Kampus IPB Dramaga merupakan habitat yang baik
bagi spesies-spesies tumbuhan obat. Hal ini dapat dilihat dari spesies tumbuhan obat yang
didapatkan melalui hasil eksplorasi di di sekitar
pintu dua
IPB yaitu kebun karet, sekitar kolam dan kantor UKK, serta di rumah kaca Fakultas
Kehutanan IPB. Didapatkan
sebanyak ditemukan 92 jenis tumbuhan obat
dari 26 famili, famili yang
paling banyak ditemukan adalah fabaceae
(pohon-pohonan) yaitu sebesar 28%, hal ini juga berpengaruh pada dominansi habitus
tumbuhan obat tersebut dimana habitus yang mendominasi adalah habitus pohon
sebesar 26,09 %. Kondisi tumbuhan obat yang ditemukan dari 92 jenis, 67 jenis (68.48%) merupakan tipe
tumbuhan budidaya sedangkan 25 jenisnya (31.52%) merupakan tipe tumbuhan liar. Pemanfaatan daun pada
tumbuhan obat merupakan bagian tumbuhan obat yang paling sering digunakan
dengan presentase 35,5 %. Dengan
beranekaragamnya jenis tumbuhan obat, jenis-jenis penyakit yang dapat
disembuhkan pun beranekaragam mulai dari penyakit ringan seperti influenza
hingga penyakit kronis misalnya kanker.
Kata kunci: Tumbuhan obat, IPB Darmaga, habitus
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Indonesia merupaka negara yang kaya akan keanekaragaman
hayatinya. Salah satunya adalah keanekaragaman tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai tumbuhan obat. Sejak dahulu tumbuhan obat sudah diketahui manfaatnya
yang dapat mengobati berbagai macam penyakit. Akan tetapi pengguanaan tumbuhan
obat masih sanagat sedikit dibandingkan penggunaan obat yang mengandung bahan
kimia. Hal ini dikarenakan masyarakat kurang mengetahui manfaat dan khasiat
dari tumbuhan obat sendiri, padahal efek samping yang dihasilkan jauah lebih
besar jika menggunakan obat yang mengandung bahan kimia.
Berbagia upayapun telah dilakukan yaitu pembanguna rumah
kaca sebagai tempat budidaya dan laboratorium konservasi tumbuhan obat untuk
mengidentifikasi berbagai jenis tumbuhan dan kegunaanya. Hal ini dimaksudkan
untuk pelestarian tumbuhan obat yang sewaktu-waktu dapt terancam serta
memberikan informasi dan pengetahuan kepada masayarakat umum mengenai
pentingnya pengguanaan tumbuhan obat sebagai alternatif pengobatan yang aman.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini
adalah untuk mengidentifikasi
keanekaragaman spesies tumbu han obat yang ada di berbagai
lokasi di IPB Dramaga.
II. METODE
2.1
Lokasi dan Waktu Praktikum
Lokasi praktikum kali ini berada
di sekitar pintu dua
IPB yaitu kebun karet, sekitar kolam dan UKK. Waktu pelaksanaan praktikum
dilakukan dimulai pada tanggal 16 September 2013 di pintu 2 IPB. Sedangkan pada
tanggal 23 September 2013, pengamatan dilakukan di rumah kaca Fakultas
Kehutanan IPB.
2.2
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan untuk
praktikum ini adalah: Fieldguide Tumbuhan Obat Kampus IPB Dramaga, alat tulis
dan buku catatan, dan kamera. Bahan yang digunakan adalah berbagai jenis
tumbuhan obat yang ditemukan di pintu 2 IPB dan di rumah kaca Fakultas Kehutanan
IPB.
2.3 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data
yaitu dilakukan dengan cara studi literatur dan pengamatan lapangan. Metode
studi literatur yaitu dengan cara menggunakan pustaka Fieldguide Tumbuhan Obat
Kampus IPB Dramaga, skripsi, dan jurnal. Sedangkan untuk metode pengamatan
lapangan dengan cara pengamatan langsung untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan
obat di lokasi pengamatan yaitu pintu 2 IPB.
2.4 Analisis
Data
Analisis data yang digunakan
adalah:
·
Persen
famili tertentu =
·
Persen
habitus =
·
Persen
bagian yang digunakan =
Persen
budidaya =
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Keanekaragaman Famili
Berdasarkan
hasil inventarisasi tumbuhan obat di kampus IPB Darmaga bagian hutan tropika dan laboratorium
tumbuhan obat ditemukan 92
jenis tumbuhan obat dari 26 famili. Dari hasil pengamatan di lapangan lima jenis famili yang
banyak ditemukan adalah famili
fabaceae, araceae, euphorbiaceae, moraceae,dan myrtaceae. Dari kelima famili
tersebut persentase yang paling banyak ditemukan adalah fabaceae yaitu 28%
fabaceae merupakan tumbuhan
yang tergolong dalam jenis pohon. Beberapa famili yang ditemukan berjumlah
sedikit contohnya Famili Urticaceae, Thymalaceae, dan Ruscaceae, tumbuhan obat yang
paling banyak ditemukan adalah pohon yang masuk dalam famili fabaceae yaitu
jenis-jenis pohon. Hal ini karena jenis pohon paling banyak ditemukan di hutan
dan dapat tumbuh di berbagai habitat sehingga mudah untuk tumbuh dan hidup.
