Tuesday, September 22, 2015

PENYUSUNAN RANSUM BURUNG PUTER DI PENANGKARAN KAMPUS IPB DARMAGA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Burung adalah salah satu kelompok vertebrata yang banyak dikenal, diperkirakan ada sekitar 8600 jenis yang tersebar di dunia. Burung berdarah panas dan mempunyai peranan sangat penting dalam menjaga keseimbangan suatu ekosistem dengan cara mengatur energy, mempertahankan keanekaragaman biotik, dan mengatatur sistem pemasangan (Alikodra 1980).
Di Indonesia dikenal dua jenis burung dari suku Columbidae yaitu burung tekukur (Streptopelia chinensis) dan burung puter (Streptopelia bitorquata). Jenis burung ini digemari oleh kalangan masyarakat karena memiliki daya tarik pada keunikan bulu dan suara sehingga nilai ekonomi burung ini semakin meningkat sesuai dengan kebutuhan para penggemarnya. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan upaya pelestarian dan pemanfaatan jenis burung tersebut melalui penangkaran. Penangkaran burung merupakan salah satu usaha pengembangbiakan berbagai jenis burung di luar habitat alaminya.
Upaya kegiatan konservasi burung tersebut secara ex-situ, salah satu diantaranya melalui penangkaran. Hasil penangkaran dapat dilepasliarkan ke habitat alam, serta sebagian dapat dimanfaatkan untuk tujuan komersial.
Melakukan usaha penangkaran burung memerlukan perhatian, ketekunan, dan ketelitian dari peternak, karena burung harus dipelihara secara baik dan benar. Selain itu segala keperluan burung perlu diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan pakan. Pakan yang terjamin nilai gizinya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan badan, kekebalan tubuh terhadap penyakit serta kualitas suara. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyediaan pakan burung adalah kandungan gizi pakan dan pakan tersebut harus disukai oleh burung. Kandungan gizi yang tidak mencukupi dapat menyebabkan kondisi kesehatan burung menurun dan mengakibatkan penampilan yang kurang menarik. Kelebihan gizi juga berpengaruh kurang baik bagi burung karena menyebabkan kelebihan bobot tubuh sehingga burung terlihat lamban dan malas. Oleh karena itu, pengetahuan tentang pakan akan sangat berguna untuk menghasilkan burung dengan suara yang merdu dan penampilan fisik yang menawan dan prima.

