BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Burung adalah salah satu kelompok vertebrata yang
banyak dikenal, diperkirakan ada sekitar 8600 jenis yang tersebar di dunia.
Burung berdarah panas dan mempunyai peranan sangat penting dalam menjaga
keseimbangan suatu ekosistem dengan cara mengatur energy, mempertahankan
keanekaragaman biotik, dan mengatatur sistem pemasangan (Alikodra 1980).
Di Indonesia dikenal dua jenis burung dari suku
Columbidae yaitu burung tekukur (Streptopelia
chinensis) dan burung puter (Streptopelia
bitorquata). Jenis burung ini digemari oleh kalangan masyarakat karena
memiliki daya tarik pada keunikan bulu dan suara sehingga nilai ekonomi burung
ini semakin meningkat sesuai dengan kebutuhan para penggemarnya. Oleh karena
itu sangat perlu dilakukan upaya pelestarian dan pemanfaatan jenis burung
tersebut melalui penangkaran. Penangkaran burung merupakan salah satu usaha
pengembangbiakan berbagai jenis burung di luar habitat alaminya.
Upaya kegiatan konservasi burung tersebut secara
ex-situ, salah satu diantaranya melalui penangkaran. Hasil penangkaran dapat
dilepasliarkan ke habitat alam, serta sebagian dapat dimanfaatkan untuk tujuan
komersial.
Melakukan usaha penangkaran burung memerlukan
perhatian, ketekunan, dan ketelitian dari peternak, karena burung harus
dipelihara secara baik dan benar. Selain itu segala keperluan burung perlu
diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan pakan. Pakan yang
terjamin nilai gizinya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
badan, kekebalan tubuh terhadap penyakit serta kualitas suara. Hal penting yang
harus diperhatikan dalam penyediaan pakan burung adalah kandungan gizi pakan
dan pakan tersebut harus disukai oleh burung. Kandungan gizi yang tidak
mencukupi dapat menyebabkan kondisi kesehatan burung menurun dan mengakibatkan
penampilan yang kurang menarik. Kelebihan gizi juga berpengaruh kurang baik
bagi burung karena menyebabkan kelebihan bobot tubuh sehingga burung terlihat
lamban dan malas. Oleh karena itu, pengetahuan tentang pakan akan sangat
berguna untuk menghasilkan burung dengan suara yang merdu dan penampilan fisik yang
menawan dan prima.
1.2 Tujuan
Tujuan
praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis pakan apa yang paling disukai
burung perkutut (tingkat palatabilitas pakan burung perkutut).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakan
Pakan
merupakan salah satu komponen penting yang sangat dibutuhkan satwa liar untuk
dapat tumbuh dan berkembangbiak. Tumbuhan pakan yang berpotensi menjadi pakan
satwa liar adalah tumbuhan yang dapat dijangkau dan dimanfaatkan oleh satwa
liat tersebut. Menurut Alikodra (1983), potensi makanan (penyebaran dan nilai
gizinya) di alam sangat berkaitan erat dengan kondisi musim.
Alikodra (1983) menambahkan bahwa makanan mempunyai
fungsi penting sebagai sumber energi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup
satwa, seperti menggantikan bagian tubuhyang rusak, memelihara fungsi-fungsi
dasar tubuh, perkembangbiakan, pertumbuhan satwa muda, mempertinggi
dayatahantubuh terhadap penyakit, dan lain-lain. Secara umum, keadaan pakan
satwa di suatu habitat tidak selalu tersedia dengan cukup, sempurna serta
merata, melainkan seringkali mengalami kekurangan, gangguan, kerusakan atau
penurunan.
2.2
Ransum
Ransum adalah makanan yang terdiri atas
beberapa jenis bahan makanan yang diberikan kepada hewan untuk kebutuhan 24
jam, mengandung semua zat-zat makanan yang diperlukan hewan dalam keadaan serba
cukup dan seimbang (Lubis 1952 dalam Widiarti 2008). Ransum adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak
yang diberikan pada ternak yang disusun dari berbagai jenis bahan pakan yang
sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan nutrisi dan
energi yang diperlukan. Berdasarkan bentuknya, ransum dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu mash, pellet, dan crumble
(Saulan Sinaga 2009).
Ransum yang yang
diformulasikan haruslah mendapat cukup palatable agar dapat meransang nafsu
makan, karena apabila ransum yang dibuat ditolak oleh ternak maka dapat
dikatakan ransum tersebut kurang baik (Teja Kaswari, 2008).
