Tuesday, September 22, 2015

PENYAKIT METABOLISME PADA HEWAN HERBIVORA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia memiliki berbagai jenis fauna yang sangat tinggi keanekaragamannya, bahkan diantaranya merupakan jenis langka dan endemik yang hampir mendekati kepunahan. Kelestarian fauna akan menjaga keseimbangan  ekosistem yang ada. Berbagai usaha pengelolaan dan pemanfaatan terhadap kelestarian tersebut sering dilakukan secara berlebihan, sehingga mengancam keseimbangan ekosistem. Eksploitasi berlebihan telah membuat salah satu atau lebih spesies terancam punah. Herbivora  merupakan salah satunya. Keberadaan herbivora dalam suatu habitat dapat menunjukkan bahwa kearagaman jenis fauna di habitat tersebut tinggi.
Penyakit merupakan salah satu unsur lingkungan yang dapat menyebabkan kematian, dan secara keseluruhan menjadi ancaman serius terhadap kelestarian populasi. Salah satunya adalah penyakit metabolisme. Penyakit metabolisme merupakan penyakit non infeksi yang disebabkan oleh gangguan biologi atau biokimia pada tubuh. Biasanya penyakit metabolisme diakibatkan ketidakseimbangan unsur-unsur dalam tubuh hewan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tanda atau gejala individu yang sakit menjadi sangat penting, khususnya untuk mencegah jangan sampai penyakit berkembang yang berakibat fatal bagi kelangsungan hidup fauna.

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum penyakit metabolism pada amfibi adalah:
1.      Mengetahui informasi dasar mengenai herbivora.
2.      Mengetahui jenis penyakit metabolisme yang menyerang herbivora.
3.      Mengetahui cara mengobati penyakit metabolism pada herbivora.



BAB II
METODOLOGI

2.1 Lokasi dan Waktu
      Studi literatur dilakuan di Perpustakaan Institut Pertanian Bogor pada tanggal 14 Mei 2013.
                    
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain laptop, buku, jurnal, skripsi, laporan, makalah, dan lain-lain.

2.3 Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah studi literatur dari jurnal ilmiah, skripsi, makalah, buku dan laporan ilmiah lain yang dapat digunakan sebagai referensi.

2.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk memperoleh data tentang penyakit metabolism pada herbivora.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Klasifikasi, Morfologi dan Deskripsi
Hewan pemakan tumbuhan saja atau disebut herbivora. Herbivora dapat memakan bagian tumbuhan berupa daun, batang, biji dan juga umbi-umbian. Contoh herbivora pemakan rumput dan dedaunan misalnya sapi, kuda dan kambing. Kelinci sangat menyukai jenis umbi-umbian seperti wortel.
Jenis burung ada yang tergolong ke dalam herbivora. Burung pemakan biji-bijian seperti merpati, tekukur dan burung gereja. Ada pula burung pemakan buah-buahan seperti burung beo dan jalak. Biasanya burung tersebut memiliki bentuk paruh yang khas sesuai dengan jenis makanannya.