1.2  Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis pakan apa yang paling disukai burung perkutut (tingkat palatabilitas pakan burung perkutut).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan
Pakan merupakan salah satu komponen penting yang sangat dibutuhkan satwa liar untuk dapat tumbuh dan berkembangbiak. Tumbuhan pakan yang berpotensi menjadi pakan satwa liar adalah tumbuhan yang dapat dijangkau dan dimanfaatkan oleh satwa liat tersebut. Menurut Alikodra (1983), potensi makanan (penyebaran dan nilai gizinya) di alam sangat berkaitan erat dengan kondisi musim.
Alikodra (1983) menambahkan bahwa makanan mempunyai fungsi penting sebagai sumber energi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup satwa, seperti menggantikan bagian tubuhyang rusak, memelihara fungsi-fungsi dasar tubuh, perkembangbiakan, pertumbuhan satwa muda, mempertinggi dayatahantubuh terhadap penyakit, dan lain-lain. Secara umum, keadaan pakan satwa di suatu habitat tidak selalu tersedia dengan cukup, sempurna serta merata, melainkan seringkali mengalami kekurangan, gangguan, kerusakan atau penurunan.
2.2 Ransum
Ransum adalah makanan yang terdiri atas beberapa jenis bahan makanan yang diberikan kepada hewan untuk kebutuhan 24 jam, mengandung semua zat-zat makanan yang diperlukan hewan dalam keadaan serba cukup dan seimbang (Lubis 1952 dalam Widiarti 2008).  Ransum adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang diberikan pada ternak yang disusun dari berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan nutrisi dan energi yang diperlukan. Berdasarkan bentuknya, ransum dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu mash, pellet, dan crumble (Saulan Sinaga 2009).
Ransum yang yang diformulasikan haruslah mendapat cukup palatable agar dapat meransang nafsu makan, karena apabila ransum yang dibuat ditolak oleh ternak maka dapat dikatakan ransum tersebut kurang baik (Teja Kaswari, 2008).
Ransum komplit adalah pakan yang cukup tinggi gizi untuk hewan tertentu dalam tingkat fisiologis, dibentuk atau dicampur untuk diberikan sebagai satu-satunya makanan dalam memenuhi kebutuhan hidup pokok atau produksi, sebab keduanya tanpa tambahan bahan dan subtansi lain kecuali air (Hartadi et al., 1997). Menurut Chuzaemi (2002) dalam Widiarti (2008) ransum komplit merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemanfaaatan limbah pertanian dengan tambahan pakan (konsentrat) dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi ternak baik kebutuhan serat maupun zat makanan lainnya.  Sedangkan ransum seimbang menurut Anggorodi (1984) merupakan ransum yang mengandung semua zat-zat makanan dalam jumlah yang cukup dan dalam perbandingan yang tepat untuk keperluan proses-proses fungsi tubuh.
2.3 Palatabilitas
Pemberian ransum atau pakan di samping harus memenuhi nutrien yang dibutuhkan dengan jumlah yang tepat, pakan tersebut harus juga aman untuk dikonsumsi, palatabel, dan ekonomis. Palatabilitas adalah daya terima dari bahan-bahan pakan atau pakan itu sendiri sehingga mempengaruhi tingginya tingkat konsumsi pakan (Scott et al.  1982). Palatabalitas ditentukan oleh rasa, bau, dan warnanya. Pada ternak ruminansia faktor yang mempengaruhi palatabilitas adalah kecerahan warna hijauan, rasa, tekstur, dan kandungan nutrisi (Ensminger 1990). Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia pakan, tetapi dapat berubah oleh perbedaan fisiologis dan psikologis individu hewan.
Palatabilitas merupakan hasil faktor-faktor yang menentukan sampai tingkat mana suatu pakan menarik suatu hewan. Tingkat palatabilitas tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: hewan itu sendiri, setiap jenis hewan memiliki jenis pakan yang disukai berbeda dengan hewan lainnya; kondisi pakan, pakan dalam keadaan segar atau tidak; kesempatan memilih pakan yang lain. Konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup dan menentukan produksi. Konsumsi pakan atau ransum adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan bila pakan tersebut diberikan ad libitum. Konsumsi pakan atau ransum ini sangat dipengaruhi oleh bobot badan dan umur ternak.
McIlroy (1977), menyatakan bahwa palatabilitas relatif dari jenis-jenis pakan yang berbeda dapat diketahui dengan cara pemberian pakan pada hewan yang disengaja dikurung atau ditangkarkan dan kemudian diamati tingkat kesukaannya. Pengelompokan pakan berdasarkan palatabilitas, yaitu disukai (preferred) dan tidak disukai, sedangkan berdasarkan ketersediaan bahan pakan yaitu bahan pakan pokok (stapple), pakan pengisi atau tambahan (suffing), dan bahan pakan dalam keadaan darurat.
Suatu jenis pakan yang mempunyai tingkat palatabilitas yang tinggi, tetapi belum tentu dapat menjamin kelangsungan hidup hewan dengan baik, karena jenis pakan tersebut belum tentu mempunyai kandungan nutrien yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Palatabilitas pakan sama pentingnya dengan nilai nutrisi pakan tersebut, karena pakan dengan nilai nutrisi yang tinggi tidak akan berarti bila tidak disukai hewan (McIlroy, 1977).
Konsentrat adalah suatu bahan makanan yang dipergunakan bersama bahan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplen (pelengkap) atau makanan lengkap (Hartadi et al. 1990). Umumnya bahan pakan konsentrat mempunyai nilai palatabilitas (rasa enak) dan aseptabilitas (penerimaan ternak untuk dikonsumsi) yang lebih tinggi.
2.4  Burung Perkutut
a. Taksonomi
Tekukur merupakan nama lokal di daerah Jawa yang diambil dari suaranya yag terdengar ‘te-kuk-kur’ berulang-ulang. Dibeberapa daerah lainnya ada yang menyebut Dekukur dan Dederuk. Sedangkan nama asing tekukur adalah Spotted Dove. Klasifikasi burung tekukur Menurut Mackinnon (1990) adalah :
Kingdom          : Animal
Filum                : Chordata
Subfilum           : Vertebrata
Class                 : Aves
Ordo                 : Colombiformes
Famili                : Columbidae
Subfamili          : Columbidae
Genus               : Streptopelia
Spesies              : Streptoprlia chinensis (Scopoli 1768)
b. Morfologi
Menurut mackinnon (1990) burung perkutut mempunyai tubuh berukuran sedang (30cm). Kepalanya membulat kecil dan berwarna abu-abu. Paruhnya panjang meruncing dengan berwarna biru keabu-abuan. Mata burung perkutut bulat dengan iris berwarna abu-abu kebiru-biruan. Lehernya agak panjang dan ditumbuhi bulu-bulu halus. Bulu disekitar dada dan leher membentuk pola garis melintang berwarna hitam dan putih. Bulu yang menutupi badan perkutut berwarna kecokelatan. Pada bulu sayap terdapat garis melintang berwarna cokelat tua. Bulu ekornya yang juga berwarna cokelat agak panjang. Jari-jari perkutut berjumlah delapan dengan kuku-kuku yang runcing. Jadi jumlah jari sebelah kaki adalah empat. Tiga dari empat jarinya ada di depan dan sebuah jari di belakang. Jari-jari perkutut berguna untuk bertengger.
c. Perilaku
Tekukur menyukai pakan berupa biji-bijian dari berbagai jenis rumput terutama butir padi. Seperti anggota Colimbiformes lainnya, tekukur akan langsung menelan pakannya tanpa mengupasnya terlebih dahulu. Pemberian mineral (gift) dan tulang sotong merupakan keharusan untuk jenis-jenis tekukur, biji-bijian lain seperti biji kenari, millet, dan jewawut juga dapat diberikan (Nababan 2003 dalam Purnama 2006).
Tekukur biasa mencari makan dipermukaan tanah dan banyak melakukan aktivitas di tempat-tempat terbuka. Relung habitat yang disenangi oleh tekukur untuk mencari makan adalah persawahan, perkebunan, padang rumput, dan tempat terbuka lainnya. Relung yang disukai untuk beristirahat dan bersarang adalah di pohon sengon, jeunjing, tusam, nangka, puspa, dan pohon tinggi lainnya yang bertajuk.




BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat
     Praktikum dilakukan selama 5 hari mulai tanggal 20 Maret 2013 sampai tanggal 25 Maret 2013. Praktikum dilaksanakan di kandang burung parkit yang terletak di jalan Lengkeng, Cikabayan, Dramaga, Bogor.
3.2 Alat dan bahan
     Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
-             Kalkulator
-             Tempat pakan burung perkutut
-             Tempat minum burung perkutut
-             Timbangan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
-             Ransum yang terdiri dari :
·         Jagung kuning sebanyak 300 gr
·         Gabah sebanyak 250 gr
·         Millet merah sebanyak 100 gr
·         Beras merah sebanyak 100 gr
·         Kacang hijau sebanyak 150 gr
·         Kacang kedelai sebanyak 40 gr
·         Ketan hitam sebanyak 80 gr
-             Burung perkutut
3.3 Pengumpulan data
3.3.1 Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan yang di lakukan praktikan adalah Studi Literatur mengenai burung perkutut dan pakan burung tersebut.
3.3.2 Ransum
Ransum dibuat dengan tahapan sebagai berikut :
-    Siapkan bahan pakan yang akan dibuat ransum, seperti jagung kuning, gabah, millet merah, beras merah, kacang hijau, kacang kedelai, dan ketan hitam.
-      Hitung proporsi setiap bahan pakan dengan mempertimbangkan kebutuhan pakan burung perkutut sebanyak 1000 gram dalam 1 minggu  dengan kebutuhan serat kasar 14% dan kalori sebesar 2800 kkal dengan metode trial and error.
-      Timbang masing-masing  ketujuh bahan pakan sesuai hitungan.
-      Campurkan ketujuh bahan pakan hingga menyatu dan membentuk ransum.
-      Bagi ransum yang telah dibuat untuk 5 hari dan setiap hari diberikan sebanyak 50 gram.
-      Timbang ransum sesuai perhitungan.
3.3.3 Palatabilitas
Palatabilitas dapat diketahui dengan mengetahui jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang habis dimakan pada hari tersebut.
3.4 Analisis data
3.4.1 Ransum
Untuk mengetahui jumlah bahan pakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah suatu bahan pakan  = persen bahan pakan tersebut x kebutuhan satwa akan bahan pakan tersebut.
3.4.2 Palatabilitas
Untuk mengetahui palatabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Palatabilitas = jumlah pakan yang diberikan – jumlah pakan sisa
Selain itu,  dicatat pula jenis bahan pakan yang paling cepat habis dan paling banyak bersisa.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
            Penyusunan ransum pakan satwa merupakan hal penting dalam perawatan satwa. Sehingga diperlukan perhitungan yang cermat dalam penyusunan ransumsatwa. Komposisi yang digunakan dalam penyusunan ransum pakan burung tekukur untuk pemenuhan kebutuhan Kkal EM = 2900 kkal dan PK sebesar 13% dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Komposisi ransum burung tekukur
Bahan Pakan
% Berat
Jumlah (gram)
Jagung Kuning
30
300
Milet Merah
10
100
Kacang Kedelai
4
40
Beras Merah
8
80
Ketan Hitam
8
80
Gabah
25
250
Kacang Hijau
15
150
Total
100
1000

