Tuesday, September 22, 2015

Pengenalan Spesies Tumbuhan Obat di Kampus IPB Dramaga (Pusat Konservasi Ex-Situ Tumbuhan Obat Hutan Tropika Laboratorium Konservasi Tumbuhan DKSHE dan pintu 2 IPB)

Kampus IPB Dramaga merupakan habitat yang baik bagi spesies-spesies tumbuhan obat. Hal ini dapat dilihat dari spesies tumbuhan  obat yang didapatkan melalui hasil eksplorasi di di sekitar pintu dua IPB yaitu kebun karet, sekitar kolam dan kantor UKK, serta di rumah kaca Fakultas Kehutanan IPB. Didapatkan sebanyak ditemukan 92 jenis tumbuhan obat dari 26 famili, famili yang paling banyak ditemukan adalah  fabaceae (pohon-pohonan) yaitu sebesar 28%, hal ini juga berpengaruh pada dominansi habitus tumbuhan obat tersebut dimana habitus yang mendominasi adalah habitus pohon sebesar 26,09 %. Kondisi tumbuhan obat yang ditemukan dari 92 jenis,  67 jenis (68.48%) merupakan  tipe tumbuhan budidaya sedangkan 25 jenisnya (31.52%) merupakan tipe tumbuhan liar. Pemanfaatan daun pada tumbuhan obat merupakan bagian tumbuhan obat yang paling sering digunakan dengan presentase 35,5 %. Dengan beranekaragamnya jenis tumbuhan obat, jenis-jenis penyakit yang dapat disembuhkan pun beranekaragam mulai dari penyakit ringan seperti influenza hingga penyakit kronis misalnya kanker.
Kata kunci: Tumbuhan obat, IPB Darmaga, habitus
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupaka negara yang kaya akan keanekaragaman hayatinya. Salah satunya adalah keanekaragaman tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Sejak dahulu tumbuhan obat sudah diketahui manfaatnya yang dapat mengobati berbagai macam penyakit. Akan tetapi pengguanaan tumbuhan obat masih sanagat sedikit dibandingkan penggunaan obat yang mengandung bahan kimia. Hal ini dikarenakan masyarakat kurang mengetahui manfaat dan khasiat dari tumbuhan obat sendiri, padahal efek samping yang dihasilkan jauah lebih besar jika menggunakan obat yang mengandung bahan kimia.
Berbagia upayapun telah dilakukan yaitu pembanguna rumah kaca sebagai tempat budidaya dan laboratorium konservasi tumbuhan obat untuk mengidentifikasi berbagai jenis tumbuhan dan kegunaanya. Hal ini dimaksudkan untuk pelestarian tumbuhan obat yang sewaktu-waktu dapt terancam serta memberikan informasi dan pengetahuan kepada masayarakat umum mengenai pentingnya pengguanaan tumbuhan obat sebagai alternatif pengobatan yang aman.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengidentifikasi  keanekaragaman spesies tumbu han obat yang ada di berbagai lokasi di IPB Dramaga.
II. METODE
2.1  Lokasi dan Waktu Praktikum
Lokasi praktikum kali ini berada di sekitar pintu dua IPB yaitu kebun karet, sekitar kolam dan UKK. Waktu pelaksanaan praktikum dilakukan dimulai pada tanggal 16 September 2013 di pintu 2 IPB. Sedangkan pada tanggal 23 September 2013, pengamatan dilakukan di rumah kaca Fakultas Kehutanan IPB.
2.2  Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah: Fieldguide Tumbuhan Obat Kampus IPB Dramaga, alat tulis dan buku catatan, dan kamera. Bahan yang digunakan adalah berbagai jenis tumbuhan obat yang ditemukan di pintu 2 IPB dan di rumah kaca Fakultas Kehutanan IPB.

2.3  Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data yaitu dilakukan dengan cara studi literatur dan pengamatan lapangan. Metode studi literatur yaitu dengan cara menggunakan pustaka Fieldguide Tumbuhan Obat Kampus IPB Dramaga, skripsi, dan jurnal. Sedangkan untuk metode pengamatan lapangan dengan cara pengamatan langsung untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan obat di lokasi pengamatan yaitu pintu 2 IPB.

2.4 Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah:
·         Persen famili tertentu =   

