Tuesday, September 22, 2015

PENGARUH ARBORETUM FAHUTAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU DI KAMPUS IPB

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan areal berupa ruang terbuka yang bervegetasi yang mempunyai fungsi perlindungan, pemanfaatan, dan pelestarian lingkungan. Ruang terbuka hijau (RTH) menurut Nurisjah (1997) adalah ruang terbuka yang ditanami dengan tanaman, mulai dari yang bersifat alami (rumput, jalur hijau, taman bermain, dan taman lingkungan di daerah pemukiman).
 Fungsi RTH dapat berbentuk hutan kota, taman kota, taman pemakaman umum, lapangan olahraga, jalur hijau jalan raya, bantaran rel kereta api, bantaran sungai, dan kawasan pertanian.
Peran ruang terbuka hijau dalam suatu lingkungan,  yaitu (1) merupakan unsur keindahan disebabkan menciptakan harmoni tata lingkungan, (2) dapat mengurangi pencemaran, dan (3) memberikan ruang gerak bagi masyarakat yang membutuhkannya. Selain itu peran RTH menurut Simonds (1983) yaitu sebagai penyumbang ruang bernapas yang segar, keindahan visual, sebagai paru-paru kota, sumber air dalam tanah, mencegah erosi, keindahan dan kehidupan satwa, serta sebagai unsur pendidikan.
Ruang terbuka hijau juga berfungsi menciptakan kenyamanan bagi manusia melalui faktor iklim yaitu suhu, radiasi matahari, curah hujan dan kelembapan, vegetasi dapat menyerap panas dari pancaran sinar matahari dan memantulkannya sehingga dapat menurunkan suhu mikroklimat (Carpenter et al  1975).Oleh karena itu diperlukannya   suatu analisis keguanaan pohon yang dapat dijadikan tanaman pengisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) agar mencapai tujuan yang optimal dari RTH tersebut.

1.2  Tujuan
Tujuan praktikum kali ini yaitu untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh pohon-pohon yang ada di arboretum fakultas kehutanan yang digunakan dijadikan sebagai tanaman Ruang Terbuka Hijau.

BAB II

METODOLOGI


2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Hutan Kota dilaksanakan pada tanggal 11 September 2013 pukul 10.00 – 12.00 WIB di Arboretum Fahutan IPB Darmaga.

2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama praktikum yaitu alat tulis dan objek yang diamati adalah tumbuhan yang terdapat di Arboretum Fahutan plot lima.

2.3 Jenis Data
Jenis data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder didapatkan melalui studi literatur.

2.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada praktikum Ilmu Hutan Kota yaitu dengan menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi dasar mengenai tanaman ruang terbuka hijau dengan memperoleh data dari berbagai sumber diantaranya, buku, jurnal, maupun laporan ilmiah lainnya. Data primer diproleh dengan cara observasi langsung ke lokasi praktikum dengan cara melakukan inventarisasi tumbuhan di plot 5, dengan klasifikasi tingkatan semai, pancang, tiang, dan pohon.

2.5 Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan tabulasi.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
     Tabel 1. Inventarisasi Tumbuhan pada Plot Lima
No.
Tingkatan
Jenis Tanaman
Jumlah
Jarak (m)
1.



Semai
Kayu naga (Draceena cinnabari)
73

2.
Kayu hitam (Diospyros celebica)
32

3.
Kayu afrika (Measopsis emenii)
22

4.
Katup  
7

5.
Meranti Kuning (Shorea spp.)
4

6.
Asam jawa (Tamarindus indica)
14

7.
Jati putih (Gmelina arborea)
3

8.
Meranti tembaga (Shorea spp.)
8

1.



Pancang
Meranti kuning (Shorea spp.)
15

2.
Kayu afrika (Measopsis emenii)
19

3.
Leda (Eucalyptus deglupta Blume)
4

4.
Kayu hitam (Diospyros celebica)
7

5.
Kayu naga (Draceena cinnabari)
8

6.
Meranti merah (Shorea spp.)
3

7.
Meranti tembaga (Shorea spp.)
9

1.



Tiang
Kayu naga (Draceena cinnabari)
1

2.
Kayu afrika (Measopsis emenii)
5

3.
Suren (Toona spp.)
5

4.
Balau (Shorea spp.)
1

5.
Tengkawang (shorea sp.)
2

6.
Mahoni (Swietenia mahagoni)
1

7.
Jati putih (Gmelina arborea)
2

1.











Pohon
Balau (Shorea spp.)

4x3
2.
Pohon A

5x4
3.
Pohon B

5x5
4.
Kayu afrika (Measopsis emenii)

5x3
5.
Pulai (Alstonia scholaris)

3x3
6.
Hayya

3x6
7.
Kayu afrika (Measopsis emenii)

1x1
8.
Kayu afrika (Measopsis emenii)

1x1
9.
Kayu afrika (Measopsis emenii)

2x2
10.
Kayu afrika (Measopsis emenii)

2x6
11.
Kayu afrika (Measopsis emenii)

6x5
12.
Kayu afrika (Measopsis emenii)

5x3
13.
Pinus (Pinus merkusii)

2x3
14.
Shorea sp.

