BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki berbagai jenis fauna
yang sangat tinggi keanekaragamannya, bahkan diantaranya merupakan jenis langka
dan endemik yang hampir mendekati kepunahan. Kelestarian fauna akan menjaga
keseimbangan ekosistem yang ada.
Berbagai usaha pengelolaan dan pemanfaatan terhadap kelestarian tersebut sering
dilakukan secara berlebihan, sehingga mengancam keseimbangan ekosistem.
Eksploitasi berlebihan telah membuat salah satu atau lebih spesies terancam
punah. Herbivora merupakan salah satunya. Keberadaan herbivora dalam suatu habitat
dapat menunjukkan bahwa kearagaman jenis fauna di habitat tersebut tinggi.
Penyakit merupakan salah satu unsur lingkungan yang
dapat menyebabkan kematian, dan secara keseluruhan menjadi ancaman serius
terhadap kelestarian populasi. Salah
satunya adalah penyakit metabolisme. Penyakit metabolisme merupakan penyakit
non infeksi yang disebabkan oleh gangguan biologi atau biokimia pada tubuh.
Biasanya penyakit metabolisme diakibatkan ketidakseimbangan unsur-unsur dalam
tubuh hewan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tanda atau gejala individu yang sakit menjadi sangat penting, khususnya
untuk mencegah jangan sampai penyakit berkembang yang berakibat fatal bagi
kelangsungan hidup fauna.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari praktikum penyakit
metabolism pada amfibi adalah:
1. Mengetahui
informasi dasar mengenai herbivora.
2. Mengetahui
jenis penyakit metabolisme
yang menyerang herbivora.
3. Mengetahui
cara mengobati penyakit metabolism
pada herbivora.
BAB II
METODOLOGI
2.1
Lokasi dan Waktu
Studi literatur dilakuan di Perpustakaan
Institut Pertanian Bogor pada tanggal 14 Mei 2013.
2.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain laptop, buku, jurnal,
skripsi, laporan, makalah, dan lain-lain.
2.3
Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah studi
literatur dari jurnal ilmiah, skripsi, makalah, buku dan laporan ilmiah lain
yang dapat digunakan sebagai referensi.
2.4
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk
memperoleh data tentang
penyakit metabolism pada herbivora.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Klasifikasi, Morfologi dan Deskripsi
Hewan pemakan tumbuhan saja atau disebut herbivora. Herbivora dapat
memakan bagian tumbuhan berupa daun, batang, biji dan juga umbi-umbian. Contoh
herbivora pemakan rumput dan dedaunan misalnya sapi, kuda dan kambing. Kelinci
sangat menyukai jenis umbi-umbian seperti wortel.
Jenis burung ada yang tergolong ke dalam herbivora. Burung pemakan
biji-bijian seperti merpati, tekukur dan burung gereja. Ada pula burung pemakan
buah-buahan seperti burung beo dan jalak. Biasanya burung tersebut memiliki
bentuk paruh yang khas sesuai dengan jenis makanannya.
3.2 Jenis
Penyakit
Penyakit metabolisme merupakan penyakit non
infeksi yang disebabkan oleh gangguan biologi atau biokimia pada tubuh.
Biasanya penyakit metabolisme diakibatkan ketidakseimbangan unsur-unsur dalam
tubuh hewan. Berikut ini adalah jenis-jenis penyakit atau gangguan metabolism
pada hewan herbivore :
a. Paresis
Puerpuralis (Milk Fever)
Milk Fever atau parturient paresis merupakan penyakit
metabolik yang sering terjadi pada sapi perah. Milk fever disebabkan kondisi
hypocalcemia dimana kadar Ca di dalam darah rendah.
Hypocalcemia
umumnya disertai gangguan lain berupa produksi susu yang rendah, displaced abomasum,
placenta tertahan, ketosis, mastitis, serta gangguan lainnya (Hutjens 2003 dan
Jackson 2007). Hypocalcemia menyebabkan kelemahan dan rebah terutama pada hewan
yang lebih tua. Survey di AS pada tahun 2002 terhadap 1400 hewan ditemukan
kadar Ca dibawah 8 mg/dl pada sapi laktasi I, II dan III masing-masing sebanyak
25, 42 dan 53 persen (Hutjens 2003). Periparturient hypocalcemia pada hewan
terutama berkaitan dengan kondisi tetany karena kekurangan magnesium (Moisan
1994).
