Friday, January 23, 2015

Arti sebuah ta'aruf

"Anti aku ingin sekali memiliki istri yang cerdas, baik hatinya, baik akhlak dan agamanya sepertimu maukah kamu berta'aruf bersamaku ?"

Dag dig dug begitulah hati sang akhwat yang begitu bahagia ketika membaca pesan tersebut. Akhirnya, gayung pun bersambut. Sang ikhwan dan akhwat pun mulai rajin mengirim pesan, seperti sedang apa? sudah makan apa belum? atau bahkan mimpi indah ya? dan sebagainya. Jika ditanya mereka menjawab : kami sedang menjalani prosess ta'aruf, kami ingin saling mengenal dan kami masih mengetahui batas-batas syariat agama, karena kamu tidak ber-khulwat  dan belum sampai bertemu, hanya ssekedar kirim pesan. 

Inilah  yang sering disalah artikan oleh remaja saat ini bahkan akhir-akhir inipun para jilbaber yang ikut-ikutan. 

Yang menyisakan tanya adalah apakah hal ini diperbolehkan oleh agama? Apakah ini cara ta'aruf yang syar'i? Dan bagaimana sebenarnya ta'aruf yang syar'i itu? 

Arti Ta'aruf

“Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku li ta‘ârafû (supaya kamu saling kenal). …. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”  (QS al-Hujurât (49): 13).

   Jadi, makna dari ta'aruf adalah proses saling kenal dengan siapa pun selama hayat dikandung badan. Namun sekarang, ada banyak ikhwan yang bilang, “ta'aruf adalah perkenalan antara seorang ikhwan dan seorang akhwat yang akan menikah.” Bahkan, ada tak sedikit akhwat yang ngomong, “ta'aruf adalah proses pendekatan selama maksimal tiga bulan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang akan menikah.” Aneh, ya? (Bukan hanya aneh, malah bisa jadi bid'ah sesat) .

Islam tidak melarang ta’aruf, dalam sebuah hadits disebutkan, “Dari Anas bin Malik bahwa Al-Mughirah bin Syu’bah ingin menikah seorang wanita, maka Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – berkata kepadanya, “Pergi lalu lihatlah dia, sesungguhnya hal itu menimbulkan kasih sayang dan kedekatan antara kalian berdua.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no 1938 dan dishahihkan oleh Syekh al-Albani – rahimahullah – dalam Shahih Ibnu Majah).

Rambu-rambu ta’aruf

Ta’aruf bukanlah pernikahan yang menghalalkan apa yang dihalalkan bagi pasangan suami istri. Ta’aruf hanyalah proses pra pernikahan, maka selama akad nikah belum diikrarkan, maka mereka berdua adalah dua orang yang bukan mahram harus menjaga adab-adab islam.
Namun, belakangan ini, ta’aruf mengalami penyempitan makna, karena telah diselewengkan kepada makna pacaran yang jelas-jelas diingkari oleh islam. Islam tidak mensyariatkan pacaran untuk menempuh ke jenjang pernikahan. Namun islam mensyariatkan ta’aruf sesuai batasan-batasan syariat. Ta’aruf yang benar adalah dengan langkah sebagai berikut:

