Tuesday, September 22, 2015

PENDANGIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman terutama pohon mempunyai peran yang penting dalam mengatasi perubahan iklim global yang terjadi saat ini, selain itu pohon juga dapat mempercantik taman. Fungsi pohon dalam mengatasi perubahan iklim dan mempercantik taman antara lain, penahan dan penyaring partikel padat dari udara, penyerap dan penjerap dari partikel timbal, penyerap dan penjerap dari debu semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbon monoksida, penyerap karbon dioksida dan penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penepis bau, mengatasi penggenangan, mengatasi intruisi air laut, produksi tebatas, ameliorasi iklim, pengolahan sampah, pelestarian air tanah, penepis cahaya silau, meningkatkan keindahan, sebagai habitat burung, mengurangi stress, mengamankan pantai terhadap abrasi, meningkatkan industri pariwisata, sebagai hobi dan pengisi waktu luang (Dahlan 1992).
Keberhasilan dari penanaman pohon terletak dari pemeliharaan setelah penanaman. Penanaman tanpa diikuti pemeliharaan niscaya tidak akan berhasil. Permasalahan utama yang timbul setelah penanaman antara kematian awal setelah penanaman dan pertumbuhan yang tidak normal. Selain itu, keberhasilan penanaman juga dipengaruhi adanya faktor biotik dan abiotik dari lingkungan tersebut  (Indriyanto 2000).
Pemeliharaan tanaman juga sangat penting dalam  pengelolaan taman guna menentukan keberhasilan proyek pembangunan lansekap. Aspek pemeliharaan tersebut meliputi pembersihan areal taman dan tanaman, penyiangan gulma, teknik penggemburan tanah dan aerasi tanah, serta teknik penyiraman. Teknik pemupukan tanaman, pamangkasan dan pengendalian hama penyakit (Arifin dan Nurhayati 2000).
Untuk mendapatkan suatu tegakan yang mempunyai peran yang sangat besar maka setiap pohon memerlukan pemeliharaan. Beberapa kegiatan pemeliharan tanaman antara lain: penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan, pemangkasan cabang, penjarangan tanaman, dan pengendalian hama penyakit (Darjadi dan Hardjono 1976).

Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
1.        Mengetahui tujuan dan waktu dilakukannya pendangiran.
2.        Mengetahui teknik atau cara pendangiran.
3.        Mengetahui alat yang digunakan dalam pendangiran.



