ABSTRAK
Kegiatan
inventarisasi satwaliar merupakan kegiatan pengumpulan data/informasi tentang
suatu jenis satwaliar. Data dan inventarisasi minimal yang harus dihasilkan
mencakup : jumlah jenis dan individu, ukuran dan struktur populasi, serta
penyebaran dan pergerakan. Inventarisasi dapat dilakukan secara sensus maupun
sampling. Inventari sensus dilakukan dengan cara melakukan pengamatan pada
semua titik pada kawasan tertentu pada waktu secara bersamaan. Metode sensus
dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah concentration acount, driving count, pengamat diam, pengamat
bergerak, dan metode penjagalan. Lokasi pengamatan dilakukan di Kebun Raya
Bogor dan dibagi menjadi seuluh plot. Tujuan pengamatan ini adalah menentukan
waktu aktif satwaliar terhadap peluang perjumpaan satwaliar, mengaplikasikan
beberapa metode sensus inventarisasi satwaliar dan pemantauan satwaliar dengan
menggunakan pengamat diam dan pengamat bergerak, mengetahui jumlah populasi dan
struktur umur satwaliar, serta mampu membandingkan beberapa metode
inventarisasi satwaliar berdasarkan ketepatan dan ketelitian serta memberikan
penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode. Waktu
optimum para pengunjung masuk ke kebun
raya bogor adalah 8.45-9.45 yang merupakan hasil rata-rata dari lima pintu yang
dibuka. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil jumlah populasi pada metode
penggunaan waktu optimum dibagi menjadi dua, yaitu pada pintu masuk dan pintu
keluar Sebanyak 5746 pengunjung tercatat di pintu masuk, sedangkan di pintu
keluar diperoleh data sebanyak 4404 pengunjung. Jumlah populasi dengan metode
pengamatan diam adalah sebanyak 27157 pengunjung. Jumlah populasi dengan
menggunakan metode pengamatan bergerak didapat sebanyak 32007 orang. Metode
yang paling besar peluang terjadinya kemungkinan double counting adalah metode pengamatan diam. Sedangkan metode
pengamatan yang kemungkinan terjadi kesalahan paling kecil yaitu metode
penggunaan waktu optimum. Namun pada penerapannya, hasil yang didapat dengan
menggunakan metode ini over estimate apabila
dibandingkan dengan data sekunder yang didapatkan. Sehingga kemungkinan double counting masih mungkin terjadi.
Kata kunci :
Inventarisasi satwaliar, metode sensus, parameter demografi
Pendahuluan
Inventarisasi
merupakan
serangkaian kegiatan
untuk mengetahui kondisi populasi dan habitat suatu organisme,
salah satunya adalah satwa liar. Kegiatan
inventarisasi satwaliar bertujuan
mengetahui keanekaragaman satwa
di suatu daerah guna kepentingan ilmu pengetahuan,
pendidikan, wisata, dan kesejahteraan masyarakat. Menurur
Kartono (2000) data
dan inventarisasi minimal yang harus dihasilkan meliputi jumlah jenis dan individu, ukuran
dan struktur populasi, serta penyebaran dan pergerakan satwa liar.
Inventarisasi
dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu sensus dan sampling. Metode inventarisasi sensus dilakukan dengan cara
pengamatan semua titik pada suatu
kawasan tertentu secara
bersamaan. Metode sensus dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu concentration
acount, driving count, pengamat
diam, pengamat bergerak, dan metode penjagalan (Alikodra 2002). Menurut Alikodra (2002) metode
sensus dapat diketahui populasi aktual di lapangan
secara akurat, namun hasil yang diperoleh akan lebih akurat bila digunakan metode sensus secara
langsung dan tidak langsung.
Metode ini memerlukan beberapa
sumberdaya seperti
tenaga kerja, biaya, waktu, dan
luasan wilayah yang
tidak sedikit.
Kebun Raya Bogor merupakan tempat yang
sering dikunjungi oleh pengunjung hampir pada setiap harinya. Kebun Raya Bogor
dipilih untuk melakukan simulasi atau uji coba dari penerapan metode sensus
yakni pengamat diam dan pengamat bergerak. Selain itu juga, digunakan dalam
penentuan waktu optimum untuk mengetahui peluang atau waktu perjumpaan paling
banyak untuk dilakukan pengamatan. Praktikum ini bertujuan
mengaplikasikan
beberapa metode sensus inventarisasi dan pemantauan satwaliar oleh pengamat diam dan bergerak sehingga dapat ditentukan waktu aktif satwa
liar terhadap peluang
perjumpaannya,
jumlah populasi, struktur
umur.