3.2 Jenis Penyakit
Penyakit metabolisme merupakan penyakit non infeksi yang disebabkan oleh gangguan biologi atau biokimia pada tubuh. Biasanya penyakit metabolisme diakibatkan ketidakseimbangan unsur-unsur dalam tubuh hewan. Berikut ini adalah jenis-jenis penyakit atau gangguan metabolism pada hewan herbivore :
a.    Paresis Puerpuralis (Milk Fever)
Milk Fever atau parturient paresis merupakan penyakit metabolik yang sering terjadi pada sapi perah. Milk fever disebabkan kondisi hypocalcemia dimana kadar Ca di dalam darah rendah.
Hypocalcemia umumnya disertai gangguan lain berupa produksi susu yang rendah, displaced abomasum, placenta tertahan, ketosis, mastitis, serta gangguan lainnya (Hutjens 2003 dan Jackson 2007). Hypocalcemia menyebabkan kelemahan dan rebah terutama pada hewan yang lebih tua. Survey di AS pada tahun 2002 terhadap 1400 hewan ditemukan kadar Ca dibawah 8 mg/dl pada sapi laktasi I, II dan III masing-masing sebanyak 25, 42 dan 53 persen (Hutjens 2003). Periparturient hypocalcemia pada hewan terutama berkaitan dengan kondisi tetany karena kekurangan magnesium (Moisan 1994). 
Kalsium di dalam tubuh hewan herbivora berperan penting dalam fungsi persyarafan. Oleh karena itu, apabila kadar kalsium dalam darah turun dengan drastis maka pengaturan urat syaraf akan berhenti, sehingga fungsi otak pun terganggu. Hal ini dapat menyebabkan kelumpuhan pada ternak.
Pada akhir masa kebuntingan, kebutuhan hewan akan kalsium cukup tinggi, sebab jumlah Kalsium yang dibutuhkan cukup besar. Oleh karenanya apabila kalsium dalam pakan tidak mencukupi, maka kalsium yang berada dalam tubuh akan dimobilisasikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pada awal laktasi, kebutuhan kalsium juga meningkat, sebab setiap kg air susu mengandung Kalsium 1,2 sampai dengan 1,4 gram. Sedangkan kalsisum dalam darah adalah 9 – 12 mg/100ml, sehingga sekresi susu yang mendekati 2 kg akan memerlukan semua Ca yang terdapat dalam darah, padahal jumlah Kalsium dalam darah tidak dapat kurang. Jika keadaan kalsium dalam darh tidak dapat dipertahankan maka sapi akan mengalami Paresis Puerpuralis atau Milk Fever.
Adapun faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan gangguan ini meliputi umur, produksi serta persistensi produksi susu. Pemberian Kalsium dengan kadar tinggi dan perbandingan kalsium dan posfor yang tinggi di dalam ransum kepada sapi perah pada periode kering dapat merangsang pelepasan calcitonin dari sel-sel parafolikuler pada kelenjar thyroid, sehingga menghambat penyerapan (resorbsi) Kalsium ke dalam tulang oleh parathormon.
Hypercalcemia (tingginya kadar kalsium dalam darah) menghambat sekresi parathormon dan merangsang sekresi (pengeluaran) calcitonin. Calcitonin merupakan suatu zat yang dapat menurunkan konsentrasi Kalsium dalam darah dengan jalan menghambat resorbsi oleh tulang. Pengauh ini cenderung menghambat adaptasi normal hewan tersebut terhadap kekurangan Kalsium pada permulaan partus dan laktasi yang menyebabkan terjadinya kelumpuhan. Kelumpuhan (paralisa) ini biasanya berhubungan dengan kadar Kalsium dalam darah di bawah 5 mg/100 ml serum.
Gejala penyakit pada tingkat masih rendah, hewan masih dapat berdiri, tetapi nafsu makan hilang, kurang peka terhadap lingkungan,kaki dan telinga dinging, suhu badan rendah kurang lebih 35˚C, kaki belakang lemah dan sulit berkurang atau berhenti sehingga terjadi penimbunan gas di dalam rumen. Kalau semakin parah hewan hanya mampu bertahan 6 sampai dengan 24 jam saja. Sebenarnya angka kesembuhannya cukup baik dan tingkat mortalitas kurang dari 2-3 % apabila segera diketahui dan diberikan pertolongan.
b.   Ketosis (Acetonemia)
Ketosis adalah kelainan fisiologis yang biasanya terjadi pada hewan beberapa minggu post partum. Tanda-tanda ketosis antara lain anorexia, atony rumen, konstipasi, turunnya produksi susu dan penurunan berat badan (Maya 2010).
Menurut Maya (2010) kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk primer ataupun sekunder. Ketosis primer adalah kelinan metabolik yang terjadi apabila tidak disertai kondisi patologis lainnya, sedangkan ketosis sekunder adalah dampak dari kelainan patologis lainnya seperti milk fever, mastitis, metritis atau retensio sekundinarum. Mekanisme yang menyebabkan ketosis belum diketahui dengan pasti.
Salah satu penyebab utamanya adalah kebutuhan glukosa yang meningkat untuk sintesa susu pada awal masa laktasi karena sapi akan memanfaatkan cadangan lemak tubuh sebagai sumber energi. Namun oksidasi asam lemak yang tidak sempurna terjadi dan terbentuk badan-badan keton, level gula darah turun, keton dalam darah meningkat dan terjadi infiltrasi lemak dalam jaringan hati.
Faktor penyebab kunci terjadinya ketosis yaitu tidak cukupnya pasokan energi dan protein setelah sapi beranak. Pengobatan yang sering dilakukan pada sapi yang menderita ketosis adalah infus glukosa intravena. Dalam beberapa kejadian injeksi glukokortikoid juga sering dilakukan.
c.    Paraplegia
Paraplegia merupakan jenis gangguan metabolism pada hewan bunting tua atau saat lahir tidak bediri. Hal ni dikarenakan kelemahan bagian belakang tubuh, beban terlalu berat, anak yang akan lahir itu berukuran besar ataupun kembar,
d.   Eklampsia Puerpuralis
Kekejangan anggota badan setelah melahirkan atau menyusui awal  yang dialami oleh hewan herbivore. Ciri-ciri penyakit ini adalah anoreksia, nafas cepat, hewan berbaring dalam posisi yang terlentang, setelah itu tidak mau menyusui anaknya kembali, temperature atau suhu pada alat kelamin menjadi meningkat, serta ambang TX kalsium glukomat 20% 250-500ml, barbitura 60-90 mg pada hewan besar dapat mencapai 15 mgsc.
e.    Retensio secundinae