1. Mengenal calon pasangan hidup
Pihak lelaki mencari keterangan tentang biografi, karakter, sifat, atau hal lain pada wanita yang ingin ia pinang melalui seseorang yang mengenal baik tentangnya demi maslahat pernikahan. Bisa dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui perantaraan seseorang, seperti istri teman atau yang lainnya. Demikian pula dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal lelaki yang berkeinginan meminang dapat menempuh cara yang sama. Dalam menempuh langkah pertama ini, perlu memerhatikan beberapa perkara antara lain:
  • Tidak berkhulwat (berdua-duaan) dalam mencari informasi secara langsung dari wanita terkait dan sebaliknya. Nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam – menegaskan, “Dan janganlah seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali jika sang wanita bersama mahramnya (Riwayat al-Bukhari no. 3006 dan Muslim 1341). Kemudian Nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam – kembali menjelaskan hikmah dari larangan ini dalam sabdanya, “Tidaklah seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali setan adalah orang ketiga di antara mereka berdua.” (Riwayat Ahmad 1/18, Ibnu Hibban (lihat Shahih Ibnu Hibban 1/436))
  • Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan seseorang ke kubangan perzinaan apalagi perbuatan zina itu sendiri dengan berbagai macam bentuknya.
  • كُتِبَ عَلىَ ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ: الْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَاْلأُذُنَانِ زِنَاهُمَا اْلاِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِنَاهُ الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهُ الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ أَوْ يُكَذِّبُهُ
  • “Telah ditulis bagi tiap anak Adam bagiannya dari zina, dia pasti akan melakukan, yaitu kedua mata berzina dengan memandang, kedua telinga berzina dengan mendengar, lisan berzina dengan berbicara, tangan berzina dengan memegang, kaki berzina dengan melangkah, sementara hati berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkannya atau mendustakannya.” (Riwayat al-Bukhari, lihat Shahih Targhib wa Tarhib II/398)
  • - Tidak ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan wanita bukan mahram)
2.  Nazhar (melihat calon pasangan hidup)
Setelah menemukan kecocokan dan sebelum khitbah, bagi lelaki disunahkan melihat wanita yang ingin ia nikahi. Hal ini karena bermodalkan informasi saja terkadang tidak cukup, karena kondisi seseorang atau kecantikan seseorang itu relatif. Bisa saja cantik menurut kacamata seseorang, namun tidak cantik menurutnya. Sehingga Syekh Utsaimin – rahimahullah – menegaskan, “Sesungguhnya penglihatan orang lain tidak mewakili penglihatan sendiri secara langsung. Bisa jadi seorang wanita cantik menurut seseorang namun tidak cantik menurut orang yang lain”. (Syarhul Mumti’ XII/20)
Saat seorang lelaki ingin wanita yang akan ia khitbah, maka ia harus memperhatikan rambu-rambu nazhar yang telah dijelaskan oleh Syekh Utsamin – rahimahullah – dalam Syarhul Mumti’ XII/22 sebagai berikut :
  • Tidak berkhalwat (berdua-duaan) dengan sang wanita tatkala memandangnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ
“Sekali-kali tidak boleh seorang laki-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali wanita itu bersama mahramnya. ” (HR. Al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 3259)
  • Untuk menjauhi khalwat ketika nazhar, maka ia bisa melihat wanita yang ingin ia pinang ditemani wali si wanita atau jika tidak mampu maka ia bisa bersembunyi dan melihat wanita tersebut di tempat di mana ia sering melalui tempat tersebut.
Bila sekiranya tidak memungkinkan baginya melihat wanita yang ingin dipinang, boleh ia mengutus seorang wanita yang tepercaya guna melihat/mengamati wanita yang ingin dipinang untuk kemudian disampaikan kepadanya. (An-Nazhar fi Ahkamin Nazhar bi Hassatil Bashar, Ibnul Qaththan Al-Fasi hal. 394, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 9/214, Al-Mulakhkhash Al-Fiqhi, 2/280)
  • Hendaknya memandangnya dengan tanpa syahwat, karena nazhar (memandang) wanita ajnabiyah karena syahwat diharamkan. Selain itu, tujuan dari melihat calon istri adalah untuk mengetahui kondisinya bukan untuk menikmatinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمُ الْمَرْأَةَ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَي مَا يَدْعُوهُ إِلىَ نِكَاحِهَا فَلْيَفْعَلْ
“Bila seorang dari kalian meminang seorang wanita, lalu ia mampu melihat dari si wanita apa yang mendorongnya untuk menikahinya, maka hendaklah ia melakukannya. ” (HR. Abu Dawud no. 2082 dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 99)
  • Hendaknya ia memiliki prasangka kuat bahwa sang wanita akan menerima lamarannya.
  • Hendaknya ia memandang kepada apa yang biasanya nampak dari tubuh sang wanita, seperti muka, telapak tangan, leher, dan kaki.
  • Hendaknya ia benar-benar bertekad untuk melamar sang wanita. Yaitu hendaknya pandangannya terhadap sang wanita itu merupakan hasil dari keseriusannya untuk maju menemui wali wanita tersebut untuk melamar putri mereka. Adapun jika ia hanya ingin berputar-putar melihat-lihat para wanita satu per satu, maka hal ini tidak diperbolehkan.
  • Hendaknya sang wanita yang dinazharnya tidak bertabarruj, memakai wangi-wangian, memakai celak, atau yang sarana-sarana kecantikan yang lainnya.