Ransum komplit adalah pakan yang
cukup tinggi gizi untuk hewan tertentu dalam tingkat fisiologis, dibentuk atau
dicampur untuk diberikan sebagai satu-satunya makanan dalam memenuhi kebutuhan
hidup pokok atau produksi, sebab keduanya tanpa tambahan bahan dan subtansi
lain kecuali air (Hartadi et al., 1997). Menurut Chuzaemi (2002) dalam Widiarti
(2008) ransum komplit merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pemanfaaatan limbah pertanian dengan tambahan pakan (konsentrat)
dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi ternak baik kebutuhan serat maupun
zat makanan lainnya. Sedangkan ransum
seimbang menurut Anggorodi (1984) merupakan ransum yang mengandung semua
zat-zat makanan dalam jumlah yang cukup dan dalam perbandingan yang tepat untuk
keperluan proses-proses fungsi tubuh.
2.3 Palatabilitas
Pemberian ransum atau pakan di samping harus
memenuhi nutrien yang dibutuhkan dengan jumlah yang tepat, pakan tersebut harus
juga aman untuk dikonsumsi, palatabel, dan ekonomis. Palatabilitas adalah daya
terima dari bahan-bahan pakan atau pakan itu sendiri sehingga mempengaruhi
tingginya tingkat konsumsi pakan (Scott et al. 1982). Palatabalitas ditentukan oleh rasa,
bau, dan warnanya. Pada ternak ruminansia faktor yang mempengaruhi
palatabilitas adalah kecerahan warna hijauan, rasa, tekstur, dan kandungan
nutrisi (Ensminger 1990). Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia
pakan, tetapi dapat berubah oleh perbedaan fisiologis dan psikologis individu
hewan.
Palatabilitas merupakan hasil faktor-faktor
yang menentukan sampai tingkat mana suatu pakan menarik suatu hewan. Tingkat
palatabilitas tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: hewan itu
sendiri, setiap jenis hewan memiliki jenis pakan yang disukai berbeda dengan
hewan lainnya; kondisi pakan, pakan dalam keadaan segar atau tidak; kesempatan
memilih pakan yang lain. Konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar
untuk hidup dan menentukan produksi. Konsumsi pakan atau ransum adalah jumlah
pakan yang dikonsumsi oleh hewan bila pakan tersebut diberikan ad libitum.
Konsumsi pakan atau ransum ini sangat dipengaruhi oleh bobot badan dan umur
ternak.
McIlroy (1977), menyatakan bahwa
palatabilitas relatif dari jenis-jenis pakan yang berbeda dapat diketahui
dengan cara pemberian pakan pada hewan yang disengaja dikurung atau
ditangkarkan dan kemudian diamati tingkat kesukaannya. Pengelompokan pakan
berdasarkan palatabilitas, yaitu disukai (preferred) dan tidak disukai,
sedangkan berdasarkan ketersediaan bahan pakan yaitu bahan pakan pokok (stapple),
pakan pengisi atau tambahan (suffing), dan bahan pakan dalam keadaan
darurat.
Suatu jenis pakan yang mempunyai tingkat
palatabilitas yang tinggi, tetapi belum tentu dapat menjamin kelangsungan hidup
hewan dengan baik, karena jenis pakan tersebut belum tentu mempunyai kandungan
nutrien yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Palatabilitas pakan sama
pentingnya dengan nilai nutrisi pakan tersebut, karena pakan dengan nilai
nutrisi yang tinggi tidak akan berarti bila tidak disukai hewan (McIlroy,
1977).
Konsentrat adalah suatu bahan makanan
yang dipergunakan bersama bahan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplen
(pelengkap) atau makanan lengkap (Hartadi et al. 1990). Umumnya bahan pakan
konsentrat mempunyai nilai palatabilitas (rasa enak) dan aseptabilitas
(penerimaan ternak untuk dikonsumsi) yang lebih tinggi.
2.4 Burung Perkutut
a. Taksonomi
Tekukur merupakan nama lokal di daerah Jawa yang
diambil dari suaranya yag terdengar ‘te-kuk-kur’
berulang-ulang. Dibeberapa daerah lainnya ada yang menyebut Dekukur dan
Dederuk. Sedangkan nama asing tekukur adalah Spotted Dove. Klasifikasi burung tekukur Menurut Mackinnon (1990)
adalah :
Kingdom : Animal
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Aves
Ordo : Colombiformes
Famili : Columbidae
Subfamili : Columbidae
Genus : Streptopelia
Spesies : Streptoprlia chinensis (Scopoli 1768)
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Aves
Ordo : Colombiformes
Famili : Columbidae
Subfamili : Columbidae
Genus : Streptopelia
Spesies : Streptoprlia chinensis (Scopoli 1768)
b. Morfologi
Menurut mackinnon (1990) burung
perkutut mempunyai tubuh berukuran sedang (30cm). Kepalanya membulat kecil dan berwarna
abu-abu. Paruhnya panjang meruncing dengan berwarna biru keabu-abuan. Mata
burung perkutut bulat dengan iris berwarna abu-abu kebiru-biruan. Lehernya agak
panjang dan ditumbuhi bulu-bulu halus. Bulu disekitar dada dan leher membentuk
pola garis melintang berwarna hitam dan putih. Bulu yang menutupi badan
perkutut berwarna kecokelatan. Pada bulu sayap terdapat garis melintang
berwarna cokelat tua. Bulu ekornya yang juga berwarna cokelat agak panjang.