Selain itu dari dataran yang ada di muka bumi ini tumbuhan yang paling banyak
tumbuh dan mudah untuk menyesuaikan diri adalah jenis pohon dibanding jenis
tumbuhan bawah.
3.2 Keanekaragaman
Habitus
Habitus merupakan perawakan dari suatu pohon
maupun bentuk dari suatu tumbuhan, diantara bentuk
pertumbuhan ini adalah
herba, semak, pohon, perdu dan liana (Indriyanto 2006). Dari hasil pengamatan di
lapang keanekaragaman habitus yang ditemukan adalah herba, semak, terna, perdu,
pohon, sliana dan rumput.
Pesentase habitus tumbuhan obat yang banyak ditemukan
adalah habitus pohon yaitu 26,09%, pohon merupakan tumbuhan berkayu yang pada
usia dewasa akan mencapai tinggi lebih dari 4 meter. Persentase habitus
tumbuhan obat selanjutnya yang ditemukan saat pengamatan adalah perdu, terna,
semak, herba, liana dan rumput yang persentasenya masing-masing secara
berurutan adalah 22,83%, 17,39%, 17,39%, 11,96%,3,26% dan 1,09%.
3.3 Keanekaragaman
spesies
Keanekaragaman spesies merupakan
salah satu indikator dalam kekayaan jenis tumbuhan dalam satu habitat atau
kawasan tetentu yang terdapat tumbuhan yang berbeda beda (Sasrawa, 2013). Salah
satu contohnya adalah keanekaragaman spesies tumbuhan obat di dalam kampus
Institut Pertanian Bogor (IPB). Tumbuhan obat merupakan tumbuhan herbal liar
maupun hasil budidaya yang mengandung
senyawa-senyawa khusus yang dapat mengobati berbeagai jenis penyakit sesuai
dengan kandungan seyawa yang dikandungnya (Yuwono, 2013). Dalam kampus IPB
terdapat lebih dari 144 jenis tumbuhan obat yang dapat dimanfaatkan (Wiguna,
2009). Salah satu lokasi yang terdapat tumbuhan obat adalah hutan tropika di
samping Gedeung Andi Hakim Nasution IPB .
Berdasarkan hasil inventarisasi
tumbuhan obat di hutan tropika ditemukan 92 jenis tumbuhan obat dari 26 famili.
Menurut hasil perhitungan persentase famili yang paling banyak ditemukan adalah
famili fabaceae yang tergolong dalam jenis pohon. Beberapa famili yang
ditemukan berjumlah sedikit contohnya Famili Urticaceae, Thymalaceae, dan Ruscaceae, tumbuhan obat yang
paling banyak ditemukan adalah pohon yang masuk dalam famili fabaceae yaitu
jenis-jenis pohon. Hal ini karena jenis pohon paling banyak ditemukan di hutan
dan dapat tumbuh di berbagai habitat sehingga mudah untuk tumbuh dan hidup.
Selain itu dari dataran yang ada di muka bumi ini tumbuhan yang paling banyak
tumbuh dan mudah untuk menyesuaikan diri adalah jenis pohon dibanding jenis
tumbuhan bawah.
3.4 Kondisi Tumbuhan (budidaya/liar)
Dari tipe tumbuhan yang ditemukan selama pengamatan,
tipe tumbuhan budidaya memiliki dominansi terbesar sebesar 67 jenis (68.48%), sedangkan tipe tumbuhan
liar sebesar 25 jenis (31.52%), persentyase tersebut dapat dilihat pada gambar
3.
Keberadaan
tumbuhan obat yang diklasifikasi kedalam dua tipe yakni budidaya dan liar
sebenarnya memiliki arti dimana tumbuhan obat ini mudah ditemukan (budidaya)
atau liar dilihat daris sejarah keberadaannya. Perbedaan tipe keberadaan
tanaman obat tersebut terdapat pada tingkat komersialitas dan adanya teknik
budidaya tanaman tersebut. Tanaman obat yang ter’budidayakan’ biasanya sudah
diketahui khasiat, kegunaan dan bahkan zat yang ada dikandungnya, sedangkan
tanaman obat liar banyaknya belum diketahui khasiat dan keguanaannya apalagi
zat yang terkandung didalamnya. Selain itu tingkat komersialitas tumbuhan obat
juga mempengaruhi pada adanya teknik budidaya yang diterapkan pada suatu
tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang terbudidayakan dapat memiliki harga atau nilai
komersial yang tinggi karena adanya tambahan teknik budidaya yang baik sehingga
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas suatu jenis tumbuhan obat. Khasiat
tumbuhan obat liar memang belum tentu lebih sedikit disbanding tumbuhan obat
yang sudah dibudidayakan, melainkan masih perlu adanya penelitian atau kajian
khusus agar kegunaan bahkan zat yang terkandung didalamnya terungkap dan
kedepannya dapat berguna bagi masyarakat.