3. Khitbah (Peminangan)
Seorang lelaki yang telah berketetapan hati untuk menikahi seorang wanita, hendaknya meminang wanita tersebut kepada walinya. Apabila seorang lelaki mengetahui wanita yang hendak dipinangnya telah terlebih dahulu dipinang oleh lelaki lain dan pinangan itu diterima, maka haram baginya meminang wanita tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
لاَ يَخْطُبُ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيْهِ حَتَّى يَنْكِحَ أَوْ يَتْرُكَ
“Tidak boleh seseorang meminang wanita yang telah dipinang oleh saudaranya hingga saudaranya itu menikahi si wanita atau meninggalkannya (membatalkan pinangannya). ” (HR. Al-Bukhari no. 5144)
Dalam riwayat Muslim (no. 3449) disebutkan:
الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ، فَلاَ يَحِلُّ لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَبْتَاعَ عَلى بَيْعِ أَخِيْهِ وَلاَ يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيْهِ حَتَّى يَذَرَ
“Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin yang lain. Maka tidaklah halal baginya menawar barang yang telah dibeli oleh saudaranya dan tidak halal pula baginya meminang wanita yang telah dipinang oleh saudaranya hingga saudaranya meninggalkan pinangannya (membatalkan). ”
Perkara ini merugikan peminang yang pertama, di mana bisa jadi pihak wanita meminta pembatalan pinangannya disebabkan si wanita lebih menyukai peminang kedua. Akibatnya, terjadi permusuhan di antara sesama muslim dan pelanggaran hak. Bila peminang pertama ternyata ditolak atau peminang pertama mengizinkan peminang kedua untuk melamar si wanita, atau peminang pertama membatalkan pinangannya maka boleh bagi peminang kedua untuk maju. (Al-Mulakhkhash Al-Fiqhi, 2/282)
Setelah pinangan diterima tentunya ada kelanjutan pembicaraan, kapan akad nikad akan dilangsungkan. Namun tidak berarti setelah peminangan tersebut, si lelaki bebas berduaan dan berhubungan dengan si wanita. Karena selama belum akad keduanya tetap ajnabi, sehingga janganlah seorang muslim bermudah-mudahan dalam hal ini. (Fiqhun Nisa fil Khithbah waz Zawaj, hal. 28)
Jangankan duduk berbicara berduaan, bahkan ditemani mahram si wanita pun masih dapat mendatangkan fitnah.

Ta'aruf via media sosial
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa hukum asal media sosial adalah mubah. Namun, ia bak pisau bermata dua. Artinya, jika tidak digunakan sebagaimana mestinya, bisa saja pisau tersebut menyembelih si empunya. Jika seseorang memandang dirinya lemah, tidak mampu menggunakan dalam kebaikan, maka meninggalkan media sosial tentunya lebih utama, apalagi ketika seseorang membuka media sosial, minimal ia akan melihat wanita-wanita bukan mahram yang pamer aurat.

Lalu bagaimana jika digunakan sebagai sarana ta’aruf? Jika kita mau mencermati, niscaya kita dapatkan bahwa media sosial memiliki beberapa kerusakan, yaitu:

Rawan tipuan, karena kebenaran biodata, foto, dan data-data lainnya berkaitan dengan pemilik akun tersebut tidak bisa dijamin kebenarannya. Siapa sangka pemilik akun berbeda dengan aslinya. Selain itu, kebenaran dan ketulusan niat mereka dalam ber-ta’aruf juga tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sungguh banyak sekali, ikhwan-ikhwan yang hanya uji coba atau iseng belaka atau mungkin hanya ingin mempermainkan si wanitanya. Bahkan yang lebih parah lagi, banyak juga para lelaki yang menyamar sebagai wanita dalam akun media sosialny kemudian mengikuti grup-grupmedia sosial  khusus bagi wanita.

Khulwat, karena tidak jarang antara dua orang lawan jenis yang saling kirim data, pesan, atau bahkan mungkin memanfaatkan video call yang disediakan. Tentunya hal ini lebih bahaya daripada pertemuan langsung, karena khulwat via media sosial lebih tersembunyi dan lebih leluasa untuk menyampaikan apa yang ia kehendaki.
 