Jari-jari perkutut berjumlah delapan dengan kuku-kuku yang runcing. Jadi jumlah
jari sebelah kaki adalah empat. Tiga dari empat jarinya ada di depan dan sebuah
jari di belakang. Jari-jari perkutut berguna untuk bertengger.
c. Perilaku
Tekukur menyukai pakan berupa
biji-bijian dari berbagai jenis rumput terutama butir padi. Seperti anggota
Colimbiformes lainnya, tekukur akan langsung menelan pakannya tanpa mengupasnya
terlebih dahulu. Pemberian mineral (gift) dan tulang sotong merupakan keharusan
untuk jenis-jenis tekukur, biji-bijian lain seperti biji kenari, millet, dan
jewawut juga dapat diberikan (Nababan 2003 dalam Purnama 2006).
Tekukur biasa mencari makan
dipermukaan tanah dan banyak melakukan aktivitas di tempat-tempat terbuka.
Relung habitat yang disenangi oleh tekukur untuk mencari makan adalah
persawahan, perkebunan, padang rumput, dan tempat terbuka lainnya. Relung yang
disukai untuk beristirahat dan bersarang adalah di pohon sengon, jeunjing,
tusam, nangka, puspa, dan pohon tinggi lainnya yang bertajuk.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan tempat
Praktikum
dilakukan selama 5 hari mulai tanggal 20 Maret 2013 sampai tanggal 25 Maret 2013.
Praktikum dilaksanakan di kandang burung parkit yang terletak di jalan
Lengkeng, Cikabayan, Dramaga, Bogor.
3.2
Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
ini antara lain :
-
Kalkulator
-
Tempat pakan burung perkutut
-
Tempat minum burung perkutut
-
Timbangan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
-
Ransum yang terdiri dari :
·
Jagung kuning sebanyak 300 gr
·
Gabah sebanyak 250 gr
·
Millet merah sebanyak 100 gr
·
Beras merah sebanyak 100 gr
·
Kacang hijau sebanyak 150 gr
·
Kacang kedelai sebanyak 40 gr
·
Ketan hitam sebanyak 80 gr
-
Burung perkutut
3.3
Pengumpulan data
3.3.1 Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan
pendahuluan yang di lakukan praktikan adalah Studi Literatur mengenai burung
perkutut dan pakan burung tersebut.
3.3.2 Ransum
Ransum
dibuat dengan tahapan sebagai berikut :
- Siapkan bahan pakan yang akan dibuat
ransum, seperti jagung kuning, gabah, millet merah, beras merah, kacang hijau,
kacang kedelai, dan ketan hitam.
-
Hitung proporsi setiap bahan pakan
dengan mempertimbangkan kebutuhan pakan burung perkutut sebanyak 1000 gram
dalam 1 minggu dengan kebutuhan serat
kasar 14% dan kalori sebesar 2800 kkal dengan metode trial and error.
-
Timbang masing-masing ketujuh bahan pakan sesuai hitungan.
-
Campurkan ketujuh bahan pakan hingga
menyatu dan membentuk ransum.
- Bagi ransum yang telah dibuat untuk 5 hari
dan setiap hari diberikan sebanyak 50 gram.
-
Timbang ransum sesuai perhitungan.
3.3.3 Palatabilitas
Palatabilitas
dapat diketahui dengan mengetahui jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan
yang habis dimakan pada hari tersebut.
3.4 Analisis data
3.4.1 Ransum
Untuk
mengetahui jumlah bahan pakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah
suatu bahan pakan = persen bahan pakan
tersebut x kebutuhan satwa akan bahan pakan tersebut.
3.4.2 Palatabilitas
Untuk
mengetahui palatabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Palatabilitas
= jumlah pakan yang diberikan – jumlah pakan sisa
Selain
itu, dicatat pula jenis bahan pakan yang
paling cepat habis dan paling banyak bersisa.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyusunan
ransum pakan satwa merupakan hal penting dalam perawatan satwa. Sehingga
diperlukan perhitungan yang cermat dalam penyusunan ransumsatwa. Komposisi yang
digunakan dalam penyusunan ransum pakan burung tekukur untuk pemenuhan
kebutuhan Kkal EM = 2900 kkal dan PK sebesar 13% dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel
1. Komposisi ransum burung tekukur
Bahan Pakan
|
% Berat
|
Jumlah (gram)
|
Jagung
Kuning
|
30
|
300
|
Milet
Merah
|
10
|
100
|
Kacang
Kedelai
|
4
|
40
|
Beras
Merah
|
8
|
80
|
Ketan
Hitam
|
8
|
80
|
Gabah
|
25
|
250
|
Kacang
Hijau
|
15
|
150
|
Total
|
100
|
1000
|
Pemberian ransum dilakukan setiap
pagi dengan berat 50 gram/ekor. Pemberian ransum setiap hari tidak habis dalam
setiap kali pemberian. Kebutuhan pakan rata-rata burung tekukur adalah 30 gram sehingga tersisa 70 gram. Sisa ransum dalam
lima kali pengamatan dapat dilihat dalam tabel 2.