Metode Penelitian
Kegiatan pengamatan dilakukan di sepuluh
site Kebun Raya Bogor, yaitu site jembatan
gantung, pohon jodoh, taman meksiko, cafe dedaunan, kolam teratai, taman anggrek, masjid, taman rafflesia, museum zoologi, dan Jalan Astrid. Waktu pengamatan dilakukan pada pukul
08.00 hingga 17.00 WIB.
Alat-alat
yang digunakan pada
pengamatan ini adalah
alat tulis, alat penghitung waktu, dan tally
sheet. Objek
yang diamati pada pengamatan ini adalah pengunjung yang berkunjung ke Kebun Raya Bogor.
Waktu optimum adalah waktu
yang menunjukkan jumlah
komulatif terbanyak
antara pengunjung yang masuk dan keluar dari area
Kebun Raya Bogor.
Metode penentuan waktu optimum dilakukan dengan cara mencatat jumlah pengunjung berdasarkan
perbedaan jenis kelamin dan struktur umur secara
berkala setiap 15
menit. Kegiatan pencatatan
tersebut dimulai ketika pintu Kebun Raya Bogor dibuka hingga pintu ditutup
kembali.
Metode pengamat diam merupakan
metode pengamatan jumlah pengunjung oleh seorang pengamat
yang berdiam diri pada suatu tempat luas yang
ditentukan. Pengamatan
dengan metode ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah pengunjung
berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan struktur umur pada suatu titik. Pengamat akan mencatat para
pengunjung sampai batas mata memandang dalam plot atau lokasi yang telah
ditentukan. Pencatatan terhadap pengunjung dilakukan pada selang waktu 15
menit.
Metode pengamat bergerak merupakan
metode pengamatan yang dilakukan dengan cara pengamat berjalan pada lokasi yang
telah ditentukan dan menghitung jumlah pengunjung yang berdasarkan perbedaan
jenis kelamin dan struktur umur. Sama halnya dengan metode pengamat diam,
pencatatan dilakukan ketika pada selang waktu 15 menit.
Kriteria Struktur umur yang
digunakan ketika pengamatan dilakukan yaitu:
Kelas
umur I : Umur 0-5 tahun (bayi)
Kelas
umur II : Umur 6-14 tahun (anak)
Kelas
umur III : Umur 15-24 tahun (remaja)
Kelas
umur IV : Umur 25-60 tahun (dewasa)
Kelas
umur V : Umur >60 tahun (tua)
Analisis Data
Analisis data yang digunakan
pada pengamatan ini adalah analisis
deskriptif kuantitatif dan analisis tabel. Analisis deskriptif kuantitatif
merupakan metode
analisis yang
menjelaskan tentang paramater
yang diamati dan diukur. Analisis tabel memberi penjelasan mengenai
hubungan antara parameter yang diukur dan diamati dengan metode tabel.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan
inventarisasi pengunjung yang dilaksanakan di Kebun Raya Bogor, didapatkan
jumlah populasi dari
ketiga metode yang digunakan.
Tabel
1. Metode penggunaan waktu optimum
Lokasi
|
Jumlah Pengunjung (orang)
|
|
Masuk
|
Keluar
|
|
Pintu
Utama
|
1950
|
249
|
Pintu
1
|
2450
|
1748
|
Pintu
Pangrango
|
665
|
309
|
Pintu
Konservasi
|
85
|
1600
|
Pintu
IPB
|
596
|
498
|
Total
|
5746
|
4404
|
Tabel
2. Jumlah pengunjung di sepuluh site berdasarkan pengamat bergerak dan
pengamat diam
No.