Diantara syarat ta’aruf adalah tidak melakukan perzinaan dengan segala macam bentuknya.  Kedua mata berzina dengan memandang, padahal media sosial banyak menyuguhkan fasilitas kirim foto dan video. Kedua telinga berzina dengan mendengar, padahal media sosial pun bisa saling mendengarkan suara tanpa didengar oleh orang lain. Lisan berzina dengan berbicara, padahal media sosial juga memberikan fasiltas untuk saling berbicara. Kalaupun semua ini tidak ada, maka minimal hati seseorang telah berzina, karena telah berangan-angan.
Ketiga hal ini mungkin bisa dikatakan tidak mungkin terlepas dari media sosial yang digunakan sebagai sarana ta’aruf. Sehingga, jika tiga hal ini ada atau syarat-syarat ta’aruf di atas belum terpenuhi maka menggunakan media sosial sebagai sarana ta’aruf tidak boleh. Kecuali jika seseorang bisa menjamin bisa bersih dari tiga hal ini dan bisa memenuhi syarat-syarat ta’aruf di atas.

Demikianlah Pacaran Berkedok Ta'aruf


Sebelum Pasangan Halal Datang Jomblo Adalah Pilihanku

Indahnya menjomblo
Tidak perlu pusing-pusing mikirin malam minggu
Tak perlu pusing-pusing membohongi ibu
Tak perlu pusing-pusing kangen dan rindu
Tapi ada jauh yang lebih penting dari semua itu
Aku tetap bisa menjaga diriku
Menjaga kehormatanku
Menjaga ikatan hubungan yang dilarang agamaku

Yang lain boleh bangga
Yang lain boleh tertawa
Yang ain boleh hura-hura
Yang lain boleh bersenang-senang dengan cinta haramnya

Tapi memuliakan diri adalah segalanya
Tak akan kubiarkan kehormatan diriku tergadaikan hanya untuk kebahagiaan semu
Tak akan kubiarkan kesucianku tak dihargai
Karna aku yakin kebahagiaan yang didapat hanyalah kebahagiaan sesaat yang pada akhirnya berujung sebuah penyesalan ...............

Sebuh Titik Keberkahan

Sebuah sebab menurunkan titik air
Melewati pengisaran antara awan dan angin
Ia jadikan pula keberkahan tinggi di bumi
Mengalirkan secerca napas syahdu nan terkendali
Dan Dialah yang menurunkan hujan terindah dari langit
Timbullah kehijauan sampai mata menunjuk
Sebab datangnya dia bersama kilat harapan
Menyulap kegersangan sebagai hawa kesejukan
Berkembanglah butir yang banyak darinya
Dan dari tangkai-tangkai yang menjulang
Lahirlah harapan nyata yang terus berlalu
Perhatikan darinya sesuatu yang tepat
Terbukalah cakrawala dalam isi kepala
Memusatkan aku pada satu pandangan
Terus teringat dan enggan untuk berpaling

Tiada Ketersiaan

Dari apa yang terpandang dalam acuan ke atas
Dari apa yang terinjak dari dua telapak
Dan dari apa yang terasa di antara keduanya
Tiada ketersiaan bagi para pemula

Kala mentari telah nampak di ufuk jauh
Dikala bulan telah mengganti dengan variasinya
Dan dikala pijaran merah menyembul diantara keduanya
Tiada ketersiaan bagi langkah sang pencari

Pada siklus saat roda berputar  ke atas bagi pertiwi
Pada langkah kemunduran mulai terendus
Dan pada rantai yang terputus diantara keduanya
Tiada ketersiaan bagi raga yang tak lupa mengucap

Disaat sebaran nyawa mengisi penjuru
Disaat keterkuasaan mengisi jagad
Sungguh terdapat isyarat dalam hati
Sungguh tiada ketersiaan bagi kaum pemikir.