Tabel
2. Sisa ransum dalam setiap pemberian untuk satu ekor burung tekukur
Hari Pengamatan
|
Sisa Ransum (gram)
|
1
|
20
|
2
|
40
|
3
|
40
|
4
|
40
|
5
|
43
|
Rata-rata sisa ransum
|
36,6
|
Dari
hasil pengamatan terlihat bahwa rata-rata kebutuhan pakan pada burung tekukur
adalah 13,4 gram/ekor Pakan ini terdiri dari berbagai jenis pakan hal ini
bertujuan untuk meberikan asupan nutrisi yang lengkap dan cukup untuk satwa
karena masing-masing jenis dari pakan tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang
berbeda-beda.
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa jenis pakan yang paling disukai oleh burung
tekukur di penangkaran ex-situ Cikabayan adalah kedelai.
Kedelai
merupakan jenis pakan biji-bijian yang mengandung banyak protein yang dapat
digunakan untuk bahan pembangun tubuh dan pengganti sel atau jaringan yang aus
dan rusak, selain itu protein juga merupakan bahan baku pembentuk enzim,
hormon, dan antibodi, serta berperan dalam proses reproduksi. Kelebihan protein
digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi, walau demikian sumber energi yang
utama adalah karbohidrat dan lemak (Trollope 1992 dalam Purnamasari 2006).
Sedangkan ketan hitam merupakan jenis pakan yang mengandung banyak karbohidrat.
Ketan hitam merupakan sumber energi bagi burung perkutut karena kandungan
karbohidratnya mencapai 75%, suara burung yang semula terdengar kurang
bertenaga bisa menjadi lebih kuat saat menu makanannya ditambah dengan ketan
hitam (Praktiknjo 2002 dalam Purnamasari 2006).
Jagung
merupakan jenis pakan dengan komposisi terbanyak dalam penyusunan ransum ini
sehingga jenis pakan ini tersisa paling banyak dari jenis pakan lainnya. Jagung
juga meruoakan salah satu jenis biji-bijian yang disukai burung tekukur karena
jenis biji-bijian ini mempunyai kandungan banyak energi. Energi yang terkandung
dapat digunakan untuk aktivitas burung tekukur (Soejoedno 2001).
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan daat diketahui beberapa jenis pakan yang
disukai (palatable) oleh burung tekukur. Jenis makanan yang paling disukai
tersebut adalah kedelai. Pemberian pakan
yang dilakukan setiap pagi memberikan hasil yaitu diketahuinya berat pakan
rata-rata yang dikonsumsi burung sebesar
13,4 gram/ekor. Pemberian pakan selama lima hari dianggap cukup mewakili
pengambilan sampel untuk mengetahui jumlah dan palatabilitas pakan burung
tekukur.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1983. Ekologi Banteng (Bos javanicus d’Alton) di Taman Nasional
Ujung Kulon [Disertasi]. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Anggorodi
R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Hartadi
SRR dan Tillman AD. 1997. Komposisi bahan
pakan untuk Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Hartadi
SRR, Lebdosuko S, Tillman AD, Kearl LC, dan Harris LE. 1990. Data ilmu makanan ternak untuk Indonesia.
Internasional Feed Stuff Inst, agr. Exp. Station Utha State University, USA.
Purnama
EH. 2006. Perbandingan perilaku harian
pasangan Burung Terkukur (Streptopelia chinensis) dan Puter (Streptolia
risoria) di penangkaran dan tanpa penambahan cahaya. Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Fahutan. Institut Pertanian Bogor.
Purnamasari
DK. 2006. Pemberian Ekstrak Daun Saga, Sambiloto, Pare Hutan dan Efeknya
Terhadap Suara Burung Perkutut (Geopelia
striata) [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Soejoedono
RR. 2001. Sukses Memelihara Derkuku dan
Puter. Jakarta : Penebar Swadaya.
Widiarti
W. 2008. Uji sifat fisik dan palatabilitas ransum komplit wafer pucuk dan ampas
tebu untuk pedet sapi fries Holland. [skripsi]. Departemen Ilmu Produksi Dan
Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
0 comments:
Post a Comment