3.5 keanekaragaman
bagian yang digunakan
Dalam keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang di temukan,
masyaralat biasa menggunakan bagian – bagian tertentu dari tumbuhan tersebut
untuk di olah dan di gunakan mengobati suatu penyakit tertentu. Bagian tumbuhan
obat tersebut diantaranya akar, batang, daun, buah, bunga, getah, kulit, kayu,
umbi biji, dan tunas. Berdasarkan hasil studi literur, di dapatkan bahwa bagian
daun lebih banyak di olah dan di gunakan masyarakat sebagai tumbuhan obat.
Bagian daun memiliki presentase tertinggi yaitu 35,5 %. Hal ini terjadi karena
bagian daun merupakan bagian tumbuhan yang mudah di dapatkan dan selalu ada
dalam setiap musim tanaman. Bagian daun lebih dikenal oleh masyarakat karena
dalam pengolahan untuk menjadi tumbuhan obat lebih mudah yang biasanya hanya
direbus, di campurkan dengan air, atau dapat langsung dikonsumsi. Selain bagian
daun, bagian buah dapat lebih banyak di manfaatkan oleh masyarakat sebagai
tumbuhan obat dibandingkan dengan bagian lainnya. Bagian buah memiliki presentase cukup tinggi
yaitu 17,7%. Bagian buah banyak di manfaatkan karena buah selain sebagai
tanaman obat lebih dikenal sebagai tanaman pangan yang memiliki karakteristik
rasa manis dan enak di konsumsi. Terdapat pula habitus – habitus lain seperti
batang, getah, kulit, umbi, dan biji yang belum di manfaatkan secara optimal karena
kebanyakan masyarakat belum mengetahui potensi tumbuhan obat dari suatu jenis
tanaman. Karena saat ini masyarakat memiliki kecenderungan lebih terhadap obat
– obat generik atau medis dalam menyembuhkan penyakitnya.
3.6 Keragaman Jenis Penyakit
Dari data-data tumbuhan
obat yang telah didapat jika dilihat dari manfaat tumbuhan obat tersebut,
sangat banyak jenis penyakit yang dapat disembuhkan. Jenis-jenis penyakit
tersebut sangat beranekaragam mulai dari penyakit-penyakit ringan seperti
influenza hingga penyakit kronis seperti kanker. Jenis-jenis tumbuhan yang
berkhasiat untuk mengobati penyakit ringan misalnya sambiloto (Andrographis
paniculata Ness.)
yang berkhasiat menyembuhkan influenza, daun wungu (Graptophyllum pictum L.) yang berkhasiat mempercepat pemasakan
bisul, mangga (Mangifera indica) yang
berkhasiat menyembuhkan sariawan, Soka biasa (Ixora coccinea L.) berkhasiat mengobati luka baru, dan
tumbuhan-tumbuhan lainnya.
Selain mengobati penyakit-penyakit ringan,
jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan juga berkhasiat untuk menyembuhkan
penyakit-penyakit kronis. Jenis-jenis tumbuhan tersebut antara lain sirsak (Annona muricata) yang berkhasiat
menyembuhkan kanker, keladi tikus (Typhonium
flageliforme Lodd.) yang
berkhasiat menyembuhkan kanker payudara, sambung nyawa (Gynura pseudo-china DC.)
yang memiliki khasiat menyembuhkan kolesterol tinggi, ambeien, lever, dan
tumor, serta lamtorogung (Leucaena
leucochepala) yang berkhasiat menyembuhkan diabetes mellitus.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kampus IPB Dramaga memiliki
keanekaragaman tumbuhan obat yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
spesies tanaman obat yang ditemukan mulai dari habitus herba, semak, terna,
perdu, pohon, liana hingga rumput yang dapat ditemukan baik yang tumbuh secara
liar maupun budidaya. Dengan tingginya keanekaragaman tumbuhan obat di kampus
ini maka semakin banyak pula penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan melalui
pemanfaatan tanaman obat.
4.2 Saran
Sebaiknya
dilakukan pengamatan secara berkala agar data yang dihasilkan dan dikumpulkan
lebih akurat selain itu pengenalan terhadap jenis tumbuhan baru yang berpotensi
untuk obat semakin diperbanyak lagi agar bisa melengkapi data yang belum ada.
DAFTAR PUSTAKA
Adriyanti DT,
Indriyatno, Sukirno DA. 2003. Buku Acuan
Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid V. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 1 - 4.
Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sasrawan
Hedi. 2013. Contoh keanekaragaman spesies.
[terhubung berkala]. http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/01/contoh-keanekaragaman-spesies.html
(28
September 2013).
Yuwono D E. 2013. Tumbuhan obat
herbal. [terhubung berkala]. http://rumputobat.blogspot.com/ (28 September 2013).
Wiguna teguh. 2009.
144 jenis tanaman ibat dikembangkan di
Biofarmaka IPB. [terhubung berkala].http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita/detailberita/121
(28 September 2013).
0 comments:
Post a Comment