Diam Itu Emas

Diam itu emas... 
Banyak orang mengatakan bahwa DIAM ITU ADALAH EMAS atau dengan kata lain lebih baik diam daripada banyak berbicara. Namun kebanyakan orang salah menafsirkan kaliamat diam itu adalah emas. 
Sesungguhnya kenapa muncul kata-kata diam itu emas karena sebenarnya mulutmu adalah harimaumu sehingga bila kalian tidak memili perkataan yang baik untuk diucakan jadi sebaiknya diam daripada menimbulkan fitnah dan dosa.  Karena sesungguhnya dengan lisan seseorang dapat terjerumus dalam jurang kebinasaan. Rasulullah saw bersabda :  
“Orang yg paling saya cintai di antara kalian dan paling dekat denganku adalah orang yg baik akhlaknya, dan orang yg paling saya benci di antara kalian dan paling jauh denganku adalah orang yg jelek akhlaknya, yaitu orang yg banyak bicara, orang yg menghina orang lain dg perkataannya dan orang yg sombong.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi ad-Dunya) 
Jikalau inti keseimbangan hidup ini adalah antara diam dan berbicara maka sebaik-baiknya kita adalah menyeimbangkan kapan saatnya kita harus diam dan kapan saatnya kita harus berbicara. Serta tenangkanlah fikiran supaya dapat mengambil keputusan yang benar.
Disaat diam itu adalah emas, karena sedang mencoba meredam emosi dan menenangkan pikiran itu tidak masalah. Sesungguhnya manusia itu juga perlu sendiri untuk menenangkan hati dan pikirannya apabila sedang ada masalah dengan teman ataupun orang lain. Namun setelah itu kita harus bicara kembali ke teman kita untuk menyelesaikan masalah serta menjalin tali silaturrahmi seperti semula. Setelah itu saling introspeksi diri penting agar tidak ada lagi amarah dan saling tikam. Tetapi bila sudah saling bermaafan seharusnya kita saling menjaga komunikasi dengan baik antar teman supaya kesalahpaaman tidak terjadi kembali. 
Jangan sekali-kali setelah kamu dan temanmu berbaikan malah kamu menjauhiny dan kamu berkata "lebih baik saya belajar hidup sendiri suapaya tidak terjadi masalh lagi" NO itu salah besar kawan. Hanya orang bodoh yang berkata seperti itu. Kalau kamu bilang diam itu emas, Berkata adalah berlian. 
Berkata adalah berlian disini adalah berkata-kata yang baik tanpa menyakiti hati orang lain. Berkata untuk terus menyambung tali silaturahmi karena sesungguhnya dengan menjalin silaturahmi sesama muslim dilimpahkan rizkinya dan ditangguhkan azalnya Rasulullah saw bersabda
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan 2/181-182 no. 439 dengan sanad hasan, dengan lafadh :
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَجَلِهِ، فَلْيَتَّقِ اللَّهَ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan ditangguhkan ajalnya, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan menyambung silaturahim”.

Maka sebaiknya setelah segala permasalahan selesai alangkah baiknya kalau kita saling sapa, saling senyum, saling berbagi supaya hidup kita lebih diridhai Allah SWT. Boleh kamu diam untuk menjaga mulut supaya terhindar dari kata-kata yang tidak penting. Namun berkata itu berlian saat kamu bertegur sapa dan saling mengingatkan.

Bersabar

Hidup itu seperti kopi kadang manis dan terkadang pahit tergantung bagaimana cara kita merasakannya.
Sebagai seorang manusia menghilangkan rasa benci ataupun kesal sangatlah susah, ikhlas, dan tawakal dalam mendapatkan ujian sangatlah susah. Perlu usaha keras supaya kita sabar dalam menghadapi ujian yang Allah berikan kepada kita sebagai manusia. 
Terkadang ujian Allah itu sederhana namun terkadang kita sebagai manusia tidak mampu bersabar dalam menjalaninya, misalnya saja ada teman yang iseng ngejailin kita awalnya kita sabar tapi si temen ini gak sadar kalau kita lagi nyoba buat gak marah ataupun si temen ini malah ngeledek memancing amarah kita. Nah, itu sebenarnya ujian dari Allah untuk kita supaya kita bersabar. Bagaimana kita mampu menyelesaikan ujian yang lebih besar kalau ujian kecil saja kita tidak mampu menyelesaikannya. Allah SWT berfirman :
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu…” (QS. Ali Imran: 200)

Sesungguhnya ujian yang Allah berikan kepada kita itu bertujuan supaya kita menjadi orang yang lebih kuat dan tegar dalam menghadapi sesagala ujian. Karna sesungguhnya ujian yang Allah berikan tidak melampaui batas kekuatan kita sebagai hambaNya. ....
Sahabatku tercinta sabar itu sangat indah, menyejukkan hati, menentramkan diri, penuh dengan kelembutan, ada manis yang dapat kita rasakan, dan sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu dicukupkan pahalanya oleh Allah SWT. 
 