·         Persen habitus =  

·         Persen bagian yang digunakan =  

      Persen budidaya = 


                                    III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Keanekaragaman Famili

Berdasarkan hasil inventarisasi tumbuhan obat di kampus IPB Darmaga bagian hutan tropika dan laboratorium tumbuhan obat ditemukan 92 jenis tumbuhan obat dari 26 famili. Dari hasil pengamatan di lapangan lima jenis famili yang banyak ditemukan adalah famili fabaceae, araceae, euphorbiaceae, moraceae,dan myrtaceae. Dari kelima famili tersebut persentase yang paling banyak ditemukan adalah fabaceae yaitu 28% fabaceae merupakan tumbuhan yang tergolong dalam jenis pohon. Beberapa famili yang ditemukan berjumlah sedikit contohnya Famili Urticaceae, Thymalaceae, dan Ruscaceae, tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah pohon yang masuk dalam famili fabaceae yaitu jenis-jenis pohon. Hal ini karena jenis pohon paling banyak ditemukan di hutan dan dapat tumbuh di berbagai habitat sehingga mudah untuk tumbuh dan hidup. Selain itu dari dataran yang ada di muka bumi ini tumbuhan yang paling banyak tumbuh dan mudah untuk menyesuaikan diri adalah jenis pohon dibanding jenis tumbuhan bawah.
3.2 Keanekaragaman Habitus
            Habitus merupakan perawakan dari suatu pohon maupun bentuk dari suatu tumbuhan, diantara bentuk
pertumbuhan ini adalah herba, semak, pohon, perdu dan liana (Indriyanto 2006). Dari hasil pengamatan di lapang keanekaragaman habitus yang ditemukan adalah herba, semak, terna, perdu, pohon, sliana dan rumput.
Pesentase habitus tumbuhan obat yang banyak ditemukan adalah habitus pohon yaitu 26,09%, pohon merupakan tumbuhan berkayu yang pada usia dewasa akan mencapai tinggi lebih dari 4 meter. Persentase habitus tumbuhan obat selanjutnya yang ditemukan saat pengamatan adalah perdu, terna, semak, herba, liana dan rumput yang persentasenya masing-masing secara berurutan adalah 22,83%, 17,39%, 17,39%, 11,96%,3,26% dan 1,09%.

3.3 Keanekaragaman spesies
            Keanekaragaman spesies merupakan salah satu indikator dalam kekayaan jenis tumbuhan dalam satu habitat atau kawasan tetentu yang terdapat tumbuhan yang berbeda beda (Sasrawa, 2013). Salah satu contohnya adalah keanekaragaman spesies tumbuhan obat di dalam kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Tumbuhan obat merupakan tumbuhan herbal liar maupun hasil  budidaya yang mengandung senyawa-senyawa khusus yang dapat mengobati berbeagai jenis penyakit sesuai dengan kandungan seyawa yang dikandungnya (Yuwono, 2013). Dalam kampus IPB terdapat lebih dari 144 jenis tumbuhan obat yang dapat dimanfaatkan (Wiguna, 2009). Salah satu lokasi yang terdapat tumbuhan obat adalah hutan tropika di samping Gedeung Andi Hakim Nasution IPB .
Berdasarkan hasil inventarisasi tumbuhan obat di hutan tropika ditemukan 92 jenis tumbuhan obat dari 26 famili. Menurut hasil perhitungan persentase famili yang paling banyak ditemukan adalah famili fabaceae yang tergolong dalam jenis pohon. Beberapa famili yang ditemukan berjumlah sedikit contohnya Famili Urticaceae, Thymalaceae, dan Ruscaceae, tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah pohon yang masuk dalam famili fabaceae yaitu jenis-jenis pohon. Hal ini karena jenis pohon paling banyak ditemukan di hutan dan dapat tumbuh di berbagai habitat sehingga mudah untuk tumbuh dan hidup. Selain itu dari dataran yang ada di muka bumi ini tumbuhan yang paling banyak tumbuh dan mudah untuk menyesuaikan diri adalah jenis pohon dibanding jenis tumbuhan bawah.

3.4 Kondisi Tumbuhan (budidaya/liar)
Dari tipe tumbuhan yang ditemukan selama pengamatan, tipe tumbuhan budidaya memiliki dominansi terbesar sebesar   67 jenis (68.48%), sedangkan tipe tumbuhan liar sebesar 25 jenis (31.52%), persentyase tersebut dapat dilihat pada gambar 3.
Keberadaan tumbuhan obat yang diklasifikasi kedalam dua tipe yakni budidaya dan liar sebenarnya memiliki arti dimana tumbuhan obat ini mudah ditemukan (budidaya) atau liar dilihat daris sejarah keberadaannya. Perbedaan tipe keberadaan tanaman obat tersebut terdapat pada tingkat komersialitas dan adanya teknik budidaya tanaman tersebut. Tanaman obat yang ter’budidayakan’ biasanya sudah diketahui khasiat, kegunaan dan bahkan zat yang ada dikandungnya, sedangkan tanaman obat liar banyaknya belum diketahui khasiat dan keguanaannya apalagi zat yang terkandung didalamnya. Selain itu tingkat komersialitas tumbuhan obat juga mempengaruhi pada adanya teknik budidaya yang diterapkan pada suatu tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang terbudidayakan dapat memiliki harga atau nilai komersial yang tinggi karena adanya tambahan teknik budidaya yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas suatu jenis tumbuhan obat. Khasiat tumbuhan obat liar memang belum tentu lebih sedikit disbanding tumbuhan obat yang sudah dibudidayakan, melainkan masih perlu adanya penelitian atau kajian khusus agar kegunaan bahkan zat yang terkandung didalamnya terungkap dan kedepannya dapat berguna bagi masyarakat.