Kalsium di dalam tubuh hewan herbivora berperan penting dalam fungsi persyarafan. Oleh karena itu,
apabila kadar kalsium dalam darah turun dengan drastis maka pengaturan urat
syaraf akan berhenti, sehingga fungsi otak pun terganggu. Hal ini dapat
menyebabkan kelumpuhan pada ternak.
Pada akhir masa kebuntingan, kebutuhan hewan akan kalsium cukup tinggi, sebab jumlah Kalsium yang dibutuhkan
cukup besar. Oleh karenanya apabila kalsium dalam pakan tidak mencukupi, maka kalsium yang berada dalam tubuh akan dimobilisasikan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Pada awal laktasi, kebutuhan kalsium juga meningkat, sebab setiap kg air susu mengandung
Kalsium 1,2 sampai dengan 1,4 gram. Sedangkan kalsisum dalam darah adalah 9 – 12 mg/100ml, sehingga sekresi
susu yang mendekati 2 kg akan memerlukan semua Ca yang terdapat dalam darah,
padahal jumlah Kalsium dalam darah tidak dapat kurang. Jika keadaan kalsium dalam darh tidak dapat dipertahankan maka sapi akan
mengalami Paresis Puerpuralis atau Milk
Fever.
Adapun faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan gangguan
ini meliputi umur, produksi serta persistensi produksi susu. Pemberian Kalsium
dengan kadar tinggi dan perbandingan kalsium dan posfor yang tinggi di dalam ransum kepada sapi perah pada
periode kering dapat merangsang pelepasan calcitonin dari sel-sel parafolikuler
pada kelenjar thyroid, sehingga menghambat penyerapan (resorbsi) Kalsium ke
dalam tulang oleh parathormon.
Hypercalcemia (tingginya kadar kalsium dalam darah) menghambat sekresi parathormon dan
merangsang sekresi (pengeluaran) calcitonin. Calcitonin merupakan suatu zat
yang dapat menurunkan konsentrasi Kalsium dalam darah dengan jalan menghambat
resorbsi oleh tulang. Pengauh ini cenderung menghambat adaptasi normal hewan tersebut terhadap kekurangan Kalsium pada permulaan partus
dan laktasi yang menyebabkan terjadinya kelumpuhan. Kelumpuhan (paralisa) ini
biasanya berhubungan dengan kadar Kalsium dalam darah di bawah 5 mg/100 ml
serum.
Gejala penyakit pada tingkat masih rendah, hewan
masih dapat berdiri, tetapi nafsu makan hilang, kurang peka terhadap
lingkungan,kaki dan telinga dinging, suhu badan rendah kurang lebih 35˚C, kaki
belakang lemah dan sulit berkurang atau berhenti sehingga terjadi penimbunan
gas di dalam rumen. Kalau semakin parah hewan
hanya mampu bertahan 6 sampai dengan 24 jam saja. Sebenarnya angka
kesembuhannya cukup baik dan tingkat mortalitas kurang dari 2-3 % apabila
segera diketahui dan diberikan pertolongan.
b. Ketosis
(Acetonemia)
Ketosis
adalah kelainan fisiologis yang biasanya terjadi pada hewan beberapa minggu post
partum. Tanda-tanda ketosis antara lain anorexia, atony rumen, konstipasi,
turunnya produksi susu dan penurunan berat badan (Maya 2010).
Menurut Maya (2010) kelainan ini dapat
terjadi dalam bentuk primer ataupun sekunder. Ketosis primer adalah kelinan
metabolik yang terjadi apabila tidak disertai kondisi patologis lainnya,
sedangkan ketosis sekunder adalah dampak dari kelainan patologis lainnya
seperti milk fever, mastitis, metritis atau retensio sekundinarum. Mekanisme
yang menyebabkan ketosis belum diketahui dengan pasti.
Salah
satu penyebab utamanya adalah kebutuhan glukosa yang meningkat untuk sintesa
susu pada awal masa laktasi karena sapi akan memanfaatkan cadangan lemak tubuh
sebagai sumber energi. Namun oksidasi asam lemak yang tidak sempurna terjadi
dan terbentuk badan-badan keton, level gula darah turun, keton dalam darah
meningkat dan terjadi infiltrasi lemak dalam jaringan hati.