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“…Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Jadi jangan pernah berhenti bersabar karna ada keindahan dibalik itu semua. Dan hidup adalah belajar bersabar. Hanya orang-orang yang mampu bersabar dialah yang menang dan mendapatkan pialanya. 
Bagaimanapun orang mengganggumu tetaplah tersenyum manis kepadanya walaupun saat itu kamu sangat terluka dan sakit hati oleh perbuatannya. Doakan yang terbaik untuknya supaya dia dapat  berubah menjadi orang yang baik. Jadi intinyaaa kita sebagai manusia harus bersabar dan selalu tersenyum.

Mimpi

Janganlah pernah takut untuk bermimpi dan mimpilah setinggi-tingginya. Karena dengan mimpi kita dapat menggenggam dunia. Teruslah bermimpi hingga Tuhan memeluk mimpi-mimpi kita. Tapi jangan hanya bermimpi kita harus berusaha mewujudkannya. 

Mimpi tanpa diimbangi dengan usaha sama saja dengan menghayal. Menghayal adalah imajinasi yang berputar-putar di otak manusia. Kalau orang bermimpi yang bergerak pesat adalah doa dan ikhtiar sedangkan berkhayal yang bergerak hanya imajinasi. 

Untuk mencapai suatu impian memanglah tak semudah membalikkan telapak tangan atau semudah mengedipkan kelopak mata. Tapi jika kita yakin dan terus berusaha maka tidak ada mimpi yang tak bisa menjadi nyata. Ingat dengan kalimat "Man jadda wajadda" yang artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil atau where there is a will there is a way.
Ingat kita mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan berkembang jadi tidak hanya tumbuh tapi juga berkembang untuk menggapai mimpi. 
Karena Allah SWT sudah memberikan modal dasar untuk kita sebagai manusia adalah otak dan akal yang lebih baik daripada makhluk Allah yang ada di muka bumi ini. 

Terapkanlah Man jadda wajadda dalam hidup kalian. Jadikanlah kalimat penguat jikalau kalian berada dalam titik terendah dalam kehidupan kalian. Jika kalian bersungguh-sungguh maka kalian dapat menghilangkan rasa malas dalam diri kalian. Kalian akan bersungguh-sungguh mencari cara untuk mengatasi rintangan dan halangan yang dapat menghancurkan mimpi kalian. Berusaha melengkapi yang kurang dalam hidup, dan terus belajar untuk mencapai tujuan dan mimpi hidup anda. 

Berhentilah melihat hasil. Karena kita hidup bukan dituntut untuk itu, tapi usaha yang telah kita lakukan untuk mencapai impian itu sendiri. Nilai seseorang dimata Allah SWT adalah nilai usaha yang telah ia lakukan. 

Untuk menggaai semua impian kita lakukanlah : 
  1. Jangan buang waktumu dengan sia-sia. Lakukanlah hal-hal yang dapat dijadikan sarana untuk menggapai mimpi.
  2. Rajin melaksanakan sholat wajib maupun sholat sunah. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan ketenangan hidup. Karena sholat merupakan terapi-terapi untuk penyakit gelisah. 
  3. Meraih cinta Allah SWT. Allah SWT berfirman :
    “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu.” (QS. Al-Baqarah: 186) 
  4.  Kunci segalanya jikalau kalian sudah menyandarkan hidup dan mati kalian hanya kepada Allah SWT karena dengan demikian kalian akan mendapatkan ketenangan dalam hidup dan dimudahkan segala urusan kalian. 

Ingat Allah SWT selalu bersama dengan hamba-hambaNya yang selalu berdoa dan berusaha untuk mencapai impian mereka. 
Jangan pernah lelah untuk terus berdoa kepadaNya. Ingat kunci keberhasilan sesseorang adalah kesungguhannya dalam mencapau keberhasilan tersebut.