|
Lokasi
|
Jumlah Pengunjung (orang)
|
|
Metode Pengamat Diam
|
Metode Pengamat Bergerak
|
||
1
|
Jembatan
Gantung
|
1647
|
966
|
2
|
Pohon
Jodoh
|
1266
|
768
|
3
|
Taman
Mexico
|
4116
|
6200
|
4
|
Cafe
De Daunan
|
3854
|
5126
|
5
|
Taman
Teratai
|
2032
|
4085
|
6
|
Taman
Anggrek
|
3997
|
2880
|
7
|
Masjid
|
1213
|
1277
|
8
|
Taman
Raffles
|
876
|
540
|
9
|
Jalan
Astrid
|
5492
|
6626
|
10
|
Museum
Zoologi
|
2664
|
3539
|
Total
|
27104
|
42495
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah populasi dari masing-masing metode
berbeda-beda. Jumlah populasi pada penggunaan waktu optimum dibagi menjadi dua,
yaitu pada pintu masuk dan pintu keluar. Sebanyak 5746 pengunjung tercatat di
pintu masuk, sedangkan di pintu keluar diperoleh data sebanyak 4404 pengunjung.
Terjadi perbedaan jumlah populasi antara pintu masuk dan pintu keluar yaitu
sebesar 1342 pengunjung.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pengamatan dihentikan sebelum
seluruh pengunjung keluar dan ketidaktelitian pengamat dalam menghitung jumlah
pengunjung karena jumlah pengunjung yang sangat banyak.
Pengamat
diam adalah metode yang dilakukan dengan cara menghitung satwa ketika tidak
dalam keadaan terganggu dan mendekati satwa setenang mungkin (as silent as possible) (Mustari 2007).
Pengamat diam cenderung berdiam diri pada suatu tempat yang dapat secara luas
mengamati satwa di areal sekitar pengamatan. Jumlah populasi dengan metode
pengamatan diam adalah sebanyak 27104 pengunjung. Kelebihan dari metode ini
adalah tidak perlu memerlukan banyak pengamat serta aktivitasnya terjadi secara
alami. Namun, disisi lain ada kelemahannya yaitu kemungkinana terjadinya double counting, serta ada satwa yang
tidak terhitung.
Metode pengamatan bergerak adalah
metode yang dilakukan dengan cara pengamat melakukan perhitungan sambil
bergerak dan pengamat bebas bergerak selama masih berda dalam luasan areal yang
ditentukan (Mustari 2007). Jumlah populasi dengan menggunakan metode pengamatan
bergerak didapat sebanyak 42495 orang. Kelebihan dari metode ini adalah semua
individu dapat terhitung, sedangkan kelemahannya adalah menggangu aktivitas
yang sedang dilakukan oleh
individu tersebut. Sehingga menyebabkan jumlah populasi dengan metode
pengamatan bergerak lebih banyak daripada menggunakan metode pengamatan diam.
Data sekunder jumlah karcis terjual
yang diperoleh dari pengelola Kebun Raya Bogor sebanyak 3827 pengunjung sedangkan
jumlah yang diperoleh dari hasil pengamatan sebanyak 5746 pengunjung. Terdapat
perbedaan jumlah pengunjung sebanyak 1919 pengunjung. Perbedaan ini disebabkan
oleh waktu
kedatangan pengunjung
yang bersamaan sehingga menyulitkan penghitungan. Metode ini cocok digunakan dalam
perhitungan populasi suatu jenis dibandingkan dengan dua metode lainnya,
yaitu metode pengamat
diam dan bergerak.
Tabel berikut
menjelaskan perbedaan jumlah pengunjung berdasarkan jenis kelamin dan struktur
umur dari ke-3 metode yang digunakan.