BAB II
ISI
Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah disekitar tanaman pokok yang bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah (aerasi tanah) (Daniel et al 1987). Sedangkan menurut Sumardi dan Widyastuti (2004) pendangir merupakan suatu bentuk kegiatan yang membutuhkan semacam alat yang akan mengaduk permukaan tanah sampai kedalaman yang sedikit saja dengan cara sedemikian rupa, hingga gulma yang masih kecil bisa dimusnahkan dan pertumbuhan  budidaya  dapat ditingkatkan. Pendangiran untuk mengendalikan gulma dengan pengadukan tanah dapat dimulai pada lahan siap tanam sebelum penanaman. Setelah penanaman tanah dapat didangir, yang untuk sementara tanaman dilakukan sebelum tanaman – tanaman muncul diatas permukaan tanah. Pendangiran biasanya dimulai segera setelah munculnya semaian tanaman diatas tanah, mengingat bahwa gulma juga muncul pada saat yang bersamaan.
Adapun tujuan dari kegiatan ini dalah untuk  memacu pertumbuhan tanaman. Selain itu, tujuan pendangiran adalah untuk menahan lengas (membasmi gulma, melonggarkan mulsa pada permukaan, dan menahan air hujan),  mengembangkan bahan makanan tanaman, aerasi tanah yang memungkinkan oksigen masuk kedalam tanah serta meningkatkan kegiatan jasad renik (mikroorganisme).
Pendangiran dilakukan disekitar tanaman pokok dan dilakukan ketika pada saat musim hujan, dimana tanaman masih muda.  Kegiatan pendangiran dilakukan setelah kegiatan penyiangan. Waktu pendangiran dilakukan pada musim kemarau menjelang musim hujan tiba. Pencangkulan disekitar tanaman pokok dengan diameter 50 cm dengan menggemburkan tanah dan berbentuk piringan namun tergantung jarak tanamnya. Meninggikan tanah disekitar tanaman pokok agar air tidak tergenang. Dalam kegiatan pendangiran tanaman perlu ekstra hati-hati jangan sampai mencederai tanaman apalagi sampai terpotong. Kegiatan pendangiran sebaiknya dilakukan 2 kali dalam setahun yakni awal musim hujan dan awal musim kemarau. Selain itu,  tergantung pada tekstur tanahnya, makin berat teksturnya maka makin sering dilakukan pendangiran. Pendangiran dilakukan pada tanaman berumur 1-4 tahun dan diutamakan pada tanaman yang mengalami stagnasi pertumbuhan atau tempat tumbuhnya bertekstur berat dan lahan tidak melalui pengolahan tanah (Departemen Kehutanan 2009).
Cara pendangiran dilakukan dengan menggunakan cangkul. Cangkul merupakan alat pendangir yang digunakan untuk menyiang dan membasmi gulma dan rumput disekitar tanaman muda. Bila mana hujan menyebabkan terbentuknya kerak yang keras diatas tanah dan menghalangi munculnya semai diatas tanah, cangkul  merupakan perkakas yang amat baik untuk menggemburkan kerak tanah. Dihindari cara pencangkulan yang terlalu dalam karena dapat merusak perakaran (Kosasih AS et al. 2002).
Rangkaian Pendangiran
Rangkaian pendangiran atau anjungan pendangir terdiri atas suatu balok yang padanya dipasang tangki atau tiang yang mempunyai kaki yang dapat diatur, dipasang dengan sudut sedemikian rupa, hingga padanya dapat dipasang dengan baut suatu singkup atau sikat.  Ada satu rangkaian untuk masing – masing sisi tiap larik. Pendangir 1 rarik mempunyai 2 rangkaian, pendangir 4 larik mempunyai 8 rangkaian, dan pendangir 8 larik mempunyai 16 pangkaian. Banyak sekali tipe rakitan yang dirancang agar sesuai dengan aneka tanaman, tanah, dan usaha tani yang berbeda – beda. Jumlah dan tipe anggota bagian pengaduk tanah biasanya menentukan gaya rangkaian (Daniel et al 1987).
Balok dapat terdiri atas suatu pipa lurus, batang dengan penampang bujur sangkar atau balok yang terbuat dari baja batangan yang pipih. Balok pipa memerlukan palang silang untuk menunjang tangkai, sehingga bagian pengaduk tanah dapat diatur kesamping sesuai dengan fariasi jumlah tangkai dan ukuran spu sorong. balok batang bujur sangkar dibengkokkan ke samping sehingga tangkai – tangkai dapat langsung dikelem pada batang padi.
Pada kondisi – kondisi yang berat, rangkaian – rangkaian tersebut ditahan terpisah pada jarak yang sama dengan batang ruangan, lengkungan atau pengikat – pengikat kaki. Rangkaian dapat dipindahkan ke samping pada batang kerangka disesuaikan dengan jarak antar larikan yang berbeda – beda. Bila baut – baut terpasang kuat – kuat, rangkaian tersebut ditahan dengan kokoh ditempatnya. Tak ada kemungkinana untuk pemindahan rangkaian kesamping selai dengan menggunakan traktor.
Bagian belakang pendangir yang terpasang pada traktor terdiri atas 3 balok, tangkai dan sapu sorong. sapu – sapu sorong ini sering disebut dengan istilah bajak penggaruk, karena alat itu membajak tapak roda traktor. Tiga buah pengangkat tangki tersedia untuk daerah – daerah yang batuan dan akar – akar masih ada di permukaan tanah. Tipe – tipe tersebut adalah pengangkut pegas (spring-trip), pemutus dan gesekan (friksi). Dimana tidak ada penghalang didalam tanah, dapat digunakan tangki baja bundar yang kokoh. Tangki yang tegar digunakan untuk penggulud piringan (disk-hiller) dan piringan pembuat rintangan ( barring off disks).

DAFTAR PUSTAKA
Arifin HS dan Nurhayati. 2000. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Dahlan EN. 1992. Hutan Kota. Jakarta: Asosiasi Pegusaha Hutan Indonesia (APHI). [Tidak dipublikasikan].
Daniel, Th.W.,John Helms dan F.S.Baker, 1987. Prinsip-Prinsip Silvikutur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Darjadi L dan R Hardjono. 1976. Sendi-Sendi Silvikultur. Jakarta: Direktorat Jenderal Kehutanan. Departemen Pertanian.
Departemen Kehutanan. 2009. Pemeliharaan Demplot Provenan Mahoni (Swietenia sp) di Desa Bellabori (Borisallo) Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
Indriyanto. 2000 Pengaruh Beberapa Cara Penyiangan Terhadap Pertumbuhan Sengon. Prosiding Seminar Nasional III Pengembangan Wilayah Lahan Kering. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Kosasih AS et al. 2002. Petunjuk Teknis Pemeliharaan dan Perlindungan Pada Introduksi Jenis Pohon Hutan. Info Hutan No. 151. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.

0 comments:

Post a Comment