3x2
15.
Hayya

2x3
16.
Shorea sp.

3x7
17.
Pinus  (Pinus merkusii)

2x2
18.
Pinus (Pinus merkusii)

2x2
19.
Pinus  (Pinus merkusii)

2x6
20.
Shorea sp.

3x4
21.
Shorea sp.

4x5
22.
Kayu afrika (Measopsis emenii)

2x6
23.
Shorea sp.

2x6

3.2 Pembahasan
Pohon merupakan vegetasi utama penyusun ruang terbuka hijau (RTH). Di dalam RTH terdapat unsur vegetasi rumput, tumbuhan bawah, semai, pancang, tiang, dan pohon. Unsur lain dapat berupa liana, epifit, parasit, dan lain-lain. Pohon mendominasi vegetasi di RTH karena fungsi utama RTH yaitu membentuk iklim mikro di suatu lingkungan atau kawasan. Pohon merupakan tumbuhan utama sebagai penyerap polutan dan pembentuk iklim mikro tersebut. Tanpa adanya pohon, suatu kawasan hijau tidak dapat disebut ruang terbuka hijau.
Tumbuhan  dalam ekosistem berperan sebagai produsen pertama yang mengubah energi surya menjadi energi potensial untuk makhluk lainnya dan mengubah CO2 menjadi O2 dalam proses fotosintesis (Darmawan 2011). Pohon memiliki kemampuan menyerap gas karbondioksida dan mengubahnya menjadi oksigen dan energi. Proses tersebut dinamakan fotosintesis yang artinya suatu reaksi sintesis yang dibantu oleh cahaya matahari. Proses tersebut tidak membutuhkan bahan baku yang kompleks, hanya membutuhkan gas karbondioksida dan air. Hal tersebut tentunya menjadi aset penting bagi proses daur ulang dalam lingkungan. Kemampuan pohon untuk mendaur ulang gas polutan menjadi zat bermanfaat menjadi hal yang sangat penting bagi kelangsungan bumi.
Untuk mengoptimalkan fungsi RTH maka dipilih jenis-jenis pohon yang memiliki kemampuan lebih dalam menciptakan iklim mikro dibandingkan jenis pohon lain. Kemampuan tersebut dapat berupa penyerapan karbondioksida maupun kemampuan dalam menyerap jenis gas polutan lain yang tidak dapat diserap oleh kebanyakan pohon. Pemilihan jenis pohon juga dapat dilakukan untuk membentuk estetika suatu lingkunan. Jenis pohon yang memiliki tajuk yang indah dan memiliki nilai estetika dapat dimanfaatkan untuk membentuk estetika kota.
Dalam memilih jenis tanaman untuk pembangunan RTH, direkomendasikan dipilih jenis tanaman pohon hutan, serta disesuaikan dengan bentuk dan tipe penghijauan kota. Secara umum, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih pohon untuk penghijauan kota antara lain :
a.         Mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak mudah tumbang dan tidak mudah menggugurkan ranting dan daun.
b.        Mampu tumbuh di tempat terbuka di berbagai jenis tanah
c.         Pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap gangguan fisik
d.        Tidak memerlukan perawatan yang intensif
e.         Berumur panjang
f.         Tahan terhadap kekurangan air
g.        Pohon-pohon langka dan unggulan setempat
h.        Pohon-pohon penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis
i.          Pohon-pohon yang teduh, indah, penghasil buah yang disenangi burung, kupu-kupu dan sebagainya
j.          Pohon-pohon yang mempunyai evapotranspirasi rendah untuk daerah yang bermasalah dengan menipisnya air tanah dan intrusi air laut.
k.        Pohon-pohon yang dapat berfungsi mengurangi abrasi untuk daerah pantai.
Semai merupakan anakan pohon yang masih berukuran kurang dari 1,5 m. Dari hasil inventarisasi di Arboretum Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Dramaga pada plot lima dapat dijumpai  beberapa jenis semai yaitu kayu naga, kayu hitam, kayu afrika, katup, meranti kuning, asam jawa, gmelina serta meranti tembaga. Semai berfungsi untuk regenerasi atau penggati pohon yang sudah tua sehingga pohon tersebut tetap ada. Jumlah semai  yang ada di plot lima cukup banyak dan kondisinya cukup baik sehingga dapat digunakan untuk regenerasi di arboretum itu sendiri atau dapat pula ditanam di tempat lain.  Dari semai yang ada untuk tumbuh menjadi pohon dewasa akan semakin kecil karena semai memiliki kerentanan, sehingga semakin banyak semai yang tumbuh maka akan semakin baik karena pada saat pertumbuhan menuju dewasa akan terjadi persaingan antar tanaman, baik antar jenis yang sama maupun antar jenis yang berbeda serta dapat terserang hama dan penyakit. Jenis semai yang banyak ditemukan di arboretum fakultas kehutanan pada plot lima adalah kayu naga dengan jumlah sebesar 73 semai, sedangkan jumlah yang paling sedikit adalah gmelina hanya sebesar 3 semai saja.
Pancang dan tiang dalam plot lima mempunyai jumlah yang cukup banyak sehingga baik untuk produktifitas serta keberlanjutan ruang terbuka hijau. Semakin banyak pancang dan tiang yang ada di arboretum fakultas kehutanan maka semakin terjamin keberlangsungan ruang terbuka hijau tersebut. Jarak tanam yang terdapat di arboretum fakultas kehutanan kurang tertata rapi dikarenakan untuk semai ada yang tumbuh secara alami. Tanaman yang tumbuh berasal dari biji yang jatuh langsung ke lantai RTH. Sedangkan untuk pohon-pohon yang berukuran besar jarak tanamnya cukup rapi dan memiliki jarak tanam yang cukup baik karena kebanyakan pohon itu ditanam oleh manusia berbeda dengan semai, pancang, maupun tiang yang tumbuh secara alami.