            Pemberian ransum dilakukan setiap pagi dengan berat 50 gram/ekor. Pemberian ransum setiap hari tidak habis dalam setiap kali pemberian. Kebutuhan pakan rata-rata burung tekukur adalah 30 gram sehingga tersisa 70 gram. Sisa ransum dalam lima kali pengamatan dapat dilihat dalam tabel 2.
Tabel 2. Sisa ransum dalam setiap pemberian untuk satu ekor burung tekukur
Hari Pengamatan
Sisa Ransum (gram)
1
20
2
40
3
40
4
40
5
43
Rata-rata sisa ransum
36,6

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa rata-rata kebutuhan pakan pada burung tekukur adalah 13,4 gram/ekor Pakan ini terdiri dari berbagai jenis pakan hal ini bertujuan untuk meberikan asupan nutrisi yang lengkap dan cukup untuk satwa karena masing-masing jenis dari pakan tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang berbeda-beda.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis pakan yang paling disukai oleh burung tekukur di penangkaran ex-situ Cikabayan adalah kedelai.
Kedelai merupakan jenis pakan biji-bijian yang mengandung banyak protein yang dapat digunakan untuk bahan pembangun tubuh dan pengganti sel atau jaringan yang aus dan rusak, selain itu protein juga merupakan bahan baku pembentuk enzim, hormon, dan antibodi, serta berperan dalam proses reproduksi. Kelebihan protein digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi, walau demikian sumber energi yang utama adalah karbohidrat dan lemak (Trollope 1992 dalam Purnamasari 2006). Sedangkan ketan hitam merupakan jenis pakan yang mengandung banyak karbohidrat. Ketan hitam merupakan sumber energi bagi burung perkutut karena kandungan karbohidratnya mencapai 75%, suara burung yang semula terdengar kurang bertenaga bisa menjadi lebih kuat saat menu makanannya ditambah dengan ketan hitam (Praktiknjo 2002 dalam Purnamasari 2006).
Jagung merupakan jenis pakan dengan komposisi terbanyak dalam penyusunan ransum ini sehingga jenis pakan ini tersisa paling banyak dari jenis pakan lainnya. Jagung juga meruoakan salah satu jenis biji-bijian yang disukai burung tekukur karena jenis biji-bijian ini mempunyai kandungan banyak energi. Energi yang terkandung dapat digunakan untuk aktivitas burung tekukur (Soejoedno 2001).



BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan daat diketahui beberapa jenis pakan yang disukai (palatable) oleh burung tekukur. Jenis makanan yang paling disukai tersebut adalah kedelai.  Pemberian pakan yang dilakukan setiap pagi memberikan hasil yaitu diketahuinya berat pakan rata-rata yang dikonsumsi burung sebesar  13,4 gram/ekor. Pemberian pakan selama lima hari dianggap cukup mewakili pengambilan sampel untuk mengetahui jumlah dan palatabilitas pakan burung tekukur.



DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1983. Ekologi Banteng (Bos javanicus d’Alton) di Taman Nasional Ujung Kulon [Disertasi]. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Anggorodi R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Hartadi SRR dan Tillman AD. 1997. Komposisi bahan pakan untuk Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Hartadi SRR, Lebdosuko S, Tillman AD, Kearl LC, dan Harris LE. 1990. Data ilmu makanan ternak untuk Indonesia. Internasional Feed Stuff Inst, agr. Exp. Station Utha State University, USA.
Purnama EH. 2006. Perbandingan perilaku harian pasangan Burung Terkukur (Streptopelia chinensis) dan Puter (Streptolia risoria) di penangkaran dan tanpa penambahan cahaya. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Fahutan. Institut Pertanian Bogor.
Purnamasari DK. 2006. Pemberian Ekstrak Daun Saga, Sambiloto, Pare Hutan dan Efeknya Terhadap Suara Burung Perkutut (Geopelia striata) [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Soejoedono RR. 2001. Sukses Memelihara Derkuku dan Puter. Jakarta : Penebar Swadaya.

Widiarti W. 2008. Uji sifat fisik dan palatabilitas ransum komplit wafer pucuk dan ampas tebu untuk pedet sapi fries Holland. [skripsi]. Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

0 comments:

Post a Comment