Tabel
3. Jenis kelamin pada penggunaan waktu
optimum
Lokasi
|
∑ Jenis Kelamin
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|
Pintu
pangrango
|
521
|
413
|
Pintu
1
|
2108
|
2113
|
Pintu
4 (IPB)
|
543
|
551
|
Pintu
konservasi
|
978
|
725
|
Pintu
utama
|
866
|
1332
|
Total
|
5016
|
5134
|
Tabel
4. Struktur Umur pada Penggunaan Waktu
Optimum
Lokasi
|
Struktur Umur
|
||||
KU
1
|
KU
2
|
KU
3
|
KU
4
|
KU
5
|
|
Pintu
Pangrango
|
52
|
61
|
108
|
704
|
25
|
Pintu
1
|
270
|
395
|
906
|
2404
|
231
|
Pintu
Ipb
|
32
|
71
|
288
|
685
|
18
|
Pintu
Konservasi
|
141
|
125
|
181
|
1216
|
39
|
Pintu
Utama
|
248
|
215
|
766
|
931
|
38
|
Total
|
743
|
867
|
2249
|
5940
|
351
|
Tabel
5. Jenis kelamin dan struktur
umur metode pengamat diam
Lokasi
|
Struktur Umur
|
Total
|
Jenis Kelamin
|
Total
|
|||||
KU I
|
KU II
|
KU III
|
KU IV
|
KU V
|
Betina
|
Jantan
|
|||
Cafe De Daunan
|
25
|
55
|
362
|
3394
|
18
|
3854
|
1786
|
2068
|
3854
|
Kolam teratai
|
119
|
466
|
576
|
860
|
11
|
2032
|
1169
|
923
|
2032
|
Taman Anggrek
|
353
|
492
|
775
|
2356
|
21
|
3997
|
2056
|
1941
|
3997
|
Jembatan Gantung
|
80
|
270
|
585
|
684
|
28
|
1647
|
924
|
723
|
1647
|
Masjid
|
56
|
148
|
376
|
616
|
17
|
1213
|
527
|
686
|
1213
|
Museum Zoologi
|
358
|
312
|
489
|
1443
|
62
|
2664
|
1303
|
1361
|
2664
|
Pohon Jodoh
|
108
|
77
|
344
|
723
|
14
|
1266
|
682
|
584
|
1266
|
Taman Meksiko
|
626
|
411
|
880
|
2030
|
3
|
4116
|
2592
|
1449
|
4116
|
Taman Raffles
|
84
|
121
|
386
|
230
|
55
|
876
|
451
|
425
|
876
|
Jalan Astrid
|
352
|
376
|
1547
|
2686
|
536
|
5492
|
2745
|
2790
|
5492
|
Total
|
2161
|
2728
|
6320
|
15022
|
765
|
27157
|
14235
|
12950
|
27157
|
Tabel
6. Jenis kelamin dan struktur umur
metode pengamat bergerak
Lokasi
|
∑ Strktur Umur
|
||||||||
Jenis Kelamin
|
Total
|
∑ Strktur Umur
|
Total
|
||||||
♀
|
♂
|
KU
I
|
KU
II
|
KU
III
|
KU
IV
|
KU
V
|
|||
Taman
Rafflesia
|
261
|
279
|
540
|
176
|
47
|
210
|
225
|
92
|
540
|
Jalan
Astrid
|
3471
|
3155
|
6626
|
603
|
535
|
757
|
4546
|
185
|
6626
|
Jembatan
Gantung
|
546
|
420
|
966
|
68
|
82
|
378
|
428
|
10
|
966
|
Kafe dedaunan
|
2498
|
2628
|
5126
|
25
|
57
|
368
|
4658
|
18
|
5126
|
Kolam Teratai
|
2133
|
1952
|
4085
|
215
|
668
|
1174
|
1971
|
57
|
4085
|
Masjid
|
639
|
638
|
1277
|
91
|
101
|
242
|
807
|
26
|
1277
|
Museum Zoologi
|
1616
|
1923
|
3539
|
537
|
1093
|
633
|
1248
|
50
|
3539
|
Pohon Jodoh
|
431
|
337
|
768
|
61
|
37
|
262
|
379
|
29
|
768
|
Taman Meksiko
|
4816
|
1333
|
6200
|
1408
|
283
|
750
|
3764
|
0
|
6200
|
Taman Anggrek
|
1498
|
1382
|
2880
|
151
|
265
|
598
|
1823
|
43
|
2880
|
Total
|
17909
|
14047
|
32007
|
3335
|
3168
|
5372
|
19849
|
510
|
32007
|
Tabel
tersebut menggambarkan keadaan pengunjung berdasarkan jenis kelamin bahwa
betina merupakan jumlah yang terbanyak dibandingkan jantan. Sedangkan dari
struktur umur, kelas umur IV (umur 25-60 tahun) lebih mendominasi hal ini
terbukti dari jumlah individu yang terdapat dari tabel di atas. Pada saat
pengamatan dilakukan, banyak pengunjung yang dilakukan secara rombongan.