Jenis dominan di Arboretum Fahutan salah satunya adalah Pinus (Pinus merkusii ). Daun dan tajuk pinus dapat mengurangi hujan netto melalui proses intersepsi  Dalam penelitian yang dilakukan di Gunung Walat dari tahun 1999-2001, Mulyana et al. (2002) dalam Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan Perhutani (2002) menyebutkan bahwa kehilangan air (curah hujan) akibat proses in-tersepsi dari pinus adalah yang tertinggi (15,7%) dibandingkan hutan agathis (14,7%) dan puspa (13,7%). Untuk menjaga keberlanjutan manfaat pinus, baik dari sisi ekonomi (produksi getah) dan fungsi lingkungan, pengaturan jarak tanam dan kelas umur perlu dilakukan. Jarak tanam yang disarankan oleh Pudjiharta (2005) adalah 4 m x 4 m. Pinus di Arboretum Fahutan ditanam dengan rata-rata jarak tanam sekitar 2 m x 2 m yang artinya tidak sesuai dengan literatur.

Dalam praktikum Ilmu Hutan Kota yang dilaksanakan di Arboretum Fakultas Kehutanan kondisinya secara umum sudah memenuhi faktor-faktor jenis tanaman yang baik ditanam untuk RTH. Jenis tanaman yang ditanam ada yang berfungsi untuk menyerap partikel limbah, menyerap CO2 dan penghasil O2, serta pelestarian air tanah. Pohon mahoni dan asam jawa berfungsi untuk penyerap partikel timbal. Mahoni, meranti merah, dan kayu hitam baik dalam penyerapan dan penyerap debu semen. Selain itu, suhu udara di daerah sekitar arboretum Fakultas Kehutanan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman.




BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan

            Pohon yang mendominasi pada plot 5 Arboretum Fahutan adalah jenis Pinus (Pinus merkusii) dan Kayu afrika (Measopsis emenii). Jarak tanam kedua jenis pohon tersebut tidak sesuai dengan literatur. Keberadaan Arboretum Fakultas Kehutanan sebagai Ruang Terbuka Hijau sangat diperlukan karena berpengaruh terhadap lingkungan sekitar. Fungsi Arboretum Fahutan yaitu menciptakan iklim mikro, estetika, penyerap air, serta habitat beberapa binatang.
           
4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian yang lebih menyeluruh sehingga dapat dihasilkan data yang dapat digunakan untuk pengelolaan Arboretum Fahutan sebagai Ruang Terbuka Hijau di kampus Institut Pertanian Bogor agar dapat berfungsi optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenter PL, Walker TD, dan Lanphear FO. 1975. Plants in The Landscape. San Fransisco: W.H. Freeman and Company.
Darmawan. 28 Juli 2011. Perlunya Cadangan Hutan Kota di Bangka Barat. Bangkapos: http://bangka.tribunnews.com/2011/07/28/perlunya-cadangan-hutan-kota-di-bangka-barat. [terhubung berkala 18 September 2013].
Nurisjah S. 1992. Tanaman dan Vegetasi Untuk Suatu Lansekap Kota. Makalah dalam Rangka Sarasehan Penghijauan Kota Baru Cibinong. Studio Arsitektur Pertanaman Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Pudjiharta A. 2005. Permasalahan Aspek Hidrologis Hutan Tusam dan Upaya
Mengatasinya. Jurnal Anali-is Kehutanan 2 (2) : 129-144. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.

Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan Perhutani. 2002. Hutan Pinus dan Hasil Air. Perhutani. Cepu. Hal. 12-13.

Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York: McGraw-hill Book Co.

0 comments:

Post a Comment