3.5 keanekaragaman bagian yang digunakan
            Dalam keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang di temukan, masyaralat biasa menggunakan bagian – bagian tertentu dari tumbuhan tersebut untuk di olah dan di gunakan mengobati suatu penyakit tertentu. Bagian tumbuhan obat tersebut diantaranya akar, batang, daun, buah, bunga, getah, kulit, kayu, umbi biji, dan tunas. Berdasarkan hasil studi literur, di dapatkan bahwa bagian daun lebih banyak di olah dan di gunakan masyarakat sebagai tumbuhan obat. Bagian daun memiliki presentase tertinggi yaitu 35,5 %. Hal ini terjadi karena bagian daun merupakan bagian tumbuhan yang mudah di dapatkan dan selalu ada dalam setiap musim tanaman. Bagian daun lebih dikenal oleh masyarakat karena dalam pengolahan untuk menjadi tumbuhan obat lebih mudah yang biasanya hanya direbus, di campurkan dengan air, atau dapat langsung dikonsumsi. Selain bagian daun, bagian buah dapat lebih banyak di manfaatkan oleh masyarakat sebagai tumbuhan obat dibandingkan dengan bagian lainnya.  Bagian buah memiliki presentase cukup tinggi yaitu 17,7%. Bagian buah banyak di manfaatkan karena buah selain sebagai tanaman obat lebih dikenal sebagai tanaman pangan yang memiliki karakteristik rasa manis dan enak di konsumsi. Terdapat pula habitus – habitus lain seperti batang, getah, kulit, umbi, dan biji yang belum di manfaatkan secara optimal karena kebanyakan masyarakat belum mengetahui potensi tumbuhan obat dari suatu jenis tanaman. Karena saat ini masyarakat memiliki kecenderungan lebih terhadap obat – obat generik atau medis dalam menyembuhkan penyakitnya.
3.6 Keragaman Jenis Penyakit
            Dari data-data tumbuhan obat yang telah didapat jika dilihat dari manfaat tumbuhan obat tersebut, sangat banyak jenis penyakit yang dapat disembuhkan. Jenis-jenis penyakit tersebut sangat beranekaragam mulai dari penyakit-penyakit ringan seperti influenza hingga penyakit kronis seperti kanker. Jenis-jenis tumbuhan yang berkhasiat untuk mengobati penyakit ringan misalnya sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) yang berkhasiat menyembuhkan influenza, daun wungu (Graptophyllum pictum L.) yang berkhasiat mempercepat pemasakan bisul, mangga (Mangifera indica) yang berkhasiat menyembuhkan sariawan, Soka biasa (Ixora coccinea L.) berkhasiat mengobati luka baru, dan tumbuhan-tumbuhan lainnya.
Selain mengobati penyakit-penyakit ringan, jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan juga berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit-penyakit kronis. Jenis-jenis tumbuhan tersebut antara lain sirsak (Annona muricata) yang berkhasiat menyembuhkan kanker, keladi tikus (Typhonium flageliforme Lodd.) yang berkhasiat menyembuhkan kanker payudara, sambung nyawa (Gynura pseudo-china DC.) yang memiliki khasiat menyembuhkan kolesterol tinggi, ambeien, lever, dan tumor, serta lamtorogung (Leucaena leucochepala) yang berkhasiat menyembuhkan diabetes mellitus.




IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
            Kampus IPB Dramaga memiliki keanekaragaman tumbuhan obat yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya spesies tanaman obat yang ditemukan mulai dari habitus herba, semak, terna, perdu, pohon, liana hingga rumput yang dapat ditemukan baik yang tumbuh secara liar maupun budidaya. Dengan tingginya keanekaragaman tumbuhan obat di kampus ini maka semakin banyak pula penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan melalui pemanfaatan tanaman obat.

4.2 Saran
            Sebaiknya dilakukan pengamatan secara berkala agar data yang dihasilkan dan dikumpulkan lebih akurat selain itu pengenalan terhadap jenis tumbuhan baru yang berpotensi untuk obat semakin diperbanyak lagi agar bisa melengkapi data yang belum ada.

DAFTAR PUSTAKA
Adriyanti DT, Indriyatno, Sukirno DA. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid V. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 1 - 4. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sasrawan Hedi. 2013. Contoh keanekaragaman spesies. [terhubung berkala]. http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/01/contoh-keanekaragaman-spesies.html (28 September 2013).
Yuwono D E. 2013. Tumbuhan obat herbal. [terhubung berkala]. http://rumputobat.blogspot.com/ (28 September 2013).
Wiguna teguh. 2009. 144 jenis tanaman ibat dikembangkan di Biofarmaka IPB. [terhubung berkala].http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita/detailberita/121 (28 September 2013).





0 comments:

Post a Comment