Rombongan ini terdiri
dari kalangan dewasa yang melakukan rekreasi. Dapat dilihat dari piramida
struktur umur berikut :
Gambar 1. Struktur Umur Pengamatan
Waktu Optimum
Gambar
2. Struktur Umur Metode Pengamat Diam
Gambar 3. Struktur Umur Metode
Pengamat Bergerak
Alikodra
(2002) menyebutkan
struktur umur merupakan perbandingan
jumlah individu dalam setiap kelas umur dari suatu populasi. Struktur
umur ini digunakan untuk menilai
perkembangbiakan individu. Berdasarkan piramida di atas, mengambarkan ketidak
seimbangan populasi atau disebut populasi dalam keadaan mundur (regressive population) yaitu natalitas
mengalami penurunan. Keadaan menunjukkan adanya gangguan pada kodisi reproduksi
sehingga ditemukan jumlah dewasa (kelas umur IV) lebih banyak dibandingkan jumlah
bayi.
Tabel 7. Pengunjung masuk
WAKTU
|
PANGRANGO
|
PINTU 1
|
PINTU 4
|
KONSERVASI
|
UTAMA
|
TOTAL
|
08.30-08.45
|
34
|
58
|
108
|
16
|
25
|
241
|
08.45-09.00
|
23
|
55
|
11
|
8
|
307
|
404
|
09.00-09.15
|
40
|
83
|
29
|
8
|
82
|
242
|
09.15-09.30
|
45
|
133
|
14
|
10
|
56
|
258
|
09.30-09.45
|
40
|
105
|
46
|
3
|
102
|
296
|
09.45-10.00
|
31
|
104
|
21
|
3
|
46
|
205
|
10.00-10.15
|
51
|
102
|
22
|
7
|
125
|
307
|
10.15-10.30
|
36
|
81
|
32
|
1
|
68
|
218
|
10.30-10.45
|
52
|
87
|
62
|
5
|
71
|
277
|
10.45-11.00
|
62
|
104
|
19
|
1
|
84
|
270
|
11.00-11.15
|
53
|
76
|
17
|
0
|
102
|
248
|
11.15-11.30
|
53
|
88
|
22
|
2
|
104
|
269
|
11.30-11.45
|
40
|
92
|
12
|
3
|
74
|
221
|
11.45-12.00
|
37
|
82
|
14
|
2
|
50
|
185
|
12.00-12.15
|
34
|
102
|
8
|
0
|
33
|
177
|
12.15-12.30
|
34
|
64
|
26
|
0
|
46
|
170
|
12.30-12.45
|
-
|
73
|
14
|
1
|
45
|
133
|
12.45-13.00
|
-
|
82
|
3
|
1
|
59
|
145
|
13.00-13.15
|
-
|
84
|
10
|
1
|
66
|
161
|
13.15-13.30
|
-
|
38
|
6
|
2
|
84
|
130
|
13.30-13.45
|
92
|
15
|
0
|
39
|
146
|
|
13.45-14.00
|
-
|
129
|
10
|
1
|
33
|
173
|
14.00-14.15
|
-
|
104
|
5
|
1
|
40
|
150
|
14.15-14.30
|
-
|
50
|
31
|
1
|
46
|
128
|
14.30-14.45
|
-
|
100
|
12
|
3
|
46
|
161
|
14.45-15.00
|
-
|
72
|
7
|
0
|
10
|
89
|
15.00-15.15
|
-
|
72
|
5
|
2
|
4
|
83
|
15.15-15.30
|
-
|
57
|
8
|
3
|
47
|
115
|
15.30-15.45
|
-
|
15
|
2
|
0
|
21
|
38
|
15.45-16.00
|
-
|
22
|
5
|
0
|
9
|
36
|
16.00-16.15
|
-
|
44
|
0
|
26
|
70
|
|
Total
|
665
|
2450
|
596
|
85
|
1950
|
5746
|
Tabel 8. Pengunjung keluar
WAKTU
|
PANGRANGO
|
PINTU 1
|
PINTU 4
|
KONSERVASI
|
UTAMA
|
TOTAL
|
08.30-08.30
|
34
|
58
|
108
|
16
|
25
|
241
|
08.45-09.00
|
23
|
55
|
11
|
8
|
307
|
404
|
09.00-09.15
|
40
|
83
|
29
|
8
|
82
|
242
|
09.15-09.30
|
45
|
133
|
14
|
10
|
56
|
258
|
09.30-09.45
|
40