Faktor
penyebab kunci terjadinya ketosis yaitu tidak cukupnya pasokan energi dan
protein setelah sapi beranak. Pengobatan yang sering dilakukan pada sapi yang
menderita ketosis adalah infus glukosa intravena. Dalam beberapa kejadian
injeksi glukokortikoid juga sering dilakukan.
c. Paraplegia
Paraplegia
merupakan jenis gangguan metabolism pada hewan bunting tua atau saat lahir
tidak bediri. Hal ni dikarenakan kelemahan bagian belakang tubuh, beban terlalu
berat, anak yang akan lahir itu berukuran besar ataupun kembar,
d. Eklampsia
Puerpuralis
Kekejangan
anggota badan setelah melahirkan atau menyusui awal yang dialami oleh hewan herbivore. Ciri-ciri
penyakit ini adalah anoreksia, nafas cepat, hewan berbaring dalam posisi yang
terlentang, setelah itu tidak mau menyusui anaknya kembali, temperature atau
suhu pada alat kelamin menjadi meningkat, serta ambang TX kalsium glukomat 20%
250-500ml, barbitura 60-90 mg pada hewan besar dapat mencapai 15 mgsc.
e. Retensio
secundinae
3.3
Pengobatan Penyakit
Cara pengobatan pada penyakit
atau gangguan metabolism pada hewan herbivore, yaitu :
a.
Milk Fever
Pengobatan hewan yang menampakkan gejala adalah penyuntikan 750 s/d 1500 ml
Gluconas calcium 20 % secara intravena pada vena jugularis. Suntikan dapat
diulangi kembali setelah 8 sampai 12 jam kemudian.
Apabila belum menampakkan hasil hewan dapat diberikan
preparat yang mengandung magnesium. Hanya sedikit air susu yang boleh diperah
selam 2 sampai 3 hari. Pengosongan ambing sebaiknya dihindarkan selama waktu
tersebut.
Untuk mencegah terjadinya Paresis peurpuralis, kadar Kalsium
dalam ransum harus dikurangi pada akhir periode laktasi. Pemberian kosentrat
dapat diberikan + 2 kg/hari atau selama periode kering kandang dengan
mengurangi pemberian legum atau suplemen mineral. Peningkatan pemberian
konsentrat baru dapat dilakukan 2 minggu menjelang hewan akan melahirkan.
b.
Ketosis
Tindakan
terbaik yang dapat dilakukan adalah pemberian pakan yang sangat palatable yang
akan menstimulasi pasokan bahan kering dan energi. Ketosis dapat dicegah dengan
pemberian ransum seimbang pada masa awal laktasi dan memaksimalkan pasokan
bahan kering pada ransumnya. Hendaknya hewan diberikan hijauan dengan kualitas
yang baik terutama pada awal masa laktasi. Perhatian khusus sangat diperlukan
pada masa kering kandang, sapi tidak boleh terlalu gemuk. Pemberian niacin pada
ransum 2 minggu sebelum melahirkan sampai dengan 10 hari setelah melahirkan
dapat membantu mencegah terjadinya ketosis.
KESIMPULAN
Herbivore
merupakan hewan pemakan tumbuh-tumbuhan adapula yang memakan rumput atau greezer. Penyakit metabolism merupakan penyakit non infeksi yang disebabkan oleh gangguan biologi atau biokimia
pada tubuh. Biasanya penyakit metabolisme diakibatkan ketidakseimbangan
unsur-unsur dalam tubuh hewan. Gangguan metabolism yang sering menyerang pada
hewan herbivore adalah paresis puerpuralis (Milk Fever), ketosis, paraplegia, eklampsia
puerpuralis, dan retensio secundinae. Penyakit metabolism yang menyerang hewan
herbivore dapat diobati dengan pemberian pakan yang sangat palatable dan mengandung gizi yang seimbang atau gizi yang
dibutuhkan oleh satwa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo. 2011. Peternakan (Animal Husbandry) : Penyakit Metabolisme pada Herbivora.
http://karanhtengahraharjo.blogspot.com/2011/10/milk-fever_13.html. [19 Mei 2013].
0 comments:
Post a Comment