah populasi dengan menggunakan metode pengamatan bergerak didapat sebanyak 32007 orang. Metode yang paling besar peluang terjadinya kemungkinan double counting adalah metode pengamatan diam. Sedangkan metode pengamatan yang kemungkinan terjadi kesalahan paling kecil yaitu metode penggunaan waktu optimum. Namun pada penerapannya, hasil yang didapat dengan menggunakan metode ini over estimate apabila dibandingkan dengan data sekunder yang didapatkan. Sehingga kemungkinan double counting masih mungkin terjadi.

Daftar Pustaka
Alikodra HS. 2002.  Pengelolaan Satwa Liar. Bogor : Yayasan Penerbit Fakultas Kehutananan Institut Pertanian Bogor.

Kartono AP. 2000. Teknik Inventarisasi Satwaliar dan Habitatnya. Laboratorium Ekologi Satwaliar.Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Mustari AH. 2007. Metode Survey dan Inventarisasi Mamalia. DepartemenKonservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

0 comments:

Post a Comment