|
105
|
46
|
3
|
102
|
296
|
09.45-10.00
|
31
|
104
|
21
|
3
|
46
|
205
|
10.00-10.15
|
51
|
102
|
22
|
7
|
125
|
307
|
10.15-10.30
|
36
|
81
|
32
|
1
|
68
|
218
|
10.30-10.45
|
52
|
87
|
62
|
5
|
71
|
277
|
10.45-11.00
|
62
|
104
|
19
|
1
|
84
|
270
|
11.00-11.15
|
53
|
76
|
17
|
0
|
102
|
248
|
11.15-11.30
|
53
|
88
|
22
|
2
|
104
|
269
|
11.30-11.45
|
40
|
92
|
12
|
3
|
74
|
221
|
11.45-12.00
|
37
|
82
|
14
|
2
|
50
|
185
|
12.00-12.15
|
34
|
102
|
8
|
0
|
33
|
177
|
12.15-12.30
|
34
|
64
|
26
|
0
|
46
|
170
|
12.30-12.45
|
-
|
73
|
14
|
1
|
45
|
133
|
12.45-13.00
|
-
|
82
|
3
|
1
|
59
|
145
|
13.00-13.15
|
-
|
84
|
10
|
1
|
66
|
161
|
13.15-13.30
|
-
|
38
|
6
|
2
|
84
|
130
|
13.30-13.45
|
-
|
92
|
15
|
0
|
39
|
146
|
13.45-14.00
|
-
|
129
|
10
|
1
|
33
|
173
|
14.00-14.15
|
-
|
104
|
5
|
1
|
40
|
150
|
14.15-14.30
|
-
|
50
|
31
|
1
|
46
|
128
|
14.30-14.45
|
-
|
100
|
12
|
3
|
46
|
161
|
14.45-15.00
|
-
|
72
|
7
|
0
|
10
|
89
|
15.00-15.15
|
-
|
72
|
5
|
2
|
4
|
83
|
15.15-15.30
|
-
|
57
|
8
|
3
|
47
|
115
|
15.30-15.45
|
-
|
15
|
2
|
0
|
21
|
38
|
15.45-16.00
|
-
|
22
|
5
|
0
|
9
|
36
|
16.00-16.15
|
-
|
44
|
0
|
26
|
70
|
|
Total
|
665
|
2450
|
596
|
85
|
1950
|
5746
|
Waktu
optimum yang dipergunakan oleh pengunjung masuk di pintu 1 adalah sekitar pukul 09.30-09.45
Waktu optimum pengunjung pada pintu pangrango adalah 10.45-11.00.
waktu optimum pengunjung masuk di pintu 4 dan pintu konservasi adalah pukul
08.30-08.45. sedangkan
untuk pintu umum
waktu optimum adalah sekitar pukul 08.45-09.00. Untuk total waktu optimum yang
diperoleh dari rata-rata kelima pintu di kebun raya adalah sekitar
pukul 08.45-09.00 WIB.
Perbedaan waktu optimum ini disebabkan oleh berbedanya lokasi pintu di Kebun
Raya Bogor serta perbedaan tujuan pengunjung. Sebagian besar pengunjung yang
bertujuan untuk olahraga, menggunakan waktu optimum untuk keluar dari Kebun
Raya Bogor, sedangkan untuk pengunjung yang bertujuan melakukan wisata
menggunakan waktu untuk melakukan wisata.
Berdasarkan
tabel di atas waktu dengan peluang paling sedikit untuk pengunjung yang masuk
dengan menggunakan metode penggunaan waktu optimum adalah pukul 15.45-16.00,
sedangkan untuk pengunjung yang keluar adalah pukul 15.45-16.00. Hal ini
dikarenakan waktu optimum adalah pukul 08.30-08.45 adalah waktu dibukanya Kebun
Raya Bogor dan udaranya yang masih sejuk. Pada pukul 16.15-16.30 pengunjung
lebih memilih untuk meninggalkan Kebun Raya Bogor. Waktu optimum merupakan
waktu yang paling mudah untuk menemukan satwa karena satwa menggunakannya untuk
melakukan aktifitasnya.