3.3 Pengobatan Penyakit
Cara pengobatan pada penyakit atau gangguan metabolism pada hewan herbivore, yaitu :
a.    Milk Fever
Pengobatan hewan yang menampakkan gejala adalah penyuntikan 750 s/d 1500 ml Gluconas calcium 20 % secara intravena pada vena jugularis. Suntikan dapat diulangi kembali setelah 8 sampai 12 jam kemudian.
Apabila belum menampakkan hasil hewan dapat diberikan preparat yang mengandung magnesium. Hanya sedikit air susu yang boleh diperah selam 2 sampai 3 hari. Pengosongan ambing sebaiknya dihindarkan selama waktu tersebut.
Untuk mencegah terjadinya Paresis peurpuralis, kadar Kalsium dalam ransum harus dikurangi pada akhir periode laktasi. Pemberian kosentrat dapat diberikan + 2 kg/hari atau selama periode kering kandang dengan mengurangi pemberian legum atau suplemen mineral. Peningkatan pemberian konsentrat baru dapat dilakukan 2 minggu menjelang hewan akan melahirkan.
b.   Ketosis
Tindakan terbaik yang dapat dilakukan adalah pemberian pakan yang sangat palatable yang akan menstimulasi pasokan bahan kering dan energi. Ketosis dapat dicegah dengan pemberian ransum seimbang pada masa awal laktasi dan memaksimalkan pasokan bahan kering pada ransumnya. Hendaknya hewan diberikan hijauan dengan kualitas yang baik terutama pada awal masa laktasi. Perhatian khusus sangat diperlukan pada masa kering kandang, sapi tidak boleh terlalu gemuk. Pemberian niacin pada ransum 2 minggu sebelum melahirkan sampai dengan 10 hari setelah melahirkan dapat membantu mencegah terjadinya ketosis.

KESIMPULAN

Herbivore merupakan hewan pemakan tumbuh-tumbuhan adapula yang memakan rumput atau greezer. Penyakit metabolism merupakan penyakit non infeksi yang disebabkan oleh gangguan biologi atau biokimia pada tubuh. Biasanya penyakit metabolisme diakibatkan ketidakseimbangan unsur-unsur dalam tubuh hewan. Gangguan metabolism yang sering menyerang pada hewan herbivore adalah paresis puerpuralis (Milk Fever), ketosis, paraplegia, eklampsia puerpuralis, dan retensio secundinae. Penyakit metabolism yang menyerang hewan herbivore dapat diobati dengan pemberian pakan yang sangat palatable dan mengandung gizi yang seimbang atau gizi yang dibutuhkan oleh satwa tersebut.
 DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo. 2011. Peternakan (Animal Husbandry) : Penyakit Metabolisme pada Herbivora.  http://karanhtengahraharjo.blogspot.com/2011/10/milk-fever_13.html. [19 Mei 2013].

Maya R. 2010. Ketosis. http://klinikhewan09.wordpress.com/2010/10/26/ketosis/ . [19 Mei 2013] 

0 comments:

Post a Comment