Berdasarkan
pada tabel 1, lokasi yang paling banyak jumlah pengunjung yang masuk dan keluar
adalah pintu 1. Hal ini dikarenakan pintu 1 merupakan pintu utama Kebun Raya
Bogor. Aksesibilitas menuju pintu tersebut lebih mudah dibandingkan dengan
pintu masuk yang lainnya. Lokasi dengan jumlah pengunjung yang masuk paling
sedikit adalah pintu konservasi, sedangkan lokasi dengan jumlah pengunjung yang
keluar paling sedikit adalah pintu 2. Hal ini dikarenakan pengunjung lebih
memilih pintu 1.
Berdasarkan
metode pengamatan diam, lokasi yang paling banyak dikunjungi adalah lokasi
jalan astrid dan lokasi yang paling sedikit dikunjungi pengunjung adalah taman
Raffles. Sedangkan lokasi yang banyak dikunjungi dengan menggunakan metode
bergerak yaitu pada lokasi jalan Astrid
dan lokasi yang paling sedikit yang dikunjungi pengunjung adalah Taman
Rafflesi. Penggunaan kedua metode tersebut seharusnya menghasilkan hasil yang
sama, namun pada kenyataannya berbeda. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan
kesalahan pencatatan jumlah pengunjung.
Pada pengamatan bergerak kemugkinan terjadinya double counting sangat kecil, karena pengamat dapat menjangkau dan
mengamati semua area pengamatan. Sedangkan untuk pengamatan diam memungkinkan double counting lebi besar dikarenakan
pengamatan hanya diam dan melihat sekitar lokasi pengamatan saja tidak
melakukan pengamatan kesemua area pengamatan.
Menurut Alikodra (2002) metode
sensus langsung merupakan perhitungan satwaliar dengan cara melihat langsung
objeknya, sehingga diperlukan pengetahuan dan pengenalan jenis-jenis satwaliar
dan tanda-tanda yang dimilikinya, baik bentuk, ukuran, maupun warnanya.
Berdasarkan
penggunaan ketiga metode pengamatan tersebut, metode yang paling banyak terjadi
kemungkinan double counting adalah
metode pengamatan diam. Hal ini dikarenakan pengamat diam cenderung diam di
suatu tempat sehingga tidak dapat menjangkau keseluruhan area pengamatan.
Sedangkan metode pengamatan yang kemungkinan terjadi kesalahan yang kecil yaitu
metode penggunaan waktu optimum. Namun pada penerapannya, hasil yang didapat
dengan menggunakan metode ini tidak sesuai dengan data sekunder yang
didapatkan. Sehingga kemungkinan double
counting masih mungkin terjadi.
Kesimpulan
Waktu
optimum para pengunjung masuk ke kebun
raya bogor adalah 8.45-9.45 yang merupakan hasil rata-rata dari lima pintu yang
dibuka. Jumlah populasi pada metode penggunaan waktu optimum dibagi menjadi
dua, yaitu pada pintu masuk dan pintu keluar Sebanyak 5746 pengunjung tercatat
di pintu masuk, sedangkan di pintu keluar diperoleh data sebanyak 4404
pengunjung. Jumlah populasi dengan metode pengamatan diam adalah sebanyak 27157
pengunjung. Jumlah populasi dengan menggunakan metode pengamatan bergerak
didapat sebanyak 32007 orang. Metode yang paling besar peluang terjadinya
kemungkinan double counting adalah
metode pengamatan diam. Sedangkan metode pengamatan yang kemungkinan terjadi
kesalahan paling kecil yaitu metode penggunaan waktu optimum. Namun pada
penerapannya, hasil yang didapat dengan menggunakan metode ini over estimate apabila dibandingkan
dengan data sekunder yang didapatkan. Sehingga kemungkinan double counting masih mungkin terjadi.
Daftar
Pustaka
Alikodra
HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar. Bogor : Yayasan
Penerbit Fakultas Kehutananan Institut Pertanian Bogor.
Kartono AP. 2000. Teknik
Inventarisasi Satwaliar dan Habitatnya. Laboratorium
Ekologi Satwaliar.Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Mustari AH. 2007. Metode
Survey dan Inventarisasi Mamalia. DepartemenKonservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata.Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
0 comments:
Post a Comment